Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Kehadiran Mitsubishi Xpander AP4 sukses membuat panggung Mitsubishi di IIMS 2019 menjadi perhatian pengunjung.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak, selain menjual edisi Limited dari produk Low MPV-nya, mereka pun membuka selubung sebuah konsep balap AP4, yang siap turun ke sejumlah kompetisi reli.
Mitsubishi Xpander AP4 punya tampilan yang jauh berbeda dengan versi standar. Bodinya dibuat lebih lebar, khususnya di fender samping dan terdapat wing spoiler yang besar dibelakang. Apalagi corak seragam dengan kombinasi warna hitam-merah-putih membuat tampilannya kian mencolok.
Adalah Pereli Nasional sekaligus Brand Ambassador Mitsubishi, Rifat Sungkar yang jadi otak dibalik lahirnya konsep Xpander AP4 ini.
Ide ini tercetus ketika Rifat terbang ke Jepang untuk menjajal Mitsubishi Xpander yang kala itu belum diproduksi secara massal.
“Buat saya, yang paling berkesan dari mobil ini adalah bagaimana mobil ini bisa dikendalikan dengan sangat mudah padahal wheelbase-nya panjang," ungkap Rifat Sungkar.
ADVERTISEMENT
Kebetulan, Chief Engineer Mitsubishi yaitu Hiroshi Fujii, yang terlibat dalam pengembangan Evo I hingga Evo X, duduk menemani.
“Beliau menjelaskan bahwa Xpander ini memang mengambil filosofi basis dari Evo. Dari situ saya mempunyai pemikiran, bahwa mobil ini bisa dijadikan 'sesuatu' suatu saat nanti," imbuh Rifat.
Selain itu, sejumlah spesifikasi dasar termasuk bobot Mitsubishi Xpander ternyata sesuai bila diterjunkan ke balap reli. Ia menjelaskan, Low MPV yang dibangun dari XM Concept ini memenuhi syarat bobot 1.230-1.300 kg. Dan yang paling penting adalah kontribusi bobot bagian depan dan belakangnya.
“Berdasarkan hasil penimbangan di bengkel saya, yang paling membuat saya kaget yaitu antara bobot depan dan belakangnya itu hanya berbeda 0,2 persen. (Yang artinya) mobil ini bisa dibilang memiliki sasis yang hampir sempurna," tambah Rifat.
Meski secara bobot memenuhi, Rifat dan tim juga mencopot beberapa komponen seperti dasbor, door trim, jok, karpet, plafon, sistem pendingin udara, sistem audio, dan kaca yang diganti menggunakan polycarbonate. Tak ketinggalan, roll cage turut diaplikasikan untuk meningkatkan aspek keselamatan.
ADVERTISEMENT
Mesin
Menyoal jantung mekanis, Rifat masih merahasiakan mesin yang bersemayam di balik kap Xpander AP4. Sebab, sejauh ini ia masih melakukan pengembangan lebih lanjut.
Kendati demikian beberapa pilihan yang sangat mungkin disuntikkan ke Xpander adalah menggunakan mesin standarnya, Eclipse Cross, dan mesin Evo VIII atau Evo X.
Mengingat regulasi AP4 wajib menggunakan konfigurasi mesin 1.600 cc 4-silinder turbo atau 1.800 cc 4-silinder turbo, mau tak mau Rifat pun akan melakukan penyesuaian terhadap basis mesinnya, entah itu bawaan Xpander atau dari model lain.
"Saya sih sebenernya tertarik dengan mesin Eclipse Cross tersebut, karena berdasarkan referensi di luar, mesin tersebut cukup oke. Tapi memang agak riskan karena sebelumnya mesin ini belum teruji di sini," jelasnya.
Sementara itu, Rifat sendiri pernah turun ke kompetisi reli nasional dan internasional menggunakan Mitsubishi Evo. Sehingga, bukan tidak mungkin bila mesin tersebut akan dipakai untuk Xpander AP4 kelak.
ADVERTISEMENT
Selain sudah mengenal karakter mesinnya, tentu dengan memilih mesin Evo, Rifat sudah tidak memerlukan waktu lama untuk pengembangan dan pengujian mesin tersebut. Dan hal tersebut tentu sangat baik, karena dapat mengurangi biaya pengembangan dan juga waktu pengerjaan