Jangan Abaikan 5 Hal Ini Saat Melakukan 'Engine Swap'

17 Juli 2019 10:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Engine Swap Foto: dok. Muhammad Ikbal/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Engine Swap Foto: dok. Muhammad Ikbal/kumparan
ADVERTISEMENT
Dongkrak performa mobil beragam caranya, mulai dari yang ringan hingga sampai ada yang nekat mengganti mesin asli dengan mesin lain, dengan berkapasitas dan tenaga lebih besar. Modifikasi seperti ini lazim disebut engine swap, yang saat ini juga sudah banyak dilakukan pemilik kendaraan.
ADVERTISEMENT
Engine swap dinilai sebagai suatu hal yang praktis dalam meningkatkan performa suatu mobil. Meskipun memang, mengganti mesin mobil bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan, karena akan ada banyak hal yang harus diperhatikan dan diperhitungkan.
“Kalau bicara modifikasi engine swap pada mobil, hal yang harus diperhatikan itu sebenarnya sangat banyak dan luas ya, dan itu semua sangat penting. Tapi kalau saya simpulkan sedikit, ada 5 hal lah yang harus benar-benar diperhatikan oleh pemilik mobil sebelum melakukan engine swap,” ujar Hadi Taruna, kepala mekanik dari tim balap Pertamax Turbo GRT dan pemilik bengkel EngineBlock Autoworks kepada kumparan, Selasa (16/7).
Berikut 5 poin yang perlu jadi perhatian, sebelum memutuskan untuk melakukan engine swap.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Engine Swap untuk harian Foto: dok. Muhammad Ikbal/kumparan
Pemilik mobil harus menentukan arah tujuan dari modifikasi engine swap tersebut terlebih dahulu, karena ini akan sangat berpengaruh terhadap pemilihan mesin seperti apa yang paling pas untuk digunakan.
“Pemilik mobil harus jelas dulu, arah engine swap-nya mau kemana dan untuk apa. Apa hanya untuk penggunaan sehari-hari, atau untuk drag race tapi yang masih bisa dipakai harian atau bisa juga untuk kompetisi balap seperti touring dan drifting,” ujar pria yang karib disapa Hatar, saat ditemui di bengkelnya di kawasan Bintaro tersebut.
Lebih lanjut Hatar menjelaskan, apabila pemilik mobil hanya menginginkan peningkatan performa untuk penggunaan sehari-hari. Maka sebaiknya, pilihlah kapasitas mesin yang tidak terlalu jauh berbeda dari kapasitas mesin bawaan aslinya.
ADVERTISEMENT
Contohnya, untuk mesin mobil asli 1.50o cc maka cukup naikkan ke 1.800 cc, atau dari 1.800 cc dinaikkan ke mesin 2.000 cc. Kenaikkan kapasitas mesin yang tidak terlalu banyak tersebut menurutnya sudah sangat cukup meningkatkan performa.
“Kalau untuk balap, mau ganti dari 1.500 cc ke 2.000 cc, atau ke 2.000 cc turbo atau ke 3.000 cc juga enggak masalah. Cuma ya konsekuensinya pasti perubahannya lebih banyak, biaya juga jelas lebih besar,” jelas pria yang juga penggemar mobil Peugeot ini.
Ilustrasi Engine Swap untuk kebutuhan balap Foto: dok. Muhammad Ikbal/kumparan
Penentuan jenis mesin yang akan digunakkan tersebut menurutnya sangatlah penting, karena akan sangat mempengaruhi kapasitas ruang mesin, apakah memadai atau tidak. Serta, apakah mesin tersebut dapat mengakomodir beberapa komponen lainnya atau tidak, seperti girboks, ECU, suspensi, rem dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi mesin dan girboks Foto: dok. Muhammad Ikbal/kumparan
Setelah menentukan mesin yang dipilih, maka konsultasikan juga dengan pihak bengkel atau mekanik yang berpengalaman, apakah girboks yang terpasang di mobil tersebut masih mampu mengakomodir mesin yang akan digunakkan nanti atau tidak.
Pasalnya menurut Hatar, berbeda jenis mesin yang digunakkan sudah tentu akan berbeda pula rasio gear pada girboksnya. Sehingga, perlu diketahui apakah rasio girboks yang ada pada mesin bawaannya masih mampu mengakomodir atau tidak. Jika memang tidak, tentu sebaiknya adalah mengganti juga girboks bawaan tersebut.
“Setiap beda jenis mesin kan pasti rasio gear-nya juga berbeda. Apalagi kalo misalnya beda cc mesinnya dari yang kecil misal 1.000 cc terus ganti ke 2.000 cc, nah ini biasanya pasti akan direkomendasikan untuk diganti juga girboksnya,” jelasnya.
Ilustrasi Plat Kopling Foto: dok. Muhammad Ikbal/kumparan
Hal tersebut dikarenakan mesin berkapasitas kecil umumnya akan memiliki rasio gear yang panjang, sementara mesin berkapasitas besar akan memiliki rasio gear yang lebih pendek. Apabila tetap memaksakan girboks bawaan dengan perubahan kapasitas mesin yang signifikan, maka otomatis akan berdampak pada kondisi girboks selip yang menyebabkan mobil tidak bisa melaju.
