Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Setiap jenis oli mesin biasanya memiliki kode yang beraneka macam pada botol atau bungkus merek olinya. Kode-kode tersebut tentu saja memiliki arti yang berbeda-beda, dan biasanya kode-kode tersebut menandakan spesifikasi dari oli tersebut.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, setiap pemilik kendaraan, baik roda empat atau roda dua, dianjurkan untuk memahami arti dari masing-masing kode yang ada pada oli tersebut.
Guna memudahkan Anda dalam memahami berbagai kode yang ada pada botol oli tersebut, berikut kumparan sajikan informasinya.
Standar Nasional Indonesia (SNI)
SNI menjadi kode wajib yang harus ada pada setiap botol oli yang beredar di Indonesia. Sebab, bila suatu oli tidak memiliki kode SNI, maka itu artinya oli tersebut seharusnya tidak boleh dipasarkan di Indonesia.
“Ini wajib ya, jadi kalau tidak ada bisa dilaporkan ke polisi. Karena bisa saja itu oli palsu,” jelas Nurudin, Jr. Technical Specialist Rotating Equipment and Gas Engine Pertamina Lubricants.
Selain itu, bila suatu oli tidak memiliki kode ini, maka kualitas dari oli tersebut tidak bisa dipertanggung jawabkan.
ADVERTISEMENT
Society of Automotive Engineer (SAE)
Selanjutnya ada kode SAE, yang memiliki arti sebagai penanda kekentalan suatu oli. Setiap jenis mesin biasanya akan membutuhkan kekentalan oli yang berbeda-beda.
Di dalam kode SAE sendiri, Nurudin menjelaskan terdapat dua kategori pengkodean. Pertama ada monograde yang biasanya ditandai dengan kode 2 angka, seperti SAE 40, lalu kedua ada multigrade yang ditandai dengan kode 3 atau 4 angka, seperti SAE 5W-40, SAE 10W-40, SAE 15W-40 dan lain-lain.
“Untuk kendaraan penumpang di Indonesia, saat ini umumnya sudah menggunakan yang multigrade, karena jauh lebih baik saat mesin berada di temperatur dingin dan panas,” terang Nurudin.
Lebih lanjut Nurudin memaparkan, pada angka pertama yang terdapat pada oli multigrade seperti 15W-40, mengartikan tingkat kekentalan oli saat temperatur dingin. Sementara huruf W nya mengartikan winter atau temperatur dingin.
ADVERTISEMENT
“Semakin kecil angka tersebut maka semakin encer tingkat kekentalan oli itu. Nah saat awal mesin dinyalakan, biasanya masih dalam kondisi temperatur dingin, otomatis dia akan membutuhkan oli yang lebih encer agar lebih cepat bekerja,”jelas Nurudin.
Sementara untuk dua angka belakang yang ada pada oli multigrade, menandakan tingkat kekentalan oli saat temperatur mesin panas. Semakin tinggi angka tersebut juga menandakan semakin kental oli tersebut.
Untuk kendaraan penumpang yang dipasarkan di Indonesia, seperti MPV, SUV, LCGC, hatchback atau city car, umumnya direkomendasikan untuk menggunakan spesifikasi kode oli belakang 30 atau 40. Ada beberapa juga yang merekomendasikan kode belakang 20.
“Kalau semakin tinggi kode belakangnya, maka oli akan semakin kental. Dan untuk mesin-mesin mobil biasa, dia akan lebih lama mengencernya, sehingga bila digunakkan pada mobil biasa akan membuat kerja mesin itu menjadi lebih berat,” beber Nurudin.
Untuk angka-angka besar seperti 10W-50 atau 10W-60, umumnya digunakan pada mobil-mobil sedan sport, supercar, atau mobil balap.
ADVERTISEMENT
Dari angka yang terdapat pada kode SAE itu, Nurudin mengatakan bahwa yang harus benar-benar diperhatikan dan dijadikan acuan saat membeli oli adalah kode pada angka belakang SAE.
“Jadi misal kalau di buku manual mobil kita dianjurkan pakai 5W-30. Tapi di pasaran saat itu adanya 10W-30 dan 10W-40, maka pilihlah yang 10W-30. Jadi yang harus disamakan minimal adalah kode belakangnya,” ucap Nurudin.
Meski begitu, Nurudin tetap menyarankan agar menggunakan oli dengan kode SAE yang benar-benar sesuai dengan anjuran buku manual.
American Petroleum Institute (API)
Untuk kode ketiga ini, yaitu API menandakan suatu derajat performa oli saat diterapkan pada mesin kendaraan. Pengkodean dalam API sendiri dikatakan oleh Nurudin dibagi menjadi dua, yaitu untuk mesin bensin dan mesin diesel.
