Pengamat Sebut Tak Ada Transfer Teknologi di Industri Otomotif: Relokasi Pabrik

7 Mei 2025 6:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dosen, Peneliti, dan Pengamat Otomotif ITB Yannes Martinus Pasaribu menjadi pembicara pada kumparan New Energy Vehicle Summit 2025 di MGP Space, SCBD Park, Jakarta, Selasa (6/5/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dosen, Peneliti, dan Pengamat Otomotif ITB Yannes Martinus Pasaribu menjadi pembicara pada kumparan New Energy Vehicle Summit 2025 di MGP Space, SCBD Park, Jakarta, Selasa (6/5/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Perbincangan tentang otomotif Indonesia tak pernah lepas dari pemosisian industri Indonesia dalam menghadapi gempuran model-model kendaraan baru dari luar. Termasuk, di dalamnya, adalah persoalan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) dengan segala kompleksitasnya.
ADVERTISEMENT
TKDN merujuk pada persentase yang menunjukkan seberapa besar komponen sebuah produk berasal dari dalam negeri. Tujuan diberlakukan kebijakan ini adalah untuk mendorong penggunaan produk lokal, mendukung industri dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Besaran persentase TKDN ini dinamis, bisa berubah tergantung kebijakan pemerintah dalam menghadapi isu tertentu. Bisa kencang di suatu masa, kemudian kendor di masa yang lain.
Tapi tak cuma itu, salah satu tujuan tidak langsung yang dikejar dari TKDN adalah proses transfer of technology, atau pemindahan teknologi, agar suatu saat nanti, industri dalam negeri dapat berdiri secara mandiri dan tak lagi tergantung pada barang dari luar.
Soal pemindahan pengetahuan dan teknologi ini, Dr. Yannes Martinus Pasaribu, M.Sn., dosen, peneliti, sekaligus pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan bahwa selama ini, hal itu tidak terjadi.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada transfer teknologi! Yang terjadi adalah relokasi pabrik, pabrik komponen, kemudian di sini cuma ada packing untuk baterai dan sebagainya," ujar Yannes dalam kumparan New Energy Vehicle Summit 2025 di MGP Space, Jakarta, Selasa (6/5/2025).
Itu pun, menurutnya, selama ini cuma industri yang sudah "sunset" yang jadi pindah ke Indonesia.
"Terus banyaknya yang masuk ke Indonesia itu industri komponennya itu yang padat buruh, padat limbah, padat energi. Jadi industri sunsetnya pindah ke sini," katanya.
Dosen, Peneliti, dan Pengamat Otomotif ITB Yannes Martinus Pasaribu menjadi pembicara pada kumparan New Energy Vehicle Summit 2025 di MGP Space, SCBD Park, Jakarta, Selasa (6/5/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Yannes bilang, industri yang masuk ke Indonesia baru terbatas di tier 4, yakni komponen paling dasar dari industri otomotif. "Industri baut," katanya.
"Tier yang lebih tinggi, tier 3, tier 2, sampai yang punya brand tier 1 gitu kan nah, itu semuanya yang pabriknya itu bedol desa, relokasi ke Indonesia," ujar Yannes.
ADVERTISEMENT
Tak cuma itu, menurutnya, TKDN yang ada selama ini tidak bisa dihitung transfer pengetahuan-teknologi yang seharusnya dilakukan. "Emang ada R&D yang melibatkan SDM lokal di industri kita?" tanya Yannes, retoris.
"Kan ide awal dulu dari Presiden kedua, konsep TKDN itu ada transfer teknologi di dalamnya, biar, bangsa kita mulai belajar meniru, kepakarannya itu dapat, lewat pendidikan politeknik, STM, dan kampus itu dilibatkan. Know-how nya kita dapat bisa meniru dengan kualitas yang bagus, dari situ kita bisa ngembangin, dari ngembangin baru kita bikin inovasi. Nah, pintu awalnya aja nggak pernah dibuka sampe sekarang," tambah Yannes.
"Padahal kuncinya kalau kita mau ngembangin kemampuan lokal kita, itu dari kemampuan meniru tentunya harus transfer teknologi dulu. Kita transfer, kita nyoba, kita niru, kita ngembangin, baru bisa inovasi," kata Yannes.
ADVERTISEMENT