Ini Alasan Mengapa Kita Harus Beralih ke Kendaraan Listrik?

30 Agustus 2021 15:36 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mobil listrik Toyota Cpod di Bali. Foto: dok. TAM
zoom-in-whitePerbesar
Mobil listrik Toyota Cpod di Bali. Foto: dok. TAM
Global warming atau pemanasan global menjadi isu serius yang tengah dibahas di seluruh negara saat ini. Bagaimana tidak, Badan analisis Carbon Brief mengumpulkan data dari enam lembaga yang memantau suhu permukaan bumi dan menyimpulkan bahwa 2020 adalah tahun terpanas dalam sejarah. Ya. sejak 1970, suhu permukaan bumi rata-rata mencapai 0,90 Celcius, lebih tinggi 0,10 Celcius dari suhu tahun 2018.
Mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan menjadi salah satu langkah terbaik untuk menekan perubahan iklim. Pasalnya, perubahan iklim menempati posisi paling atas penyebab musibah global, seperti bencana alam, cuaca ekstrem, krisis pangan dan air bersih, hilangnya keanekaragaman hayati, hingga runtuhnya ekosistem.
Sebut saja, banjir bandang yang terjadi belum lama ini di di Jerman dan China, kebakaran hebat yang melanda Turki dan Yunani, hingga gelombang panas yang menewaskan ratusan orang di Amerika Serikat dan Kanada.
Seluruh negara di dunia diharapkan mengambil langkah tegas jika tidak ingin suhu rata-rata global terus meningkat dan berpotensi menyebabkan lebih banyak bencana dan kerugian bagi kelangsungan makhluk hidup.
Apalagi, Laporan Panel Iklim Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang baru saja dirilis memperingatkan bahwa suhu bumi telah meningkat 1,1 derajat celcius sejak abad 2019. Laporan tersebut juga mewanti-wanti, apabila tidak ada perubahan yang signifikan dalam menekan emisi maka suhu bumi akan naik hinga 1,5 derajat celcius hanya dalam waktu 20 tahun ke depan.
Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk menekan pemanasan global dunia saat ini?

Mengubah Gaya Hidup

Tanpa kita sadari, kita telah melakukan banyak hal yang menyumbang gas rumah kaca (GRK) sebagai penyebab utama pemanasan global terjadi. Misalnya, dengan berpergian menggunakan transportasi pribadi.
Mobil atau motor yang kita pakai masih menggunakan bahan bakar fosil sebagai penggeraknya. Bahan bakar tersebut menjadi salah satu penyebab utama terbentuknya gas rumah kaca.
Bahan bakar bensin atau diesel melepas karbon dioksida ke atmosfer, yang merupakan penyebab utama gas rumah kaca selain gas seperti metana, nitrous oxide dan hydrofluorocarbons. Inilah yang mendorong terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim yang sedang kita saksikan saat ini.
Hal tersebut didukung laporan Climate Transparency Report 2020 tentang perkembangan upaya pengurangan emisi di negara G20 berdasarkan target Nationally Determined Contribution (NDC). Laporan tersebut menyebutkan sektor transportasi menyumbang 27 persen emisi sektor energi. Adapun kontribusi emisi sektor transportasi meliputi kendaraan berbahan bakar fosil, kendaraan pengangkut berat, dan penerbangan.

