news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Suzuki Tidak Akan Ada Tanpa Tukang Kayu Serba Bisa Ini

11 Oktober 2020 17:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Michio Suzuki Foto: dok. Wikimedia
zoom-in-whitePerbesar
Michio Suzuki Foto: dok. Wikimedia
ADVERTISEMENT
Namanya Michio Suzuki, tukang kayu yang dimaksud. Siapa sangka, pria yang juga menciptakan alat penenun kain ini adalah pendiri perusahaan otomotif besar, Suzuki.
ADVERTISEMENT
Suzuki lahir pada 1887 di Hamamatsu, kota yang berjarak 200 km dari Tokyo, Jepang. Suzuki merupakan anak dari petani kapas.
Masa kecilnya ia habiskan di kampung halamannya itu, membantu ibunya memetik kapas di musim gugur. Saat usia Michio Suzuki remaja, ia menekuni profesi tukang kayu, demikian seperti mengutip Hamamatsu-Daisuke.
Empat tahun berselang pada 1904, orang yang mempekerjakan Suzuki banting setir menjadi pembuat alat tenun pedal. Sejak itulah keterampilannya sebagai tukang kayu diuji. Tak butuh waktu lama sampai akhirnya Suzuki berhasil membuat alat tenunnya sendiri.
Naluri bisnisnya pun bergejolak. Pada usia 22 tahun, ia daftarkan penemuannya itu untuk mendapatkan hak paten.
Alat tenun Suzuki Loom. Foto: dok. Hamamatsu-Daisuke.net
Gayung bersambut, alat tenun buatannya dikenal luas. Berbagai pesanan datang dari seantero Jepang, sampai akhirnya si tukang kayu itu mendirikan perusahaan bernama Suzuki Loom Works di kota kelahirannya.
ADVERTISEMENT
Nama Suzuki pun kian populer, maklum saat itu Jepang menggenjot produksi tekstil sebagai komoditas ekspor. Banyak perusahaan kain yang menggunakan alat buatan Suzuki.
Puncaknya Suzuki Loom Manufacturing Company didirikan pada 1920. Suzuki meyakini dengan mndaftarkannya di bursa saham, usahanya bisa makin berkembang.
Potret toko Suzuki Loom yang menjual alat tenun. Foto: dok. Hamamatsu-Daisuke.net
Tapi dewi fortuna berkata lain. Permintaan mesin pembuat kain itu kian menurun. Menyebabkan produk Suzuki Loom mangkrak di pabrik.
Hanya saja bukan Suzuki namanya kalau patah semangat. Ia tak kehilangan akal. Suzuki bersama koleganya berusaha berkeliling Jepang bahkan hingga India dan China untuk memasarkan produknya.
Sayang, hasilnya kurang begitu memuaskan.

Awal mula Suzuki membuat kendaraan

Namun selama berkelana, Suzuki mengamati satu hal. Banyak mobil buatan Eropa wara-wiri di jalanan.
ADVERTISEMENT
Suzuki kagum sekaligus skeptis atas mobil yang berseliweran itu. Modelnya seperti kurang sreg di matanya. Apalagi dimensinya besar, boros bahan bakar, dan harganya tidak terjangkau.
Mengenal Michio Suzuki, bapak pendiri Suzuki yang dikenal sebagai tukang kayu pembuat alat tenun. Foto: dok. Suzuki
Dari hal tersebut Suzuki seperti mendapat dorongan untuk menciptakan mobil yang harganya murah, dimensi kompak, konsumsi BBM tak boros, serta sesuai dengan selera orang Jepang.
Riset dan penelitian pun dilakukan. Suzuki dan timnya coba mempreteli sebuah model Austin Seven yang menggendong mesin 737 cc.
Hasil mengamati mesin, mekanisme penggerak, sampai wujud mobil, Suzuki jewantahkan dalam sebuah prototipe mobil pada 1938. Suzuki yakin, bila dikembangkan lebih lanjut mobilnya bisa diterima masyarakat Jepang.
Mobil pertama Suzuki, Suzulight. Foto: dok. Hamamatsu-Daisuke.net
Tapi lagi-lagi nasib malang menimpanya. Bom atom yang dijatuhkan sekutu menghancurkan sendi-sendi perekonomian, termasuk fasilitas yang Suzuki miliki.
ADVERTISEMENT
Belum pulih dari situ, gempa bumi kembali meluluh-lantakan Jepang, yang membuat pengembangan mobil Suzuki berhenti lantaran asetnya rusak dan hilang.
Suzuki coba bangkit. Dia awali dengan kembali merintis alat tenun bersama karyawannya dulu. Maksud hati ingin mendulang kejayaan masa lalu, negara menggenjot produksi tekstil untuk pertumbuhan ekonomi. Namun, dugaannya meleset.
Mesin tenunnya tak lagi diburu banyak orang. Produksi alat kebanggaannya itu dihentikan.
Sepeda bermotor Suzuki. Foto: dok. Hamamatsu-Daisuke.net
Pria yang doyan bekerja ini lantas mendapat kabar, banyak orang di Jepang kesulitan akses transportasi. Hal inilah yang membulatkan tekadnya untuk kembali merintis usaha produksi kendaraan. Hanya saja tidak melanjutkan produksi mobil, melainkan sepeda bermotor (masih terdapat pedal untuk bisa dikayuh) karena keterbatasan modal.
Singkat cerita produk sepeda yang dicangkok mesin ber-cc kecil (36 cc) buatan Suzuki diapresiasi banyak orang, termasuk pemerintah Jepang, yang saat itu mendukungnya dengan hak paten dan subsidi biaya produksi.
ADVERTISEMENT
Sepeda bermotor Suzuki makin mendapatkan respons positif, usai otoritas setempat membebaskan penggunaan SIM untuk motor bermesin kecil.
Sepeda bermotor Suzuki. Foto: dok. suzukicycles.org
Warga yang tadinya kesulitan bermobilitas, kini bisa dengan mudah berpindah tempat berkat alat buatan Suzuki.
Inovasi pun tak berhenti. Suzuki Loom Manufactured Company (SLMC) kembali ngebul untuk terus memproduksi sepeda bermotor yang ia beri nama Diamond Free pada 1953 dan Mini Free pada 1954.
Permintaan domestik maupun luar kian bertambah. Tercatat produksi per bulannya bisa mencapai 4.000 unit lebih.
Berkat kepiawaiannya itu, Suzuki memutuskan untuk berkiprah pada dunia otomotif. Perusahaannya berganti nama menjadi Suzuki Motors Ltd. Kemudian berhasil memproduksi sepeda motor betulan (tanpa kayuh) dengan julukan Colleda bermesin 125 cc.
Sepeda motor Suzuki Colleda. Foto: dok. Hamamatsu-Daisuke.net
Setahun berikutnya ketika Suzuki berumur 68 tahun, sebuah mobil diluncurkan dari perusahaannya itu. Namanya Suzuki Light atau Suzulight bermesin 360 cc bertenaga 21 dk, yang menjadi cikal bakal mobil kei car berdimensi kecil di Jepang.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, Suzuki Motors kian populer sebagai produsen motor dan mobil. Bisnisnya pun bercokol di negara lain, termasuk Indonesia.
Suzuki Suzulight Foto: dok. Wikimedia
Michio Suzuki dalam catatan sejarah otomotif dikenal sebagai definisi perintis usaha yang cekatan, sampai berhasil mendirikan perusahaan kelas dunia. Bapak pendiri perusahaan Suzuki itu tutup usia pada 1982.