Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sukiyat tergopoh-gopoh. Wajahnya mendadak sumringah. Demi memenuhi permintaan Joko Widodo, hari itu ia bersolek lebih pagi dari biasanya. Usai salat Subuh, bersama rombongan dan anaknya, Sukiyat bergegas menuju Bandara Internasional Adi Soemarmo Solo.
Walau semalaman tak bisa tidur, tak ada kantuk yang menghampiri. Ia senang bisa bertemu teman lamanya sekaligus orang nomor satu di Indonesia saat ini, Jokowi. “Dipanggil Presiden, loh. Enggak main-main,” ujar Sukiyat saat ditemui kumparan di bengkelnya, Jalan Klaten-Solo, Ngaran, Ceper, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (13/9).
Kedatangan Jokowi Jumat (6/9) pagi itu untuk meresmikan pabrik otomotif PT Solo Manufaktur Kreatif (SMK) di Boyolali. Mantan Wali Kota Solo itu datang bersama Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Presdir PT Esemka Eddy Wirajaya dan lainnya.
Awalnya Sukiyat tak masuk dalam jajaran orang-orang yang diundang peresmian. “Tapi saya ditelepon Pak Jokowi.” Sukiyat diminta datang.
Sukiyat merupakan pencetus mobil Esemka . Waktu itu, dengan dibantu oleh anak-anak SMK Negeri 1 Trucuk, Klaten, Jawa Tengah, Sukiyat berhasil membuat sembilan unit mobil. Empat mobil dikirim ke Solo, salah satunya diperuntukan untuk mobil dinas Jokowi yang kala itu masih menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Mobil jenis Sport Utility Vehicle (SUV) itu diberi nama Kiat Esemka. Nama Kiat diambil dari nama sang promotornya. “Nama pertama Kiat Esemka. Nama itu sudah kita patenkan, Kiat (nama) saya, Esemka itu anak-anak SMK,” ujar Sukiyat.
Kiat Esemka kala itu pertama kali diterima Jokowi pada 2 Januari 2012. Sukiyat sendiri yang membawa Kiat Esemka dari Klaten ke Solo dini hari karena Kiat Esemka belum memiliki plat nomor.
Tujuh tahun setelah kelahirannya, mobil Kiat Esemka bertransformasi. Kini mobil itu bukan lagi proyek percobaan murid-murid SMKN 1 Trucuk. Di bawah naungan PT Solo Manufaktur Kreasi, tak ada lagi kata Kiat di merk mobil Esemka. Selain itu, Sukiyat sang pencetus mobil Kiat Esemka juga tak dilibatkan dalam proyek swasta yang didukung penuh oleh berbagai pihak termasuk Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto.
Sukiyat mengaku tak pernah kecewa dengan hal itu. “Saya disebut sebagai inisiator sudah cukup,” kata Sukiyat.
kumparan berbincang santai dengan Sukiyat soal Esemka dulu dan kini. Berikut wawancara lengkap kumparan dengan Sukiyat.
Kenapa Anda begitu tertarik dengan dunia otomotif?
Jadi ceritanya saya dulu tamat SMP, ingin masuk STM enggak boleh karena saya cacat. Terus saya masuk RC (Rehabilitatie Centrum) Prof. Dr. Soeharso, pendidikan khusus anak cacat. Saya masuk RC ambil otomotif enggak boleh, saya disuruh menjahit.
Saya dapat bantuan Yayasan Dharmais, Rp 75 ribu, saya langsung buka bengkel. Pertama bengkel roda 2 sepeda ontel. Sebelum buka bengkel, saya kerja di PT Sembada. Sembada itu Pasar Gede Solo. Saya kerja di situ kurang lebih 6 bulan dan bangkrut, saya ikut kepala bengkelnya di Kelurahan Mojosongo, Solo. Siangnya kerja di kepala bengkel, malamnya saya buka tambal ban, karena untuk hidup saya.
Dari situlah saya buka bengkel sepeda dan sepeda motor. Karena kondisi saya cacat, saya sering dapat tamu dari luar negeri untuk percontohan. Saya dibantu dari dinas sosial, oleh Jepang dan Jerman. Jepang dulu yang membantu Cat Nippon Paint, kalau Jerman Glasurit. Mereka membantu ada teknisi, ada bahan baku, dan bahan bakunya itu utang diberi pinjaman, akhirnya saya bisa melejit.
Kemudian bagaimana ceritanya sampai akhirnya tercetus mobil Esemka?
Untuk Esemka ini, pertama SMK Negeri 1 Trucuk itu bangkrut, enggak dapat murid karena SMK Pertanian. Saya diminta masuk didatangi kepala sekolah, supaya saya masuk komite. Sekolah itu setelah kita buka jurusan otomotif, siswa jadi banyak dan waktu itu kita bantu body Kijang, untuk praktik. Saya merasa iba karena daerah sekitar di desa jadi dekat saya merasa tanggung jawab. Karena daerah saya ya harus maju, akhirnya saya berjuang, saya seperti guru padahal saya tidak jadi guru, saya cuma tamat SMP.
Saya mengajar anak-anak SMK ini praktik, bikin miniatur mobil-mobilan, bagaimana dia menekuk body, bagaimana menempelkan, bagaimana dia bisa mendempul. Jadi selesai ya dibuang, daripada dibuang-buang kita praktik buat mobil betul. Tahun 2006, 2007.
Ilmu yang diberikan ke mereka seperti spiral, makin tinggi spiral makin tinggi loncatannya. Saya bangga, saya tidak bisa masuk SMK, tapi saya jadi rujukan untuk SMK seluruh Indonesia, kan bangga.
Di situlah akhirnya saya buat mobil. Pertama dari bantukan ke SMK, kita ambil power trem-nya, kita bikin lampu. Setelah jadi saya bikin mobil yang dipakai Pak Jokowi itu, tapi saya bilang ke Pak Jokowi, 'Pak, mangke kulo damelke mobil (Pak nanti saya buatkan mobil). Pak Jokowi mungkin akan menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)’. Akhirnya dipakai Pak Jokowi, itu cara saya. Saya mendapat ilham harus Pak Jokowi yang pakai, karena apa? Karena kalau dipakai Pak Jokowi terkenal, karena beliau adalah wali kota dan beliau adalah orang kerja serius.
Apakah saat itu Jokowi menyetujui rencana Anda?
Setuju, fotonya diserahkan ke balai kota Solo. Saya mengantar mobil malam-malam. Waktu itu Solo lagi banjir karena hujan deras. Pukul 3.00 pagi saya antar. Karena apa? mobil itu tidak ada plat nomornya. Saya bikin sembilan, empat saya kirim ke Solo.
Kemudian Esemka langsung menjadi mobil dinas Wali Kota Solo?
Iya, langsung. Serah terimanya langsung.
Nama Esemka ini siapa yang pertama kali mencetuskan?
Saya, saya kan Pak Kiat, maka nama pertama Kiat Esemka. Nama itu sudah kita patenkan. Kiat saya, Esemka itu anak-anak SMK. Waktu dipatenkan itu nama saya dan nama kepala sekolah.
Ada cerita bahwa Anda tidak diundang saat peresmian pabrik Esemka?
Saya enggak diundang enggak apa-apa kok, mungkin lupa. Tapi saya ditelepon Pak Jokowi, 'Pak Kiyat, saya minta nanti mau resmikan mobil Pak Kiyat datang', saya jawab 'oke pak Siap Pak. Tapi saya enggak dapat undangannya Pak'. Beliau jawab 'Mengko (nanti) bareng karo (sama) aku'. Saya ditemui di bandara, saya ikut rombongan beliau.
Tapi pagi-pagi jam enam saya sudah di bandara. Karena ya dipanggil Presiden, loh. Enggak main-main. Saya semalaman enggak bisa tidur. Saya tidur sebentar, salat Subuh langsung berangkat. Saya diantar tim, saya punya tim juga, saya didampingi anak. Karena saya berjalan susah, karena saya pakai tongkat. Karena harus ada yang dampingi.
Bagaimana Anda melihat mobil Esemka saat ini?
Sekarang, Esemka sudah diresmikan oleh Pak Presiden Jokowi, itu kreasi anak bangsa, berilah kesempatan biar dia berkreasi kayak apa. Kita bangga khususnya warga Solo Raya, Jawa Tengah, punya pabrik mobil, kenapa dipermasalahkan?
Sebagai seorang pencetus Esemka, apakah saat ini Anda masih terlibat di dalam proyek ini?
Saya harus batasi, karena kalau terlalu panjang kita enggak fokus. Saya disebut sebagai inisiator sudah cukup.
Apakah mobil Esemka saat ini berbeda dengan Kiat Esemka?
Iya beda. Tapi saya juga di komite sekolah menengah kejuruan itu, tapi kan diterjemahkan bukan Sekolah Menengah Kejuruan, (tapi) Solo Manufaktur Kreasi. Kalau saya, ada kemarin saya tulis kok itu, PT nya KIAT, Kini Impian Anda Terwujud. ESEMKA, Ekonomi Sejahtera Masyarakat Kaya. Kini impian anda terwujud, ekonomi sejahtera, masyarakat kaya. Kalau masyarakat kaya kan enak. lohjinawi, makmur gimana? bukan Solo Manufaktur Kreasi, saya harus beda dong, gitu.
Tapi saat ini masih menggunakan nama Esemka?
Tidak apa-apa. Yang penting Indonesia punya karya anak bangsa. Toh itu kreasi mereka, dan akan menjadi kebanggaan warga Indonesia. Enggak usah nuntut saya. Iya bagaimana? harus berjiwa besar dong (tertawa).
Apakah Anda merasa kecewa karena kata Kiat di mobil Esemka dihilangkan?
Enggak apa-apa. Untuk masyarakat Indonesia tolonglah hargai, sebagai inisiator itu. Maka mobil Esemka itu tidak cepat diproduksi, karena banyak polemiknya, akhirnya investor masuk enggak mau dong, investor masuk harus laba. Akhirnya Pak Jokowi yang sekarang jadi presiden yang salah jadi Pak Jokowi. Jangan, Pak Jokowi enggak salah, tanyakan ke saya.
Sekarang yang dipermasalahkan masyarakat adalah mobil yang akan diproduksi ini mirip dengan mobil Changan dari China. Menurut Bapak bagaimana?
Oh itu memang kendaraan seperti itu. Sekarang Daihatsu sama Toyota, sama kan? Cuma mereknya Daihatsu sama Toyota. Ketiga itu Mazda, Suzuki. Itu enggak apa-apa. Memang di otomotif seperti itu. Enggak masalah. Tidak usah disama-samakan. Memang mobil itu beda-beda tipis. Itu desainnya. Ya tanya designer-nya dong, jangan tanya saya dong (tertawa). Saya tidak bisa mengomentari, tapi di otomotif seperti itu.
Untuk masyarakat Indonesia tolonglah hargai. Indonesia punya salah satu kebanggaan buat mobil, supaya nanti tumbuh lagi bukan Esemka saja, bisa tumbuh nanti apa-apa. Banyak ada yang bikin komodo, ada yang bikin apa lagi, jadi seperti itu.
Berilah kesempatan mereka, supaya kita harus bangga dengan karya sendiri, karya yang Jepang saja nggak dimarahin, malah karya sendiri diolok-olok. Tolong untuk teknologi pendidikan perlu, tapi di kampus-kampus yang Prof, doktor, dan insinyur ini jangan terlalu lama untuk penellitian. Kalau penelitian lama-lama cuma ditumpuk nggak ada buktinya, apa artinya juga, jadi harus sama-sama.
Apa yang membuat seorang Sukiyat begitu bersemangat?
Saya semangat sekali kok. Saya enggak tidur, kalo masyarakat umumnya kan 8 kerja, 8 rekreasi, 8 istirahat. Pak Kiat enggak, 24 jam kerja. Bagaimana? Tidurnya sambil berdiri sebentar sudah cukup. Saya bukan serakah, tapi bagaimana bisa tercapai cita-cita saya. Sudah tercapai saya puas sekali. Cuma kurang satu, saya harus bisa buat mobil yang dipakai oleh umum.
Saya tidak berhenti kreasi, saya tidak berhenti bekerja, saya tetap berkreasi terus. Sukiyat tetap berkreasi terus. Sukiyat harus semangat terus untuk mempersembahkan kepada bangsa dan negara.