Beralih ke Kendaraan Listrik

Salah satu cara untuk menekan mengurangi emisi gas adalah mulai beralih ke kendaraan listrik (electric vehicle) seperti yang tengah masif dilakukan di negara-negara Eropa. Secara perlahan negara-negara di Eropa meninggalkan kendaraan berbasis bahan bakar fosil.
Dilansir Reuters, European Environment Agency baru-baru ini mengungkapkan bahwa setiap satu dari sembilan mobil baru yang diproduksi di Eropa adalah mobil rendah emisi berbasis listrik atau hibrida dengan peningkatan penjualan sebesar 3,5 persen dari tahun sebelumnya.
Masih dari laporan yang sama, peningkatan penjualan mobil listrik di benua itu telah berkontribusi terhadap penurunan rata-rata emisi Co2 sebesar 12 persen dibandingkan tahun sebelumnya dari total mobil baru yang dijual. Ini adalah penurunan tahunan emisi terbesar sejak Uni Eropa menerapkan standar pada produksi mobilnya di 2010.
Saat ini, sebanyak 11 persen dari total 11,6 juta mobil baru yang teregistrasi di Uni Eropa, Islandia, Norwegia dan Inggris Raya, merupakan mobil berbasis listrik dan hibrida. Tren pembelian mobil terus meningkat meskipun di tengah pandemi yang melanda saat ini. Lantas, bagaimana dengan di Indonesia?
Tren pemakaian kendaraan rendah emisi di Eropa diharapkan juga dapat diaplikasikan secara masif di Indonesia. Apalagi, pemerintah telah berkomitmen ikut serta mengurangi emisi sebagai aksi nyata mencegah perubahan iklim dunia.
Pemerintah Indonesia juga telah mendorong upaya menekan perubahan iklim dengan menerbitkan regulasi penggunaan kendaraan listrik yang diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (BEV) untuk Transportasi Jalan.
Realisasinya, secara data Indonesia memang masih tertinggal jauh bila dibandingkan dengan Eropa. Pada Semester I/2021,Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat bahwa penjualan mobil rendah emisi mencapai 1.900 unit yang terdiri atas 1.378 unit hybrid, 34 unit plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), dan 488 unit mobil listrik baterai (BEV).
Urgensi ini ditegaskan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang menyatakan bahwa kendaraan bermotor menjadi kontributor terbesar atas pencemaran udara di Indonesia. Sebanyak 60 persen polusi udara yang terjadi dikarenakan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang beroktan rendah.

Memanfaatkan Transportasi Massal

Bus listrik MAB (Mobil Anak Bangsa) untuk Transjakarta Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO
Dalam upaya mengatasi permasalahan global, Kementerian Perhubungan mendorong adanya peralihan penggunaan kendaraan alternatif yang ramah lingkungan, seperti berbasis baterai atau listrik, selain dengan mengajak masyarakat untuk menaiki transportasi massal.
Bicara tentang transportasi massal yang ramah lingkungan, belum banyak yang tahu bahwa Indonesia bisa memproduksi transportasi massal yang rendah emisi. Salah satunya adalah produksi bus listrik.
Awal tahun ini, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier mengatakan bahwa ada tiga pelaku industri yang siap memproduksi bus listrik di Indonesia dengan kapasitas mencapai 1.200 unit per tahun.
Ketiga perusahaan tersebut yakni PT Mobil Anak Bangsa (MAB), PT Inka, dan PT Kendaraan Listrik Indonesia. Ketiga pabrikan itu telah menggunakan teknologi penggerak hibrida, plug-in hibrid, dan fuel cell yang sesuai dengan peta jalan Kementerian Perindustrian.
Dengan mendorong pengembangan bus listrik di Indonesia, kita dapat membantu dunia menekan pemanasan global dan bencana perubahan iklim yang mengintai. Kendaraan listrik juga dapat menyelesaikan masalah polusi udara yang sangat buruk, tidak hanya untuk lingkungan namun untuk kesehatan masyarakat.
Tak hanya itu, dengan mendorong pengembangan bus listrik dalam negeri artinya kita juga mendukung produksi pabrikan dalam negeri untuk bisa menjadi raja di tanah sendiri. Bukan tak mungkin, merk dalam negeri ini dapat berkiprah di pasar internasional dan membanggakan nama Indonesia.
Yuk, kita dukung pengembangan kendaraan listrik di Indonesia! Dengan begitu, kita dapat membantu bumi bernafas dan memberikan masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan APRIL Group