ADVERTISEMENT
“Sekarang contoh gini, mesin dirubah ke 2.000 cc dengan girboks tetap 1.000 cc yang clutch dan flywheel-nya juga tetap 1.000 cc. Nah, kan pasti enggak ada torsinya itu, jadi kaya bumi dan langit antara tenaga dan torsinya, beda jauh,” papar Hatar.
ECU Mobil Foto: dok. Magnetimarelli
Disarankan untuk mengetahui sistem engine management yang ada pada mobil bawaannya tersebut, masih mampu mengakomodasi ubahan tersebut atau tidak. Menurut Hatar, bagian ini sangat krusial dan harus benar-benar diperhatikan sebelum memutuskan mengganti mesin mobil.
“Kalau ngomongin soal mekanis penggantian mesin itu cenderung lebih mudah. Yang susah itu menentukan engine management. Jangan sampai ketika mesin sudah naik, tapi masih bingung mau pakai engine management apa,” ujar Hatar.
ADVERTISEMENT
Hatar menjelaskan, apabila memang ingin menggunakan ECU yang lama atau menggunakan ECU stand alone. Pastikan apakah crank sensor yang ada pada mesin baru tersebut dapat terkoneksi dengan ECU atau tidak.
ECU Stand Alone Foto: dok. Haltech
Menurut Hatar, meskipun penggantian mesin tersebut masih dari jenis merek mobil yang sama tapi dengan tipe mesin berbeda, hal itu tak menjamin apakah ECU-nya bisa sesuai. Kalaupun bisa, tidak menutup kemungkinan ada beberapa fitur atau sensor yang tidak terbaca oleh engine management mobil tersebut.
Alternatif lainnya, biasanya orang akan menggunakan ECU stand alone sebagai engine management. Namun, penggunaan ECU stand alone pun bukan tanpa kelemahan, pasalnya, terdapat beberapa jenis atau mobil yang memang jarang beredar di pasaran, ternyata tidak dapat diakomodir oleh ECU stand alone.
ADVERTISEMENT
Nah, untuk yang berniat pakai stand alone, juga tetap harus diperhatikan. Soalnya pernah waktu itu mau pasang ECU stand alone untuk Renault 19 Cabrio. Ternyata jenis dan merek mobil itu tidak ada di list dari merek ECU stand alone tersebut,” cerita Hatar.
Tampilan mesin mobil BMW E30 yang dimodifikasi menjadi mobil balap di bengkel Motorsoul Indonesia. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Perlu diperhatikan dan diperhitungkan lagi adalah posisi serta bobot dari mesin dan girboks yang akan digunakkan. Pentingnya, ini berkaitan dengan kenyamanan dan keselamatan saat berkendara.
“Posisi mesin itu tentu harus centre. Jadi konsep mesin duduk itu adalah bagaimana posisi mesin itu bisa sejajar di tengah antara mounting dan as roda,” ucap pria yang sudah lama berkecimpung di dunia balap touring nasional ini.
Sementara untuk bobot mesin, akan sangat mempengaruhi kemampuan suspensi dari mobil itu sendiri. Mesin yang berkapasitas besar dan berbahan dasar besi tentu akan lebih berat, dibandingkan mesin berkapasitas kecil dan berbahan alumunium.
IIlustrasi suspensi mobil. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
“Pabrikan kan sudah menghitung nih antara bobot mesin bawaan dan suspensinya. Mesin kapasitas segini dikasihnya suspensinya yang seperti ini. Nah, kalau ganti mesin yang berkapasitas besar dan lebih berat, maka otomatis suspensi juga harus menyesuaikan,” beber Hatar.
ADVERTISEMENT
Apabila dengan penambahan bobot dan suspensi bawaan mobil tidak diganti, maka akan menyebabkan mesin menjadi turun dan tentu akan sangat berbahaya saat digunakkan.
Ilustrasi penggantian kampas rem mobil. Foto: Autoindustriya.com
Perhatikan sektor pengereman. Sama halnya seperti sektor suspensi, setiap jenis mobil tentu akan dibekali sistem pengereman yang sesuai dengan kemampuan mesin itu sendiri.
Ketika mengganti mesin yang berkapasitas besar, tentu sangat dianjurkan untuk meningkatkan sektor pengereman. Apabila sektor pengereman tersebut tidak ikut ditingkatkan, dikhawatirkan akan membuat mobil menjadi sulit untuk berhenti saat di kecepatan tinggi.
“Rem ini juga penting dan jangan diabaikan, bahaya. Apalagi tadi, yang mesin 1.000 cc misalnya terus diganti ke 2.000 cc. Nah, ini secara tenaga pasti kan jauh meningkat. Kalau masih mengandalkan rem yang lama, dikhawatirkan itu mobil tidak akan berhenti dengan sempurna saat direm,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Terakhir Hatar mengatakan, meningkatkan performa mobil dengan melakukan penggantian mesin sebenarnya tidak hanya sekedar mengganti sektor mesinnya saja. Namun, juga harus mengganti dan menyesuaikan komponen-komponen lain yang ada dari mobil tersebut.
Oleh karena itu, Hatar pun menyarankan apabila memang ingin meningkatkan performa mobil dengan mengganti mesin, maka sebaiknya konsultasikan dahulu pada bengkel-bengkel modifikasi yang sudah berpengalaman dan memahami mobil tersebut.