Kembaran Wuling Almaz dengan Emblem Chevrolet Dijual Rp 493 Juta
PerbesarADVERTISEMENT
Kembaran Wuling Almaz di Thailand resmi mengaspal. Namanya Chevrolet Captiva, tapi punya banderol yang lebih mahal ketimbang Almaz.
ADVERTISEMENT
Ya, dari laman resminya, Captiva baru itu varian paling rendahnya punya harga 959 ribu baht atau sekira Rp 439 jutaan. Sementara varian paling tinggi di angka Rp 549 jutaan.
Padahal bila dibandingkan dengan harga Almaz di Tanah Air, kisarannya Rp 263,8 sampai 338,8 juta.
Secara desain, eksterior, dan bentuk sebenarnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara SUV berlogo Chevrolet dan Wuling ini. Tapi tentu saja sebagai pembeda, pastinya ada identitas perusahaan.
Pun sama seperti keadaan interiornya. Punya head unit layar sentuh besar berukuran 10,4 inci yang diapit kisi-kisi AC-nya yang berbentuk vertikal. Ini juga lengkap dengan teknologi koneksi smartphone berupa Chevrolet-Link, ya serupa seperti Wuling-Link.
Soal konfigurasi kursi pun juga sama persis. Ada Captiva 5-penumpang, ada pula yang versi 7-penumpang. Lanjut bicara fitur, lagi-lagi bak pinang dibelah dua, minim bedanya antara Almaz dan Captiva.
Padahal MG Hector, kembaran dua model ini di India punya fitur yang lebih modern. Sebut saja fungsi di head unit yang lebih beragam yang bisa tersematkan kartu sim, fitur find my car, hingga iSmart Next Gen, yakni fitur yang bisa mengungkap kondisi mobil sebelum pemiliknya melakukan perjalanan.
ADVERTISEMENT
Tapi untuk Captiva tidak terdapat fitur perintah suara sebagaimana Wind (Wuling Indonesian Command). Untuk teknologi tersebut digantikan dengan fitur Apple CarPlay dan Android Auto.
Soal dapur pacu, Chevrolet membekalinya dengan mesin 1.500 turbo DVVT 4-silinder yang memproduksi tenaga 143 dk pada 5.000 rpm dan torsi 250 Nm di putaran 2.400 rpm lewat transmisi CVT 8-percepatan.
Buatan Cikarang
Yang bikin menarik adalah, Chevrolet Captiva di Thailand merupakan unit yang dibuat dan dikirim langsung oleh pabrik Wuling Motors di Cikarang, Jawa Barat.
Senior Brand Manager Wuling Motors, Dian Asmahani, membenarkan hal tersebut. "Untuk saat ini impornya hanya ke Thailand, mengenai detail segala macamnya nanti ya informasinya sebentar lagi, saat ini di tahun 2019 sekitar 1.000 unit lebih," singkat Dian saat ditemui beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT