news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Status Impor untuk Mobil Nissan dan Alih Fungsi Pabrik

30 Juli 2019 17:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nissan di Indonesia Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Nissan di Indonesia Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Nissan Motor Indonesia (NMI) harus menyadari fakta kalau memproduksi lokal produknya sudah tak lagi realistis. Apalagi setelah mengalami rentetan hasil negatif, mulai dari 2013 sampai saat ini.
ADVERTISEMENT
Kini fasilitas milik NMI akan dimaksimalkan untuk memproduksi merek mobil Datsun dan mesin untuk Mitsubishi Xpander --termasuk Livina-- yang diperkirakan bakal beroperasi tahun 2020.
Mengacu pada data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pabrik Nissan terakhir kali memproduksi unit Livina lawas pada Januari 2019 sebanyak 96 unit, dan X-Trail 84 unit.
Head of Communications Nissan Motor Indonesia Hana Maharani, juga mengonfirmasi hal tersebut. Namun sayangnya, dirinya enggan membuka informasi selebar-lebarnya soal pabriknya di Indonesia.
Nissan Livina di GIIAS 2019. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparan
"Kita produksi Datsun dan nantinya mesin," ucapnya kepada kumparan, Selasa (30/7). Iya hanya itu yang redaksi kumparan dapat kala menodong informasi dari pihak Nissan Indonesia.
Pabrik Nissan yang sudah beroperasi mulai l996 lalu, dan digunakan buat memproduksi model-model laris seperti Livina dan X-Trail pada 2007-2008. Lalu city car mereka March pada 2010, Juke di 2011, Evalia dan New Serena pada 2012.
ADVERTISEMENT
Setidaknya saat ini dari deretan model Nissan di Indonesia, hanya Livina saja yang hasil produksi lokal. Namun produksinya dilakukan di pabrik PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia (MMKI) Kawasan GIIC Blok CH No. 01, Kota Deltamas, Desa Pasirranji, Cikarang Pusat, Kab. Bekasi, Jawa Barat.
Nissan March. Foto: Istimewa

Status Impor

Coba memutar waktu sedikit pada pertengahan 2018 lalu, penghargaan Importir Mitra Utama Kepabeanan terbaik berhasil didapatkan oleh Nissan di Indonesia.
Penilaian dilakukan KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok yang kriterianya, tidak melakukan pelanggaran kepabeanan, tidak melakukan kesalahan pada saat pengiriman data PIB (Pemberitahuan Impor Barang), menyampaikan laporan bulanan tepat waktu baik melalui email maupun secara langsung tanpa melalui pihak ketiga, serta menyerahkan Certificate of Origin (COO) secara langsung, tanpa melalui pihak ketiga.
ADVERTISEMENT
KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok memutuskan memilih Nissan berdasarkan pengguna PDE (Pertukaran Data Elektronik) Internet PEB terbanyak, waktu dwelling time paling singkat, ketepatan penyerahan laporan bulanan yang diserahkan langsung PIC perusahaan, dan tidak ada pelanggaran kepabeanan.
Nissan Grand Livina Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
Lebih dari itu, Nissan dinilai berperan aktif terhadap perubahan dan/atau perbaikan yang dilakukan di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, baik perubahan peraturan maupun sistem, misalnya implementasi pertukaran data elektronik melalui internet.
Iya, lewat penghargaan tersebut nampaknya Nissan sudah sangat paham seperti apa menjadi importir yang baik. Namun Hana pernah mengungkapkan beberapa waktu lalu, kalau ke depannya tak menutup kemungkinan Nissan bakal memproduksi lokal lagi produknya.

Sempat Duduki Posisi 5 Besar

Membaca data wholesales Gaikindo mulai tahun 2000, di mana satu tahun kemudian lahir nama NMI --dengan kepemilikan saham Nissan Jepang 75 persen dan Indomobil 25 persen-- penjualan Nissan kala itu baru di angka seribuan atau tepatnya 1.859 unit. Dari situ penjualannya terus tumbuh, bahkan sampai pada titik tertingginya pada 2012 mencapai 66.638 unit.
Wholesales Nissan di Indonesia 2000-20182019 (diolah dari data Gaikindo). Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
ADVERTISEMENT
Angka wholesales tersebut membawa Nissan menduduki posisi kelima, atau papan atas persaingan otomotif roda empat di Indonesia. Peringkat tersebut bertahan hanya sampai 2 tahun, hingga akhirnya penjualannya terus merosot dan merosot (lihat tabel).
Pada pada 2018 lalu saja, penjualannya hanya menyentuh angka 6.000-an unit dan posisinya terpental keluar dari 10 besar. Angka tersebut bahan lebih kecil daripada pemain baru dari negeri China Wuling yang mencapai 17.000 unit. Ada apa Nissan?
Nissan sudah semakin melemah, bahkan dorongan beberapa produk barunya belum cukup signifikan untuk kerek kembali pamornya. Namun siapa tahu, ke depan Nissan kembali gebrak pasar dan bangkit dari keterpurukan.