Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kalau bicara diferensiasinya sebenarnya hanya sedikit yang bisa diulas. Secara spesifikasi tidak jauh berbeda dengan Xpander, jantung mekanis pun tidak ada bedanya.
Perbedaan kentara paling dari kosmetika, fitur, dan beberapa sentuhan kecil di interiornya.
Lalu seperti apa rasa mengemudikan Livina yang berubah drastis ini? Berikut ulasan test drive Nissan Livina tipe VL A/T selama dua hari pada 24-25 Juni 2019 yang menyusuri kota Semarang, Solo, dan Yogyakarta.
Posisi mengemudi
Oke seperti biasa kami bahas dari posisi mengemudinya dulu. Karena merupakan varian paling tinggi, ini punya pengaturan ketinggian jok secara manual dengan kenop putar.
Kemudian dari segi visibilitas, cukup baik. Dalam artian pilar A tidak begitu mengintimidasi dan tampilan spion tengah juga mampu mengakomodasi seluruh area jendela belakang.
ADVERTISEMENT
Tapi tetap saja, lingkar kemudi yang menyerupai Xpander membuat feeling berkendara tidak begitu berbeda dengan kembarannya itu.
Performa
Perjalanan test drive diawali dengan menyusuri kawasan kota tua Semarang dari kelenteng Sam Poo Kong. Sayangnya kondisi masih padat lalu lintas, jadinya belum bisa rasakan performa mesin 1.500 cc-nya ini.
Namun, impresi soal kekedapan kabin Nissan Livina ini jempolan. Menarik, saat bermacet-macet ria di kawasan kota tua, cuma sayup-sayup hembusan blower AC yang terdengar.
Tapi beda cerita ketika memasuki ruas tol Ungaran-Solo. Meskipun dalam keadaan beriringan dan dalam kecepatan rata-rata 80 sampai 100 km/jam, sudah cukup sih merasakan tenaganya.
Rasanya, seperti mobil bermesin 1.500 cc lainnya, tenaga mesin naik secara linear. Perpindahan gigi satu sampai empat terjadi pada putaran di bawah 2.000 rpm.
ADVERTISEMENT
Nah, kalau langsung bejek gas, perpindahan napasnya lebih panjang lagi, pergantian gigi ada di atas 2.000-an rpm.
Handling dan bantingan suspensi
Ada yang lebih menarik soal impresi tenaganya. Profil suspensinya ketika berjalan di tol yang mayoritasnya berupa jalanan beton, sangat halus, juga minim gejala limbung.
Puncaknya saat overdrive dimatikan, hingga lama-lama tidak sadar sudah menggeber pada kecepatan yang terbilang tinggi, ayunan suspensi masih terasa lembut. Getaran ketika putaran mesin sampai 6.500 rpm juga sama sekali tidak terasa. Untuk hal ini kami akui di luar ekspektasi.
Impresi penumpang tengah, kenyamanan, dan konsumsi bensin
Puas mengemudikan mobil, saatnya berpindah ke baris tengah. Soal akomodasinya, kursi bisa diatur reclining ataupun sliding.
ADVERTISEMENT
Sayangnya tidak tersedia dermaga USB guna pengisian gawai. Ada sebenarnya di dalam konsol boks tengah, tapi masih harus dihubungkan dulu dengan adaptor. Karena adaptor hanya dipasangkan pada power outlet di dashboard, jadinya untuk mengisi ponsel melalui power bank.
Kekurangan lainnya adalah absennya head rest tengah pada jok baris tengahnya ini. Untung saja pengetesan dilakukan oleh empat awak media setiap mobilnya, jadi setiap kepala bisa bersandar.
Oh iya, tidak lupa masih berkaitan soal kenyamanan dan bantingan suspensinya yang lembut, kami terbuai hingga beberapa kali tertidur.
Masuk hari kedua, pengetesan tidak lagi di jalan tol, perjalanan dilanjutkan menyusuri jalur ring road Yogyakarta yang cukup padat kendaraan dan mengakhiri etape di diler Nissan Mlati. Pada kesempatan ini, kumparan coba tes soal kualitas audionya.
ADVERTISEMENT
Bermodal aplikasi Spotify pada smartphone dan lagu Sinaran dari Sheila Majid yang didominasi alunan bass, kualitas audionya patut diacungi jempol. Bukan cuma bass, suara treble juga mampu mengimbangi musik.
Bisa jadi karena penyematan tweeter pada pilar A yang membuat suaranya jadi seimbang dan nyaman didengar.
Secara keseluruhan, perjalanan ini memakan jarak tempuh 223 km berdasarkan odometer pada panel instrumen. Sementara konsumsi bahan bakarnya mencapai 7,4 km/liter.
Jangan katakan boros dulu guys, sebelumnya MID Nissan Livina juga menunjukkan 12,9 km/liter. Perolehan angka tersebut mengecil karena pada menit-menit akhir perjalanan harus ditempuh lebih cepat guna mengejar agenda berikutnya, membuat pedal gas diinjak sedikit dalam.