Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Pemerintah Akan Hapus Program Mobil Murah
28 Maret 2017 8:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Program Kendaraan Bermotor Hemat Bahan Bakar Harga dan Terjangkau (KBH2) atau yang lebih dikenal dengan low cost green car (LCGC) akan dihapus dalam waktu dekat.
ADVERTISEMENT
Menurut Dirjen Industri Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (Ilmate) Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan, program LCGC bukan dihapus sepenuhnya melainkan akan dimasukkan dalam program baru bernama low carbon emission vehicle (LCEV).
"Bukan menyetop tapi melanjutkan dengan memperluas cakupan ke kendaraan yang lebih rendah emisinya sampai beremisi nol (kendaraan listrik), sehingga nama programnya akan diubah menjadi LCEV (Low Carbon Emission Vehicle)," kata Putu saat dihubungi kumparan (kumparan.com), yang ditulis Selasa (28/3).
Sebagaimana diketahui aturan main LCGC tertuang melalui Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 33/M-IND/PER/7/2013.
Di dalam aturan itu, mobil yang bermain di kelas ini harus menggunakan mesin 980 - 1.200 cc dan Diesel 1.500 CC dengan konsumsi BBM paling sedikit 20 km/liter. Pemerintah juga mengatur bahwa mobil-mobil dijual memiliki harga setinggi-tingginya Rp 95 juta.
Sejumlah pabrikan menyambut program ini. Toyota, Suzuki, Honda, dan Datsun ambil bagian. Bahkan pasar LCGC kini makin meluas dengan tersedianya varian tujuh penumpang.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, LCEV ini mirip dengan program Energy Efficient Vehicles (EEV) di Malaysia. Di negeri tetangga, pemerintah memberikan insentif bagi manufaktur yang mampu melokalkan produksi mobil irit BBM, hybrid, mobil listrik, dan mobil berbahan bakar alternatif: CNG, LPG, biodiesel, ethanol, serta hidrogen.
Sepanjang tahun lalu, 42,8 persen mobil baru sudah memenuhi spesifikasi teknis EEV di Malaysia dan akan menembus 100 persen pada 2025.
"Saya yakin pada 2025, seluruh mobil baru yang dijual di Malaysia sudah memenuhi standar EEV," kata CEO Malaysia Automotive Institute (MAI) Datuk Madani Sahari.