Potret Pekerja Motor Kustom: Dianggap Tukang Ketimbang Seniman

8 Desember 2018 12:07 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Katros Garage (Foto: Alfons Hartanto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Katros Garage (Foto: Alfons Hartanto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sorak sorai motor kustom karya Indonesia di mata internasional, nyatanya tidak sebanding dengan eksistensinya di Tanah Air. Pekerjaan builder yang mengubah motor menjadi kendaraan roda dua yang sedap dipandang, masih dicap sebagai kerja pertukangan.
ADVERTISEMENT
Kegiatan para builder seperti mengelas, memotong-sambungkan rangka, mengamplas, membentuk panel bodi, mengurut kabel kelistrikan, membuat sosok-sosok hebat di balik motor kustom ini dipandang sebelah mata.
"Kami melihat industri motor kustom itu masih identik dengan menukang, jadi bukan ke artistik tapi lebih terkesan labour work, pekerjaannya belum bisa dihargai dengan baik, belum bisa menghasilkan sesuatu yang cukup," ungkap COO Thrive Motorcycle Erlangga Djojosaputro.
Potret Pekerja Motor Kustom: Dianggap Tukang Ketimbang Seniman  (Foto: dok. Thrive Motorcycle)
zoom-in-whitePerbesar
Potret Pekerja Motor Kustom: Dianggap Tukang Ketimbang Seniman (Foto: dok. Thrive Motorcycle)
Padahal bila mengurut dari tren perkembangan dan sejarah lahirnya motor kustom Indonesia, bisa dibilang para builder inilah, sosok pekerja seni yang patut mendapatkan apresiasi di negeri sendiri.
Terlebih, beberapa karya yang telah dibuat sempat melantai dalam gelaran tahunan dan museum motor kustom internasional, seperti Yokohama Hot Rod Custom Show, maupun Petersen Automotive Museum di Los Angeles, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Tak jarang para builder akhirnya, hanya mengandalkan sorotan media saja buat mendapat pengakuan dan aktualisasi diri. Tapi tak sedikit juga yang memutar otak, untuk keluar dari zona yang tidak menyenangkan ini.
Proses kustomisasi motor di bengkel Katros Garage. (Foto: dok. Katros Garage)
zoom-in-whitePerbesar
Proses kustomisasi motor di bengkel Katros Garage. (Foto: dok. Katros Garage)
Artinya mereka memanfaatkan platform yang ada untuk mengenalkan karya, dan tidak hanya ditujukan di dalam negeri melainkan secara global.
Seperti yang dilakukan Andi Akbar atau karib dipanggil Atenk, penggawa Katros Garage yang menempuh caranya sendiri membuat akun Youtube agar karyanya diketahui dan dinilai banyak orang.
"Gue pengen ngerubah dunia kustom ini, yang tadinya identik soal teknis oli-olian itu, gue kemas menjadi suatu hiburan di channel Youtube, orang yang melihatnya senang, motor standar jadi motor kustom. Jadinya satu dunia bersahabat, untuk ngangkat martabat builder, kalau builder itu bukan sekadar tukang," kata Atenk.
ADVERTISEMENT
Namun intinya, para builder tersebut tidak kehabisan akal dan semangat, untuk terus memajukan budaya motor kustom Indonesia, meski label pertukangan masih melekat kuat di pundaknya.
Atenk menyebut, para builder lokal bisa memanfaatkan dan mengelola platform digital dengan baik, maka karyanya bisa semakin dikenal.
"Kalau mereka mau melek digital dan terbuka sama dunia luar, gue yakin cepet banget perkembangannya di Indonesia, karena builder Indonesia masih lebih baik dari sisi handmade, kreativitas Indonesia budayanya banyak, jadi pasti perkembangannya cepat," ujar Atenk.
---
Ikuti cerita lainnya di kumparan tentang prestasi anak muda Indonesia di motor kustom dengan follow topik Indonesia Juara Motor Kustom