Insiden Bus Serempet Mobil di Tol, Pakar: Waspada Blind Spot Kendaraan Besar

30 Desember 2024 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bus serempet mobi di tol. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Bus serempet mobi di tol. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Ketika berkendara, pengemudi harus fokus pada kondisi jalan. Apa lagi ketika berada di dekat bus atau truk harus lebih hati-hati karena kendaraan besar tersebut memiliki titik buta alias blind spot yang lebih banyak.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah kejadian yang viral di media sosial Instagram ketika pengendara mobil disrempet bus yang menyalip. Akibatnya mobil terserempet yang mengakibatkan mobil mengalami kerusakan.
Kecelakaan yang terjadi di Tol Surabaya-Gresik terekam kamera dashcam korban. Dalam rekaman terlihat mobil yang berada di jalur ketiga dipotong oleh bus dari jalur dua saat berusaha menyalip truk di depannya langsung masuk dan memotong mobil.
Melihat kejadian tersebut, Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu bilang, berdasarkan video tersebut ada beberapa kesalahan yang menjadi kontribusi di dalam insiden ini yang dilakukan oleh kedua pihak.
Pertama berdasarkan tayangan video yang beredar, posisi mobil tersebut sudah masuk area blind spot yang tidak terjangkau oleh bus.
ADVERTISEMENT
“Si sopir bus itu terlalu fokus di depan. Terus enggak sadar di depan itu bahaya, ada objek yang kecepatannya lebih lambat daripada dia,” kata Jursri kepada kumparan, Sabtu (28/12/2024).
Pahami titik blind spot pada truk supaya selalu aman berkendara di dekatnya Foto: Farhan Raudah/kumparan
Jusri bilang, kendaraan tersebut juga berkontribusi dalam insiden karena tidak memperhatikan situasi bahaya yang ada di depannya yang tidak bisa hindari.
“Jadi kemampuan dia melakukan asesmen dalam mengelola bahaya dan risiko, dan ini merupakan kekurangan dari masyarakat pengemudi di jalan raya, yaitu kemampuan mengelola bahaya dan risiko itu sangat rendah. Artinya pengetahuan pengemudi terhadap bahaya, kemampuan dia mengelola bahaya untuk meminimalisir risiko kecil itu sangat rendah,” tegasnya.
Selain itu Jusri menekankan ketika mengemudi tidak ada privilege yang bisa mengontrol orang lain. Sehingga pengemudi harus siaga dan tahu apa yang harus dilakukan.
ADVERTISEMENT
“Siapa pun dia itu kita enggak bisa kontrol. Kemudian, si kendaraan ini kita lihat klaksonnya juga nggak ada waktu dia mendekati buntut bus, sehingga sebelum bus melakukan overtake tidak mengetahui ada kendaraan di sampingnya,” tukasnya.
Dalam hal ini Jusri menduga pengemudi tidak melakukan pengelolaan bahaya dan risiko ketika berada di samping bus. Karena umumnya bus dan truk memiliki banyak titik buta yang harus diwaspadai.
Bus di Tol Kanci Foto: Rizki Fajar Novanto/kumparan
“Harusnya ada dua hal yang bisa dilakukan, pertama ketika dia melihat ada kecepatan kendaraan di lajur tengah saat bus itu lebih lambat, maka kita harus antisipasi bus ini akan ke kanan atau ke kiri, atau memperlambat bahkan ngerem mendadak. Itu kita bisa membaca dari kecepatan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tapi, Jusri tidak menampik bus tersebut pun melakukan kesalahan. Karena seharusnya dari tiga lajur tersebut, bus dan truk seharusnya hanya boleh menggunakan lajur satu dan lajur dua.
“Bus dan truk, itu harusnya hanya boleh melaju di lajur 1 dan 2. Karena lajur tiga itu digunakan untuk mobil kecil saat mendahului. Tetapi fenomena pengemudi di bus dan truk selama ini, berada di jalur mobil kecil. Sehingga kita harus keluar, harus ke kiri, menyalip dia,” tuntasnya.