Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Pengoperasiannya yang mudah menjadi salah satu alasan mengapa orang lebih memilih mobil matik ketimbang manual.
ADVERTISEMENT
Namun sayangnya, kemudahan ini ternyata membuat pengendara abai dan justru salah dalam pengoperasiannya. Andry Berlianto selaku instruktur dari Indonesia Road Safety Agent (IRSA), mengatakan salah satu hal yang sering salah adalah ketika berada di kemacetan atau berhenti di lampu merah.
“Sering orang salah kaprah saat berhenti di kemacetan seperti lampu merah, mereka buru-buru menetralkan tuas transmisinya,” jelas Andry saat dihubungi kumparan, Selasa (10/3).
Padahal, lanjut Andry, seharusnya pengemudi mobil matik tetap menempatkan tuas transmisinya pada posisi D sembari menginjak pedal rem agar lampu rem tetap menyala. Barulah, saat di belakangnya sudah ada mobil lain yang mengantri, tuas transmisi boleh dipindahkan ke posisi N (netral).
“Tujuannya untuk memberitahu kendaraan di belakang bahwa kondisi lalu lintas berhenti atau macet. Setelah kita lihat spion sudah ada mobil di belakang kita, baru boleh pindahkan tuas ke posisi N dan aktifkan rem tangan,” papar Andry.
Dengan sudah adanya mobil lain di belakang, maka tugas selanjutnya untuk memberikan informasi ke kendaraan lain menjadi tugas mobil yang di belakang kita. Selain saat berada di lampu merah, kekeliruan lain yang kerap dilakukan menetralkan tuas transmisi saat mobil belum benar-benar berhenti.
ADVERTISEMENT
Cara tersebut dikatakan Andry sangat berbahaya. Sebab, kondisi roda masih berputar tanpa ada engine brake. Seharusnya, tunggu sampai mobil benar-benar berhenti, dan sudah ada mobil lain di belakang, barulah pindahkan tuas ke posisi netral.
Andry menambahkan, memahami teknik-teknik mengemudii mobil matik tersebut bisa meminimalisir terjadinya tabrakan beruntun. Jadi, jangan salah kaprah lagi ya!