Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Program Biodiesel 30 persen (B30 ) di SPBU Pertamina MT Haryono, Jakarta Selatan, Senin (23/12).
ADVERTISEMENT
Menurut Jokowi, penerapan B30 untuk kendaraan bermotor bisa mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil dan menekan impor migas, dengan memanfaatkan kelapa sawit yang banyak di Indonesia.
B30 merupakan bahan bakar minyak untuk mesin Diesel, yang campurannya terdiri atas 30 persen minyak kelapa sawit dan 70 persen solar. Sebelumnya, rencana implementasi B30 sudah dimulai pada pertengahan tahun 2018.
Sementara ujicobanya dilakukan dengan road test dari Juni hingga Oktober 2019 melibatkan 3 unit truk dan 9 unit kendaraan penumpang. Setiap kendaraan menempuh jarak 40 ribu dan 50 ribu.
Lalu, apa saja hal penting terkait implementasi bahan bakar nabati ini di Tanah Air? Berikut ulasannya.
1. Digunakan Mulai 1 Januari 2020
Meski sudah diresmikan pada Senin (23/12), penggunaan B30 baru efektif berlaku pada 1 Januari 2020. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengatakan hal tersebut saat uji coba B30 sudah berjalan 80 persen.
ADVERTISEMENT
“Jadi ini sudah 80 persen berjalan. Hasil sementara sudah disampaikan ke Pak Menteri ESDM dan saya dengar sudah disampaikan di ratas dengan Presiden. Sehingga Presiden mengarahkan bahwa program B30 itu harus jalan per 1 Januari 2020,” kata Dadan di Balitbang Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (5/9).
2. Hemat dan Rendah Emisi
Dari hasil uji coba kendaraan bermotor yang menggunakan B30 menunjukkan bakar bakar tersebut terbilang hemat dan rendah emisi.
“Hasilnya sekarang tidak ditemukan masalah apa pun terkait dengan baik itu performance, filter, oli, emisi, asap semua kita ukur secara reguler. Untuk konsumsi bahan bakar ini terjadi hasil yang agak di luar perkiraan, 3 mobil ini dari dengan penumpang ini lebih hemat,” ujar Dadan.
ADVERTISEMENT
Selain lebih hemat bahan bakar, ternyata emisi kendaraan bermotor yang menggunakan B30 lebih rendah. Hanya saja, ada masalah sedikit di bagian filter atau penyaringan.
“Emisi lebih bagus (rendah) kecuali di tekanan filter. Filter itu untuk yang saringan bahan bakar sebelum ke ruang bahan bakar itu tekanannya lebih tinggi tapi semua filter itu memenuhi standar dari APM nya kan standar itu disarankan kalau filter bahan bakar itu bisa dipakai minimal 10 ribu km. Nah ini sudah lulus semua,” tambahnya.
3. Menuai Kritik dari Organda
Meski B30 kompatibel digunakan pada kendaraan bermotor, namun Organisasi Angkutan Darat (Organda) menyebut penggunaannya menimbulkan efek negatif pada komponen mesin.
"Kami sebenarnya kurang bersepakat dengan B30 karena mengurangi umur sparepart, karena di dalam CPO ada komponen asam dan kadar air, kemudian juga mengental, dan berpengaruh terhadap pembakaran mesin dan filter," kata perwakilan Organda, Kusuma.
ADVERTISEMENT
Andriah Feby Misna, Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), mengakui kendala tersebut, tapi masih bisa diatasi.
"Pergantian filter kemudian potensi penyumbatan di filter yang terjadi cepat, memang hal itu terjadi Pak, untuk kendaraan yang sebelumnya menggunakan solar. Pasalnya biodiesel itu sifatnya mencuci, sehingga kotoran-kotoran yang ditinggalkan oleh bahan bakar sebelumnya tersapu dan nyangkut di filter," tuturnya.
4. Kendala saat uji coba
Pada saat uji coba, respons mesin terhatap bahan bakar B30 berbeda-beda. Ada beberapa temuan seperti filter clogging (mampet) yang terjadi di atas 10.000 km. Artinya paling tidak sudah sesuai rekomendasi pabrikan.
Filter clogging ini yang kemudian menyebabkan kendaraan mengalami power-loss. Karena ada penyumbatan di filter solar, sehingga bahan bakar tak bisa masuk ke ruang bakar. Namun kondisi bisa kembali normal ketika sudah mengganti filternya.
ADVERTISEMENT
Malah pada beberapa mesin, dari beberapa mobil uji konsumsi bahan bakarnya Dieselnya lebih boros, apabila dibanding dengan menggunakan BBM solar biasa.
5. Kebutuhan B30 tahun 2019 sekitar 9,6 Juta Kiloliter
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan, kebutuhan B30 untuk tahun depan mencapai 9,6 juta Kiloliter (Kl). Menurutnya, kebutuhan tersebut akan disalurkan oleh dua distributor, salah satunya PT Pertamina (Persero).
PT Pertamina akan mendapat kuota sekitar 8 juta KL. Sementara itu, sisanya akan disalurkan oleh PT AKR Corporindo Tbk (AKRA). Selain itu, berdasarkan catatan Kementerian ESDM, penggunaan B30 dapat menghemat devisa hingga Rp 63 triliun atau sekitar USD 4,8 miliar.
6. Impor solar
Sebelumnya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana juga mengatakan penggunaan B30 bisa mengurangi impor Solar hingga 9 juta Kilo Liter senilai Rp 70 triliun.
ADVERTISEMENT
"Sekitar 8-9 juta KL akan hindari impor Solar. Berapa nilainya? Kalikan saja misalnya Rp 8.900 per liter. Kalau 8-9 juta KL sekitar Rp 70 triliunan atau USD 6 miliar," kata Dadan saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6).