Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
Catatan Kami Setelah Mencoba All New Yamaha Aerox di Jalan Raya dan Sirkuit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pengetesan diawali dari Yamaha Flagship Store (FSS) Cempaka Putih menuju Sirkuit Sentul Karting, Bogor, Jawa Barat dengan total tempuh sekitar 50 kilometer.
Kenyamanan dan keiritan di jalan raya
Untuk sesi pertama Yamaha Indonesia membuat semacam kompetisi eco riding. Di sini para jurnalis diadu soal skill mengendarai secara efisien.
Oleh karenanya, saat perjalanan menuju sirkuit Sentul, saya lebih fokus berkendara secara konstan menjaga putaran mesin di 4.000 sampai 4.500 rpm
Di jalan raya juga melewati berbagai kondisi. Mulai dari jalan rusak, padat, hingga kemacetan. Alhasil motor lebih sering stop and go.
Catatan terbaik saya sempat menyentuh 49,9 km/liter. Namun harus turun ke 49,3 km/liter, hasil ini tentunya berbeda-beda dengan peserta lain, kembali lagi soal gaya berkendara dan kondisi jalan.
ADVERTISEMENT
Secara umum, dipakai riding santai di jalan raya dengan beragam situasi, all new Yamaha Aerox masih bisa dibilang cukup ergonomis. Meski bobotnya mencapai 125 kilogram dan dimensinya cukup besar, diajak bermanuver di tengah kemacetan masih cukup bisa diandalkan.
Berkendara sekitar 80 menit tanpa istirahat pun saya tak merasakan pegal berlebih. Ini karena posisi berkendara Aerox cukup bersahabat.
Posisi footrest atau dek dibuat rata dan posisi setang juga lebar serta rata dengan dada. Jadi, untuk dipakai harian rasanya masih masuk akal.
Lincah di sirkuit
Setelah merampungkan kompetisi eco riding dan sampai di sirkuit, jurnalis diajak untuk melakukan time trial di atas lintasan sirkuit dengan total panjang 1.200 meter dan 14 tikungan.
ADVERTISEMENT
Di sini, tiap rider dikasih jatah 5 putaran untuk mendapatkan catatan waktu tercepat. Nah, di sesi tersebut saya bisa menggambarkan sedikit soal handling dan performanya.
Tak bisa disangkal jika Yamaha Aerox memiliki badan yang cukup besar, tapi ketika di siksa di sirkuit rasanya anteng dan lincah saat diajak rebah melahap tikungan.
Gejala limbung minim sekali, suspensi subtank-nya turut andil menjaga keseimbangan motor ini. Melahap tikungan tajam dengan kecepatan tinggi semakin dibuat percaya diri dengan penggunaan ban gambot 110 di depan di 140 di belakang.
Sekarang kita bahas soal dapur pacunya. Saat mengetes performa untuk meraih kecepatan 80 kilometer per jam rasanya mudah saja. Sayangnya karena lintasan karting tidak terlalu panjang, saya tak bisa mencoba top speed-nya.
Secara data, all new Yamaha Aerox Connected ABS disokong mesin anyar SOHC, 155cc, pendingin cairan, dan pengabut injeksi. Rancang mesin itu mampu hempaskan tenaga maksimal 15,1 dk pada 8.000 rpm dan torsi puncak sekitar 13,9 Nm di 6.500 rpm.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Berakhir pada kesimpulan, motor ini menawarkan 2 nilai berbeda dalam satu motor. Pertama soal kenyamanan serta keiritannya di jalan raya dan performanya di sirkuit.
Meski begitu, tak ada produk yang seutuhnya sempurna. Aerox juga punya beberapa kekurangan. Seperti contohnya adalah minim akomodasi penyimpanan barang, dia cuma punya satu kompartemen di bagian kiri, itu pun tak besar.
Kemudian untuk pengereman belakang masih mengusung model tromol. Meski cukup pakem, rasanya dengan klaim motor matik sport komponen ini cukup penting.
Kabar baiknya adalah peningkatan dapur pacu, tangki bbm menjadi 5,5 liter, penambahan fitur canggih seperti Y-Connect dan ubahan desain yang cukup berani.
Selebihnya untuk impresi berkendara di sirkuit, motor ini menawarkan karakter berkendara yang cukup galak ketika harus digeber dalam putaran mesin tinggi. Itu diimbangi juga dengan handling yang cukup stabil.
ADVERTISEMENT
Bagi yang tertarik meminang motor ini, Yamaha Indonesia menghadirkan dalam 2 pilihan berbeda. Pertama ada Connected ABS yang dilego Rp 29 juta dan Rp 25,5 juta untuk varian Connected tanpa ABS.