Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) resmi merilis motor berpenampilan retro modern, XSR155 . Bermain di segmen motor sport klasik, model ini masih berbagi platform sama dengan MT-15 atau R15, dengan mengadopsi sasis Delta Box.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya bukan cuma Yamaha saja yang mengembangkan jenis sasis ini, pembedanya ada di penyebutannya saja seperti Twin-spar, atau Perimeter Frame. Namun di Indonesia, konsumen memang lebih mengenal istilah Delta Box.
Nah pertanyaannya kemudian, apa yang membuat Yamaha menggunakan platform ini pada motor barunya?
Terkait kemampuannya, Yamaha Indonesia mengklaim sasis Delta Box punya kelebihan menopang stabilitas kendaraan ketika diajak berakselerasi.
Namun selain itu, penggunaan sasis tersebut pada XSR155 juga untuk menyesuaikan dengan basis mesinnya, yang diambil dari entry sport bike Yamaha R15. Karena itu menurut General Manager After Sales & Motor Sport PT YIMM, M Abidin, penggunaan sasis model Delta Box dinilai paling tepat.
“Tentu kita tahu basis mesinnya pakai R15, makanya frame-nya (Delta Box) harus sesuai dengan mesinnya itu. Mesinnya sudah teruji powerful, dengan tampilan retro juga lebih cocok,” kata Abidin ketika dihubungi kumparan. Rabu (5/12).
Biar menyegarkan ingatan, perkembangan sasis Delta Box oleh Yamaha mengambil ide dasar dari motor kompetisi balap YZR500 0W16, yang digunakan pada era 1980-an. Dalang dari penemu sasis ini adalah Antonio Cobas insinyur dari Spanyol.
ADVERTISEMENT
Jika melihat konfigurasinya, model sasis Delta Box memang terlihat membentuk sebuah diagonal dari bagian steering head menuju ke lengan ayun atau swing arm. Jadi jangan heran, bila mesin sepeda motor akan terlihat menggantung, atau ibaratnya sasis yang ‘memeluk’ mesin.
Plus minus sasis Delta Box
Mekanik sekaligus pemilik bengkel motor balap BBB Garage, Sukina menjelaskan model sasis ini punya tingkat kekakuan yang lebih dari model teralis. Ia juga sedikit menyinggung soal tingkat keamanan sasis ketika motor terjadi crash (kecelakaan).
“Bobot sasis Delta Box lebih berat sedikit dari sasis teralis. Dari efek kaku tadi memang gaya atau feeling stabil ketika motor dibetot (akselerasi) lebih enak. Cuma kalau dipakai buat macet-macetan kaya manuver kenyamanannya kurang,” kata Babeh, panggilan karibnya ketika dihubungi kumparan, Kamis (5/12).
ADVERTISEMENT
“Kalau dibandingkan sama model teralis, dia punya sambungan di bagian bawah buat nopang mesinnya. Ketika terjadi tabrakan, ada proteksi tambahan buat menahan komponen mesin. Kalau Delta Box, menurut saya kurangnya di situ,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan jika sasis model Delta Box minim proses pengelasan. Selain tampil lebih rapi, efek nya diakuinya memang punya kestabilan yang lebih rigid ketika dipacu dalam kecepatan tinggi. Lalu pertanyaannya, lebih berkualitas yang mana?
“Sebenarnya dua-duanya bagus. Cuma memang ada pembeda. Kalau Delta Box umumnya itu memang untuk arena balap, dia bagus di trek lurus. Kalau model teralis dia lebih stabil di berbagai medan, tapi untuk trek lurusan, kecepatan tinggi memang kurang karena beban mesinnya diposisikan berdiri,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Melihat konsepnya sebagai motor berpenampilan retro atau klasik, apakah sasis Delta Box cocok diaplikasikan? Berikan tanggapan di kolom komentar.