Mengenal Ride by Wire, Teknologi Pengganti Kabel Gas Motor Kekinian

25 Februari 2021 12:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mencoba handling Aprilia Shiver 900 Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mencoba handling Aprilia Shiver 900 Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
ADVERTISEMENT
Teknologi pada sepeda motor terus berkembang, salah satunya sistem ride by wire, yang mulai jamak ditemukan motor berkubikasi menengah hingga besar. Tak jarang ada juga pabrikan yang menamakannya throttle by wire.
ADVERTISEMENT
Sederhananya teknologi ride by wire menurut Technical Training Manager PT Piaggio Indonesia, Yudi Riswanto, fungsinya mengeliminasi kerja kabel baja pilin (kabel gas), yang menghubungkan grip gas dengan katup kupu-kupu.
Ride by wire, semuanya serba elektronik. Ketika pengendara memuntir gas, pergerakannya langsung dibaca sensor untuk kemudian dikonversi dari analog menjadi sinyal listrik digital menuju ECU (Engine Control Unit), sebagai 'otak' dari keseluruhan sistemasi operasional motor.
Tampilan depan Aprilia Shiver 900 Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
ECU kemudian memerintahkan porsi bukaan katup throttle body sesuai kondisi ideal.
Maksudnya kondisi ideal? Jadi saat temperatur mesin belum mencapai titik optimal atau baru dinyalakan, lalu pengendara membetot gas dalam-dalam, bukaan throttle body akan diatur sesuai kemampuannya dalam kondisi tersebut.
Sehingga misalnya menginginkan raungan mesin tinggi atau akselerasi maksimal, akan sulit diraih karena suhu mesin belum mencapai level puncak. Tapi benefitnya, mesin tidak akan mati. Lebih efisien bahan bakarnya dan minim perawatan.
Touring Lombok Piaggio Indonesia. Foto: Bangkit Jaya Putra
Beda cerita pada motor konvensional, saat membuka gas besar, membuat katup throttle body ikut terbuka lebar, asupan udara jadi ikutan membludak. Lebih lanjut manakala lubang intake-nya besar mesin akan mengalami stall atau mati.
ADVERTISEMENT
"Makanya enggak ada lagi kejadian gas nyangkut, throttle body-nya nggak balik lagi itu nggak ada," buka Yudi saat ditemui kumparan di diler Gaia Motor, di Jakarta, Rabu (24/2).
Touring Lombok Piaggio Indonesia. Foto: Bangkit Jaya
"Ride by wire pada dasarnya kendali ada pada motor di ECU-nya bukan secara langsung dari pengendaranya," tambahnya.
Dengan menggunakan ride by wire juga memungkinkan motor bisa disematkan berbagai macam piranti lain, seperti cruise control, mode berkendara, hingga kontrol traksi dengan berbagai tingkatan.

Ride by wire juga sistem proteksi motor

Sistem tersebut juga dijelaskan Yudi mampu memberikan proteksi dini pada pengendaranya, mengingat motor besar punya performa yang buas. Sehingga harus diantisipasi segala kelainannya biar tidak membahayakan.
Fitur Aprilia Mia Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
Manakala ada sensor yang rusak, kondisinya langsung terpantau pada layar panel instrumen, melalui indikator yang menyala, atau gejala penanda malfungsi sistem.
ADVERTISEMENT
"Ada yang namanya safety strategy, misalnya mendeteksi motor nggak aman atau ada sensor yang rusak, akan terjadi situasi pertama hanya bisa langsam, kemudian putaran mesin naik turun tanpa digas dan ada informasi urgent service, terakhir misalnya kerusakannya bahaya banget dia akan mematikan semua sistem, tidak bisa dipakai," katanya.
Ilustrasi ride by wire. dok. Federal Oil
Beberapa motor di bawah naungan Piaggio Indonesia sudah menggunakan ride by wire, seperti Moto Guzzi V85 TT, Moto Guzzi V7 III, Piaggio MP3 500, atau Aprilia Shiver 900.
"Tandanya ketika kunci kontak on, semua sensor akan mengalami initial check. Pada V585 TT atau Shiver akan ada bunyi 'ngiiing' atau 'tek-tek-tek' yang artinya sedang menyesuaikan sensor gas dan throttle," pungkas Yudi.