Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Kami Telah Mencoba Citroen C3 Aircross, SUV 7-seater Baru di Bawah Rp 300 Juta
13 Januari 2025 9:00 WIB
·
waktu baca 7 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Oke langsung saja, saya atau lebih tepatnya kumparan dipinjamkan sebuah unit Citroen C3 Aircross lebih kurang seminggu. Skenario pengujiannya sederhana saja yakni penggunaan skala harian dan ke beberapa tempat di area Jabodetabek.
Desain Citroen C3 Aircross
Sebelum membahas impresi berkendaranya, izinkan terlebih dahulu untuk memuji desain keseluruhan yang ditawarkan mobil blasteran Prancis-India ini. Bagi saya pribadi, Citroen C3 Aircross sungguh enak dipandang.
Fascia depan usung bahasa desain terbaru khas Citroen dengan susunan lampu bertingkat, plus bentuk DRL 'boomerang' yang unik. Garis-garis unik yang disematkan pada sekujur bodi C3 Aircross ini hingga bagian buritan, membuatnya mudah dikenali dari kejauhan.
Belum lagi berbicara soal pilihan kombinasi dua warnanya, menjadi opsi termahal dari dua varian yang disediakan. Unit 'cosmo blue' yang kami pinjam ini juga sudah cukup memberikan kesan menonjol jika dibanding kompetitor di kelasnya.
ADVERTISEMENT
Karena Citroen cukup terampil mendesain C3 Aircross, juga menurut saya, berhasil menutup beberapa kekurangan yang akan saya jabarkan jelang penghujung artikel ini. Namun intinya, SUV ini punya modal untuk lebih bersolek di antara para pesaingnya.
Pun dengan bagian kabin, C3 Aircross sangat mengandalkan detail-detail yang jauh memberikan kesan murah pada pandangan pertama. Dasbor dirancang dengan cermat, tema corak pada tempat duduk dibuat beragam, tak menjadikan saya cepat bosan di dalamnya.
Impresi awal
Saya punya postur tinggi badan 173 cm, duduk sebagai pengemudi C3 Aircross adalah salah satu yang terbaik. Kontur jok yang pas menopang bagian belakang badan, ruang kaki lapang, posisi duduk yang dapat diatur ketinggiannya juga terbilang sangat pas.
Kaca depan hingga samping mampu memberikan visibilitas yang baik, tetapi tidak begitu untuk belakangnya yang ukurannya cukup kecil. Posisi berkendara semakin rileks berkat adanya armrest tunggal, bagian kemudi dapat disesuaikan sudut ketinggiannya.
ADVERTISEMENT
Singkatnya tak ada yang janggal untuk kabin bagian depan. Bagaimana ruang belakangnya? Bahan fabric yang cukup lembut dan nyaman ini juga bisa ditemui di baris ke-2 dan ke-3, oh iya Citroen C3 Aircross ini memiliki konfigurasi tempat duduk 5+2.
Pabrikan menamakannya Flexi Pro 7-seaters, tipikal mobil dengan ukuran kompak yang daya angkutnya sebisa mungkin dimaksimalkan. Citroen C3 Aircross ini memang benar bisa memuat 7 penumpang dewasa di dalamnya.
Tetapi itu datang dengan konsekuensi. Seperti, bila semua tempat duduk terisi, maka praktis tidak ada ruang bagasi belakang yang tersisa. Mungkin ini juga jadi alasan kenapa mereka menyediakan roof rack di atapnya.
Namun yang cukup menyenangkan sekaligus unik adalah kemampuan mekanisme bangku baris ke-3. Dua tempat duduk paling akhir itu dapat dilepas pasang, yang menyajikan kapasitas bagasi dengan luas hingga 511 liter.
ADVERTISEMENT
Coba duduk di baris ke-2, parameternya masih menggunakan tubuh saya. Kursi masih agak tegap, meski ada pengaturan sudut reclining yang sebenarnya tidak begitu membantu. Baris ke-3 jangan ditanya, agak kurang ideal bagi orang dewasa untuk perjalanan jauh.
Bagusnya, Citroen menambahkan blower pada plafon agar aliran udara dingin dari depan bisa cepat sampai ke kabin belakang. Selain itu, semua penumpang tak perlu risau soal dermaga pengisian daya listrik karena setiap baris mendapatkan port USB type A.
Rasa berkendara
Aspek selanjutnya yang saya sukai adalah kemampuan mesin bensin 1.200 cc 3-silinder turbo dengan tenaga 108,4 daya kuda dan torsi 205 Nm yang sudah bisa dicapai pada putaran mesin 1.750 rpm. Ini masih dipadukan dengan transmisi otomatik 6-percepatan.
ADVERTISEMENT
Rasanya? Boleh dibilang Citroen C3 Aircross adalah sedikit dari sekian mobil di segmennya yang paling bertenaga. Sangat asyik mengendarai SUV dengan ukuran yang terbilang kompak, panjang 4.323 mm, lebar 1.796 mm, dan tinggi 1.669 mm ini.