ADVERTISEMENT
Pada kendaraan bermesin bensin biasanya ditandai dengan kode dua huruf yang diawali dengan huruf S (Spark). Sementara untuk kode huruf di belakang biasanya menandakan kualifikasi dari oli tersebut.
“Biasanya angka belakang ini diikuti dengan abjad A sampai yang terakhir saat ini N. Semakin besar abjad itu, maka kualifikasi olinya semakin bagus,” beber Nurudin.
Semakin bagus kualifikasi oli tersebut seperti SN, maka akan semakin jauh lebih baik dalam hal efisiensi bahan bakar, minim deposit kerak pada mesin, serta semakin lamanya penurunan kualitas oli tersebut.
Selanjutnya untuk mesin diesel, biasanya juga terdapat 2 angka, yang diawali dengan angka C. Sama seperti oli bensin, oli diesel juga diikuti dengan huruf abjad pada huruf keduanya.
ADVERTISEMENT
“Diesel juga sama. Kualitas pelumas ditentukan dari kode huruf dibelakang huruf C. Semakin besar abjadnya, kualitasnya lebih bagus. Saat ini yang paling bagus adalah CK,” terang Nurudin.
Akan tetapi, untuk oli diesel berkualifikasi CK4 saat ini sangat sulit dan belum cocok untuk diterapkan pada mobil diesel yang ada di Indonesia. Sebab, spesifikasi sulfur yang ada pada bahan bakar diesel yang saat ini dijual di Indonesia umumnya masih memiliki Sulfur diatas 15 ppm, dan juga peralatan particulate filter maupun advanced after treatment system banyak yang tidak dipasang, sehingga pengunaan oli CK-4 menjadi kurang bermanfaat.
Untuk pasar Indonesia sendiri, kata Nurudin, bisa memilih oli diesel berkualifikasi API CH4 seperti Pertamina Meditran SX Bio untuk yang masih menggunakan bahan bakar Bio Solar. Sedangkan untuk yang menggunakan bahan bakar Pertamina Dex, bisa menggunakan oli CI4 seperti FASTRON Diesel SAE 15W-40.
Bila penggunaan spesifikasi oli ini tidak sesuai dengan bahan bakar yang biasa digunakan, akan berpengaruh pada kondisi oli itu sendiri yang menjadi tidak baik saat digunakkan.
ADVERTISEMENT
Japanese Automotive Standards Organization (JASO)
Untuk oli sepeda motor terdapat tambahan kodifikasi JASO. Kode ini biasanya mengartikan tingkat kekesetan suatu oli. Di dalam kode yang ada pada JASO sendiri terdapat dua jenis kode, yaitu MA yang mengartikan keset dan MB yang mengartikan licin.
Khusus untuk kode MA, biasanya juga dibagi menjadi dua lagi, yaitu keset (MA1) dan lebih keset (MA2). Untuk JASO MB yang licin, tidak terlepas dari additive khusus yang berperan untuk memperlancar laju oli pada ruang mesin.
“Karena ada bola-bola nano additive tadi, maka tingkat gesekan yang ada pada komponen mesin menjadi semakin kecil. Akibatnya kebutuhan suplai bahan bakar pun menjadi lebih irit, yang artinya bahan bakarnya menjadi lebih efisien dan emisi menjadi lebih bersih,” jelas Nurudin.
ADVERTISEMENT
Sepeda motor yang memiliki sistem transmisi berkopling basah / rendam, Nurudin menyarankan agar menggunakan oli dengan spesifikasi JASO MA baik MA1 maupun MA2. Sedangkan untuk sistem transmisi kopling kering, seperti contohnya motor matik, disarankan menggunakan oli dengan spesifikasi JASO MB.
ILSAC
Terakhir ada kode ILSAC, yang menandakan tingkat performa oli dalam mengurangi deposit kerak pada ruang, pembentukan sludge dan juga emisi gas buang. Saat ini, mayoritas oli yang dipasarkan di Indonesia, sudah memiliki spesifikasi ILSAC GF5.
Dari kelima kode yang ada pada kemasan oli , setidaknya ada 3 kode yang sangat wajib dipahami oleh pemilik kendaraan saat membeli suatu oli buat mesin kendaraannya, yaitu SNI, SAE, dan API. Ketiga oli itu dinilai sangat penting dalam menentukan spesifikasi oli yang cocok untuk kendaraannya.
ADVERTISEMENT
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!
ADVERTISEMENT