Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Status orisinalitas mobil buatan PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka ) masih jadi teka-teki besar. Salah satu modelnya, yakni Bima yang dikenalkan pekan lalu, dianggap mirip dengan produk garapan pabrikan China.
ADVERTISEMENT
Presiden Direktur PT Esemka, Eddy Wirajaya, menegaskan bahwa mobil-mobil Esemka bukanlah rebadge alias sekadar ganti logo dari produk buatan pabrikan China.
Apalagi, pabrik Esemka di Desa Demangan, Boyolali juga mendapatkan suplai komponen dari perusahaan yang tergabung di GIAMM (Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor) dan PIKKO (Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif).
Coba meluruskan informasi yang beredar, perwakilan Kementerian Perindustrian, Gaikindo, GIAMM, dan PIKKO pun mengundang sejumlah jurnalis untuk berbincang seputar kandungan lokal di produk Esemka di Gedung Grha BNI, Jakarta, Rabu 11 September 2019.
Jadi dari mana asal muasal Esemka Bima ? Apakah hasil pengembangan sendiri atau memanfaatkan platform dari pabrikan lain?
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin, Putu Juli Ardika, mengatakan bahwa produk Esemka menggunakan desain yang sama seperti pikap yang ada di Tiongkok.
ADVERTISEMENT
"Kalau saya tangkap Esemka itu melakukan hal serupa seperti putus desain. Ini bukan CKD (completely built up) juga bukan IKD (incompletely knocked down). Esemka pakai fasilitas part by part, itu komponen-komponen yang dibutuhkan (di luar suplai dalam negeri) yang diimpor," jelasnya saat ditemui di Jakarta, (11/9).
Sayangnya, ketika ditanya soal komponen yang masih diimpor itu, Putu memilih irit bicara.
Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara --walaupun tidak mengatakan Esemka itu model rebadge-- mengamini bahwa identitas produk Esemka, yakni Bima, merupakan hasil pengembangan dari pabrikan lain.
"Itu lah yang terjadi belakangan ini, satu jenis mobil bisa di-badging berbagai macam merek tergantung bagaimana pemasarannya," buka Kukuh pada kesempatan yang sama.
"Saya pernah di GM (General Motors). Waktu itu pertama masuk daftar Chevrolet, tapi kemudian kebijakan korporasi menentukan enggak bisa begitu, jangan pakai merek Chevrolet di Indonesia, tapi pakai merek Opel. Makanya muncul Opel Blazer, padahal yang dikenal Chevrolet Blazer,” jelasnya lagi.
ADVERTISEMENT
Baik Putu maupun Kukuh pun belum bisa mengakomodasi pertanyaan seputar orisinalitas Esemka Bima yang diperkenalkan pada Jumat 6 September 2019 lalu.
"Makanya coba kami nanti fasilitasi apa strateginya Esemka , kan banyak yang bertanya-tanya, nanti coba kami fasilitasi," timpal Putu.