Pemicu Microsleep Ketika Berkendara Jarak Jauh dan Cara Mencegahnya

17 April 2023 8:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mengantuk saat mengemudi. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengantuk saat mengemudi. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Safety Riding Instructor PT Astra Honda Motor, Hendrik Ferianto mengungkapkan pentingnya pasokan oksigen saat berkendara jarak jauh. Sebab, bila berkurang, pengendara bisa mengalami rasa kantuk meski durasi perjalanan baru sebentar.
ADVERTISEMENT
“Saat melakukan perjalanan jarak jauh, menggunakan motor, terus helmnya kekecilan, pasti kita akan merasa kantuk meski baru beberapa menit atau jam. Ini dikarenakan suplai pembuluh darah mengalami penyempitan sehingga pasokan oksigen berkurang,” katanya beberapa waktu lalu.
Posisi riding Piaggio Medley S 150 yang rileks. Foto: dok. Ary Dwinoviansyah
Ketika terus menerus berkurang, ini bisa menimbulkan microsleep. Ini adalah hilangnya kesadaran atau perhatian seseorang karena merasa lelah atau mengantuk. Risiko bahaya sangat tinggi bila sedang mengemudi.
“Kalau kecepatan 40 km/jam, kita konversikan itu sekitar 11m/detik. Artinya, setiap 1 detik kita kedip, motor atau mobil itu enggak ada yang nyetir sejauh 11 meter. Kalau 2 detik, berarti sudah 22 meter. Maka dari itu, microsleep sangat berbahaya bagi pengendara,” jelasnya.
Pengaturan AC All New Toyota Corolla Altis Foto: Aditya Pratama Niagara
Maka dari itu, pengendara motor disarankan untuk menggunakan helm yang pas, agar asupan oksigen ke otak tercukupi. Khusus, pengendara mobil, bisa memanfaatkan fitur open close air, berupa tombol “undo” di bagian dashboard atau sistem komputerisasi mobil.
ADVERTISEMENT
“Tombol recirculation button, itu bisa dinon-aktifkan sebentar, sekitar lima menit saja. Fungsinya agar udara luar itu menggantikan udara yang kita hirup di dalam mobil. Bisa di-non aktifkan tiap 2 jam setelah berkendara,” terangnya.
Interior Toyota Avanza Generasi Ketiga. Foto: Muhammad Ikbal/kumparan
Oksigen pada udara yang terus menerus berputar di dalam kabin, tanpa ada sirkulasi, akan berkurang seiring waktu. Efeknya, ini bisa menimbulkan rasa kantuk bagi pengemudi dan meningkatkan risiko terkena microsleep.
Pertukaran udara bisa dilakukan di area dengan arus lalu lintas yang sepi. Bisa juga dilakukan di parkiran yang teduh. Bila kendaraan belum memiliki fitur ini, jendela bisa dibuka untuk menggantikan udara yang ada.
“Dengan mengganti udara, idealnya kita bisa melakukan perjalanan hingga empat jam. Lalu, beristirahat selama 30 menit. Kalau motor, tiap dua jam harus istirahat, ya. Ini perlu diperhatikan bagi seluruh masyarakat yang hendak mudik,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT