Ke Mana Ban-ban Bekas Berakhir?

22 Februari 2023 17:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Relawan menata ban bekas di kawasan Jalur Wisata Hutan Mangunan, Tebing Bego, Wukirsari, Imogiri, Bantul, D.I Yogyakarta, Selasa (8/2/2002). Foto: Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Relawan menata ban bekas di kawasan Jalur Wisata Hutan Mangunan, Tebing Bego, Wukirsari, Imogiri, Bantul, D.I Yogyakarta, Selasa (8/2/2002). Foto: Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia menyebabkan jumlah limbah ban bekas semakin meningkat. Cemaran ini bisa berbahaya bagi lingkungan sebab tidak dapat terurai apabila dibiarkan di tempat pembuangan sampah.
ADVERTISEMENT
HR dan GA Director Bridgestone Indonesia, Yunus Triyonggo, mengungkapkan, daur ulang jadi solusi untuk untuk memanfaatkan ban yang sudah rusak dan aus tersebut. Bukan menjadi ban yang baru tetapi menjadi produk lainnya yang bermanfaat.
“Ban bekas itu udah enggak bisa kita gunakan lagi karet dan benangnya. Karena, kualitasnya itu sudah menurun karena pemakaian. Makanya, ban bekas itu biasanya jadi bahan sandal sepatu,” katanya di JIExpo Kemayoran belum lama ini.
Proses pembuatan sandal di pabrik Hi Jack Sandals di Bandung, Rabu (18/1/2023). Foto: Akbar Maulana/kumparan
Umumnya, ban-ban bekas tersebut nantinya akan dikumpulkan oleh pihak ketiga dari bengkel atau diler. Itu kemudian dibawa ke fasilitas khusus untuk dicacah menjadi bubuk.
Selanjutnya, bubuk tersebut akan didistribusikan ke produsen alas kaki. Itu akan dipanaskan dan dicetak ulang menjadi alas sandal dan sepatu.
ADVERTISEMENT
“Ada juga yang menggunakan bubuk tersebut untuk kebutuhan pembuatan jogging track. Karetnya digunakan sebagai lapisan agar lari jadi lebih nyaman,” ujarnya.
Sejumlah peserta memacu kecepatannya saat mengikuti Lari Estafet 4x100 meter campuran pada Dash Fest 2022 di Stadion Madya, Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (11/9/2022). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Selain ban bekas yang di-recycle, ban yang cacat produksi kata Yunus juga didaur ulang. Caranya sedikit berbeda dengan ban bekas pakai.
“Kalau tadi kan dijadikan bubuk, kalau ban cacat akan dipisahkan antara karet dengan benangnya. Caranya menggunakan alat khusus namanya sosot ban atau menggunakan alat pengail atau jara. Karetnya kita ambil lagi dan benangnya dijual,” paparnya.
Sejumlah prajurit KRI Usman Harun-359 menarik tali kapal ketika proses sandar di Pelabuhan Dili, Timor Leste, Rabu (11/12). Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Karet ban akan digunakan kembali sebagai bahan baku pembuatan ban baru. Sementara, benangnya akan digunakan oleh pengrajin untuk membuat tali tambang khusus untuk kapal sebab memiliki kualitas yang baik.
“Kami akan selalu mencari cara untuk mengurangi limbah ban tersebut. Ini selaras dengan komitmen kami di ekologi. Apalagi, daur ulang itu menciptakan lapangan kerja baru,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT