Panduan Mudik: Supaya Aman Melintasi Jalur Contra Flow

16 April 2023 15:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah kendaraan melintas di jalur "contra flow" di jalan Tol Jagorawi, Jakarta Timur, Jumat (24/12/2021). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah kendaraan melintas di jalur "contra flow" di jalan Tol Jagorawi, Jakarta Timur, Jumat (24/12/2021). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Salah satu skema yang akan dilakukan pemerintah terkait rekayasa lalu lintas di jalan tol selama arus mudik Lebaran, adalah penerapan sistem contra flow atau lawan arah.
ADVERTISEMENT
Sistem ini memanfaatkan sebagian badan jalan yang ada di jalur yang berlawanan arah, beberapa di antara Anda mungkin sudah familiar dengan sistem serupa yang selalu dilakukan di beberapa ruas jalan tol dalam kota pada periode waktu tertentu.
Meski sekilas sama, tetapi Director Training Safety Defensive Consultant (SDCI) Sony Susmana menilai, contra flow yang akan diterapkan di ruas tol lain saat arus mudik nanti tetap memiliki karakteristik yang agak berbeda.
“Ini contra flow kan sifatnya lajur sementara, ya. Jadi tidak semua orang mengerti atau hafal bagaimana situasinya,” buka Sony saat dihubungi kumparan beberapa waktu lalu.
Kendaraan melintas saat pemberlakuan "Contra Flow" di KM 91 Tol Cipularang, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Maksudnya, beda dengan sistem contra flow yang dilakukan di beberapa titik ruas tol dalam kota yang terbilang rutin dilakukan, sehingga pengemudi yang sudah cukup sering melewatinya akan terbiasa dengan situasinya.
ADVERTISEMENT
“Jangan asal main masuk saja, ketahui dulu di mana titik kilometer sistem contra flow ini diterapkan, sehingga tidak berdekatan dengan exit tol yang kita inginkan ketika kembali ke jalur yang seharusnya, itu berbahaya,” imbuh Sony.
Kemudian, ketika sudah berada di dalam lajur contra flow, Sony menyarankan untuk jaga kecepatan dan jarak antar pengguna jalan lainnya.
“Idealnya itu 60 km/jam, plus minus lah jangan lebih dari 70 km/jam dan jangan kurang dari 50 km/jam. Karena kalau terlalu pelan pasti akan menghambat lalu lintas, kalau lebih malah lebih berbahaya,” jelasnya.
Kendaraan terjebak kemacetan saat pemberlakuan "Contra Flow" di KM 91 Tol Cipularang, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Untuk jaga jarak, terapkan teori 4 detik dengan kendaraan yang ada di depan. Mengapa 4 detik? Menurut Sony itu sudah disesuaikan dengan reaksi manusia, ia menyebut ketika hendak melakukan pengereman itu butuh waktu 1 detik, kemudian saat pengereman itu butuh waktu 1 detik.
ADVERTISEMENT
“Menjaga posisi atau reference point mobil yang kita bawa, tidak terlalu ke kiri atau ke kanan usahakan persis di tengah-tengah lajur. Supaya punya antisipasi jika diharuskan mengerem mendadak agar punya ruang untuk menghindar,” bebernya.
Ia juga tak menampik, mengemudi di lajur contra flow dapat membuat pengemudi jadi gugup. Sebab, pengendara yang melewati lajur ini sudah pasti akan berpapasan dengan kendaraan dari arah berlawanan dalam kecepatan tinggi dan sangat dekat.
“Lewat lajur contra flow ini juga bisa bikin canggung, sebagian orang tidak peduli dengan tidak menjaga jarak dan kecepatannya. Metode defensive driving perlu diterapkan, seperti melihat depan, sisi kiri kanan pakai spion, sesekali lihat belakang,” terang Sony.
Terakhir, lajur contra flow tidak disarankan dilalui bagi pengemudi pemula maupun lanjut usia, ini terkait dengan refleks dari gerak motorik tubuh ketika terjadi momen yang butuh penanganan sigap.
ADVERTISEMENT
“Kalau tidak biasa contra flow sebaiknya jangan lewat kalau tidak penting-penting banget, terutama untuk pengemudi pemula, terlebih lanjut usia karena motoriknya sudah berkurang dan daya pandangnya,” pungkas Sony.
***