Marka Jalan Tol Bisa 'Menghipnosis' Pengemudi, Kok Bisa?

25 Desember 2022 12:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas operator bersiap menderek mobil truk yang rusak di jalan tol Sigli-Banda Aceh (Sibanceh) Seksi IV di kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (6/10/2022). Foto: Ampelsa/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas operator bersiap menderek mobil truk yang rusak di jalan tol Sigli-Banda Aceh (Sibanceh) Seksi IV di kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (6/10/2022). Foto: Ampelsa/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Kadang, mengemudikan mobil melalui jalan tol bisa membuat pengemudi menjadi bosan. Beberapa di antaranya dikarenakan kondisi marka jalan yang berulang-ulang serta pemandangan yang itu-itu saja.
ADVERTISEMENT
Pendiri sekaligus Instruktur Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC), Jusri Pulubuhu menerangkan kondisi bosan ini bisa lebih parah manakala waktu perjalanan dilakukan saat malam hari.
“Ketika melewati jalanan yang monoton utamanya malam hari karena melihat marka jalan dan pemandangan yang monoton, bisa menimbulkan fenomena highway hypnosis,” ungkapnya saat dihubungi kumparan, Sabtu (24/12).
Kendaraan yang didominasi pemudik melaju satu arah (One Way) di Jalan Tol Trans Jawa Semarang-Solo Km 426 B, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (8/6) malam. Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan
Fenomena ini katanya merupakan salah satu gejala kelelahan yang bisa menyerang pengemudi, meskipun dalam kondisi yang bugar. Otak yang tidak terstimulasi karena pandangan yang sama jadi salah satu penyebabnya.
“Berkendara di jalan lurus yang panjang dan lengang menyebabkan beberapa hal atau objek tidak ditangkap dengan baik oleh otak. Ini berbahaya, contohnya pengemudi terus menginjak pedal gas dan tahu-tahu kecepatan tinggi, terus enggak bisa dikendalikan,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, kejadian ini bisa terjadi tanpa prediksi. Ini karena kaitannya dengan jam biologis tubuh beserta siklusnya. karena malam hari merupakan waktu ideal untuk istirahat.
"Sehingga yang terjadi oksigen berkurang, umumnya aktivitas fisik sudah mulai menurun dan diikuti dengan jangkauan visibilitas yang menurun," kata Jusri.
Posisi mengemudi mobil Nissan Magnite. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
Maka dari itu, Jusri menyarankan agar pengemudi bisa melakukan aktivitas yang menstimulasi otak selama melakukan perjalanan jarak jauh.
“Kalau mobil manual bisa memindahkan tuas perseneling sesekali. Atau, ketika ada kendaraan di lawan arah atau di depan bisa mengisi pemikiran bahwa saya harus waspada dan melakukan pengecekan kaca spion selama lima atau delapan detik,” imbuhnya.
Posisi mengemudi MG HS i-Smart saat melintasi tol Trans Jawa. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
Selain itu, memutar musik, mengobrol dengan anggota keluarga atau sahabat bisa meredam highway hypnosis. Membuka kaca sesekali juga bisa membantu mengurangi 'terhipnotis' karena kondisi jalan.
ADVERTISEMENT
“Pasokan oksigen bisa membantu pengendara agar tidak bengong. Terpenting, turunkan kecepatan di bawah batas kecepatan normal agar kewaspadaan dan jarak aman saat bermanuver tiba-tiba bisa tersedia,” pungkasnya.