Mau Motor Matik Awet? Hindari 7 Kesalahan Ini

15 Agustus 2021 9:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
All New Yamaha NMax 155 vs All New Honda PCX 160 Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
All New Yamaha NMax 155 vs All New Honda PCX 160 Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu alasan motor matik dipilih konsumen karena praktis dalam penggunaannya. Cukup mengatur gas dan rem motor sudah bisa berjalan, apalagi soal perawatan juga terbilang minim dibandingkan motor bertransmisi manual.
ADVERTISEMENT
Tapi sayangnya meski mudah dalam pengoperasian, membuat pemiliknya terlena. Tidak sedikit yang abai soal anjuran cara berkendara motor matik, sehingga menjadi kesalahan yang kerap kali diulangi bahkan jadi kebiasaan tanpa disadari.
Nah di artikel kali ini kita akan kupas 7 kesalahan yang paling sering dilakukan pemotor matik. Setelah membaca tips ini, mulai sekarang jangan lakukan lagi kesalahan tersebut.

1. Tahan gas ketika berhenti

Tampilan saklar pada setang sebelah kanan. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
Kesalahan yang pertama adalah menahan tuas gas ketika sepeda motor sedang berhenti sementara, misalnya di lampu merah. Praktiknya adalah memuntir gas sedikit namun lajunya ditahan dengan tuas rem.
Menurut Service Advisor Honda Margo Mulyo Megah, Pasar Minggu, Ahmad Kosasih kebiasaan tersebut bisa membuat komponen kampas kopling motor matik cepat aus.
ADVERTISEMENT
Efek negatifnya adalah membuat tenaga yang disalurkan ke roda belakang menjadi tak maksimal. Jadi, ketika gas diputar kampas kopling juga ikut berputar, namun rumah kopling yang terhubung dengan ban tidak berputar.
Hasilnya muncul gesekan yang besar dan panas sehingga membuat kopling matik cepat minta ganti.
"Kalau pemakaiannya tepat, penggantian kampas kopling itu sesuai buku servis di 30.000 km. Tapi kalau sering menahan gas paling tidak di 18.000 km harus ganti," kata Ahmad.

2. Menahan tuas ketika jalan

Test ride Honda Genio Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
Yang kedua adalah menahan tuas gas tapi motor sembari jalan. Kebiasaan ini kerap tak terhindarkan dan membuat lampu rem cepat putus dan kampas rem juga cepat aus.
Menurut Head of Safety Riding Promotion Wahana, Agus Sani selain membuat motor matik cepat rusak, kebiasaan tersebut juga bisa mengundang kecelakaan. Demi keamanan mulai sekarang biasakan posisi tangan menggenggam sempurna grip gas, jari jangan nempel di tuas rem.
ADVERTISEMENT
"Ketika orang itu di jalan dan melihat situasi bahaya, otak pasti akan refleks mengirim sinyal ke tangan buat narik rem depan, padahal kita belum mau rem. Lebih bahaya kalau jalur lagi licin, ketika jalur licin potensi ban depan tergelincir pasti besar,” jelas Agus.

3. Tarik gas dalam-dalam di awal

Dua pengendara sepeda motor berhenti di dalam Kotak Kuning Persimpangan (Yellow Box Junction) saat lampu merah menyala di Jalan MH Thamrin, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Selanjutnya perilaku salah yang sering kali ditemui di lampu lalu lintas. Seketika lampu hijau, para pengendara motor matik langsung membetot gasnya dalam-dalam.
Memang bisa mendapatkan akselerasi maksimal. Tapi bila dilakukan berulang maka membuat v-belt cepat aus, juga boros bensin.

4. Jarang bersihkan rumah CVT

Ilustrasi pembongkaran dan upgrade CVT motor matik. Foto: Vatrick Garage
Motor matik yang menggunakan penggerak v-belt dan pulley bukannya tanpa perawatan. Dijelaskan oleh Technical Training Analyst PT Astra Honda Motor (AHM) Endro Sutarno minimal bersihkan CVT 8 ribu km sekali.
ADVERTISEMENT
Cara ini dilakukan agar menghindari gejala gredek atau getar saat akselerasi awal. Terlebih untuk menjaga kualitas kampas kopling tetap optimal, sehingga menghindari bunyi decitan gesekan kotoran pada rumah kopling.

5. Acuh ganti oli gardan CVT

Tuangkan oli transmisi baru. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
Masih berkaitan dengan perawatan, pemilik sering kali abai mengganti oli gardan. Padahal anjurannya setiap 8 ribu km sekali.
Endro menuturkan, jika dibiarkan tidak diganti, bisa menimbulkan bunyi bising pada area gardan. Selebihnya karena mengandung kotoran, gesekan bisa mengakibatkan komponen penggerak motor ambrol.

6. Mematikan mesin pakai standar

Standar samping motor Foto: Gesit Prayogi/kumparanOTO
Meski tidak sepenuhnya salah, namun sebaiknya hindari perilaku ini karena berkaitan dengan keamanan motor. Sebab standar samping bukan peranti untuk mematikan mesin.
Bisa-bisa Anda lupa, motor memang sudah mati tapi tidak dengan sistem kelistrikannya. Kemudian berjalan meninggalkan motor dan membiarkan sistem kelistrikan selalu hidup.
ADVERTISEMENT
"Dengan begitu tak cuma mesin, seluruh sistem motor yang berkaitan dengan aki juga ikut mati," pungkas Endro.

7. Langsung menghidupkan mesin motor

Ilustrasi lampu MIL pada motor injeksi. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
Yang terakhir khusus pengguna motor matik injeksi umumnya langsung menyalakan mesin motor tanpa menunggu indikator lampu MIL (Malfunction Indicator Light) mati.
ADVERTISEMENT
Senior Technical Advisor Yamaha Indonesia, Slamet Kasianom mengatakan tujuan utama motor injeksi dibekali denan MIL adalah untuk menganalisis kemungkinan adanya kerusakan.
"Sebaiknya ditunggu dulu sampai lampu indikator itu mati. Dan kemudian pastikan tidak ada lampu indikator yang menyala," kata Slamet.