Di ruas jalan tol yang cukup lengang, C3 Aircross sama sekali tidak kesulitan menyamai tempo kelajuan duo SUV diesel ladder frame yang sangat populer di dalam negeri. Keluaran tenaga mesin dan transmisinya dapat bekerja dengan mesra.
Lebih-lebih soal suspensinya, Citroen sangat membanggakan aspek yang satu ini. Mereka menyebutnya flying carpet effect, kemampuan meredam jalan bergelombang hingga rusak yang menurut saya itu dibuktikan dengan sangat baik.
Saya tidak begitu paham bagaimana Citroen meracik kaki-kaki C3 Aircross ini, yang jelas ini membuat rasa berkendaranya jauh lebih mahal untuk kelas segmennya. Serunya, karakter suspensi ini tak mengganggu pengendaliannya yang juga cekatan dan akurat.
ADVERTISEMENT
Satu hal yang saya sadari setelah beberapa hari menggunakan Citroen C3 Aircross adalah kemampuan peredaman kabin. Lagi-lagi, kalau boleh dibilang jadi salah satu yang terbaik di kelasnya. Suara yang bersumber dari luar tidak mudah menyusup ke dalam kabin.
Konsumsi BBM
Tenaga buas dari mesin yang responsif tak berarti C3 Aircross menjadi haus bahan bakar. Mengacu layar panel meter digital 17,78 cm berwarna, mobil ini masih dengan mudah mendapatkan konsumsi BBM rata-rata mulai 11 km/liter hingga 14 km/liter.
Hasil itu dari kombinasi gaya berkendara beragam dan lalu lintas dilewati yang mayoritas kemacetan dan rute dalam kota. Termasuk irit karena mesinnya mampu menjaga putaran di bawah 2 ribu rpm, terutama ketika melintasi jalan tol.
ADVERTISEMENT
Hit and Miss
Citroen C3 Aircross memang banyak menyuguhkan presentasi menarik dan impresif. Selain faktor-faktor di atas, SUV ini juga memiliki kelengkapan dan fitur-fitur oke. Sebut saja layar sentuh 10,2-inci yang bisa terkoneksi Apple CarPlay dan Android Auto.
Tampilan antar muka yang disajikan berkelas dan cepat, sekaligus sangat intuitif. Untuk pengaturan suhu kabin, meski masih kenob putar, tetapi fungsinya sangat lengkap mulai dari heater, arah semburan angin, hingga front defroster dan rear defogger.
Namun, bukan berarti C3 Aircross ini nihil catatan khusus. Seperti yang saya tulis, kemampuan Citroen mengemas eksterior dan interiornya berhasil menyembunyikan beberapa kekurangan yang seharusnya hadir atau tersedia untuk mobil di segmennya.
Misalnya, dengan harga nyaris Rp 300 juta, Anda harus puas dengan absennya fitur smart keyless entry dan engine start stop button. Tak sampai di situ, C3 Aircross ini juga tak dilengkapi dengan auto retract outer mirror, hingga driver's auto up power window.
Paket keselamatan yang ditawarkan tidak begitu istimewa, dual SRS airbags, sistem rem ABS, kontrol stabilitas, Hill Hold Assist, dan kamera parkir. Mobil keluarga ini juga nihil pengait ISOFIX untuk child seat dan seatbelt 3-titik penumpang tengah baris ke-2.
ADVERTISEMENT
Terakhir satu kejanggalan yang agak mengganggu sekaligus membuat heran selama menggunakan Citroen C3 Aircross yakni soal lampu utamanya. Bukan mempermasalahkan tampilannya yang masih kristal multireflektor, tetapi lebih kepada lampu yang disematkan.
Coba diamati, Citroen Indonesia seperti menggantinya dengan komponen aftermarket. Namun ketika dikonfirmasi, pabrikan mengaku bahwa kelengkapan lampu LED tersebut merupakan standar dari pabrik.
Mengapa saya begitu 'misuh' soal lampu depannya ini? Karena cahaya putih yang dihasilkan tidak fokus, sebaran sinarnya tidak merata dengan baik, dan paling aneh adalah sorot tembak yang menurut saya terlalu tinggi dalam keadaan standar.
C3 Aircross dilengkapi dengan pengatur ketinggian sorot lampu melalui kenob putar di sisi kanan bawah pengemudi. Untuk mendapat sudut ideal, saya selalu menempatkan posisinya paling bawah agar seperti mobil normal pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Begitu juga foglamp-nya, unit kami sudah menggunakan LED. Kalau merujuk video ulasan Citroen C3 Aircross di India, baik lampu utama dan lampu kabut terlihat masih menggunakan bohlam biasa dengan pencahayaan berwarna kuning.
Alhasil, fungsi lampu jauh juga tidak maksimal. Pada beberapa kasus, saya tak bisa menyorot sinar lampu dengan jarak terjauh ketika melewati jalan yang sangat gelap. Belum lagi soal yang entah kenapa logo lampu jauh berwarna biru tak muncul ketika fitur diaktifkan.
Pros
Cons
ADVERTISEMENT
***