Ternyata Ada Bus Off-road di Indonesia, Ini Buktinya

12 Desember 2022 9:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bus Damri Perintis. Foto: dok. Damri
zoom-in-whitePerbesar
Bus Damri Perintis. Foto: dok. Damri
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perusahaan Otobus (PO) milik negara Damri, memiliki layanan angkutan perintis. Angkutan ini melayani daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) yang belum dilayani oleh perusahaan angkutan lain.
ADVERTISEMENT
Angkutan perintis merupakan penugasan dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan transportasi di wilayah 3T. Ini diatur oleh Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: KP-DRJD 3385 Tahun 2021 tentang Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Jalan Perintis Tahun 2022.
“Kalau menurut aturan tersebut, kami di Kalimantan Barat membuka tujuh rute. Bengkayang-Jagoibabang, Badau-Nanga kantuk-Puringkencana, Sintang-Nangamau-Nangatebida, Ketapang-Teluk Batang, Sintang-Tempunak, Putusibau-Selimbau, hingga Sambas-Aruk-Temajuk. Semua lintasan punya karakteristik masing-masing,” buka Asisten Manager Pemasaran dan Pengembangan Usaha Perum Damri Cabang Pontianak, Ahmad Bukhari saat dihubungi oleh kumparan belum lama ini.
Pembangunan Jalan Perbatasan di Kalimantan Barat Foto: Novan Nurul Alam/kumparan
Dari tujuh lintasan tersebut, hanya dua yang beraspal beton yaitu Bengkayang-Jagoibabang dan Sambas-Aruk-Temajuk. Sisanya masih menggunakan tanah kuning yang kalau terkena hujan bisa menyulitkan kendaraan yang melewatinya.
ADVERTISEMENT
“Ya, jalanannya memang seperti offroad kalau hujan. Bahkan, tantangan yang paling berat itu di Kalimantan Barat adalah Banjir terutama di daerah Badau.Sudah biasa kalau ada bus yang amblas atau nyangkut ketika melewati lima jalur itu. Biasanya, kita enggak lewat jalur utama kalau kondisinya parah. Kita minta izin melewati jalanan perusahaan,” katanya.
Bus Damri Perintis. Foto: dok. Damri
Kondisi infrastruktur yang seperti ini membuat perjalanan dekat menjadi lama. Ia mencontohkan, perjalanan dari Badau-Nanga-Puringkencana yang jaraknya hanya 61 kilometer bisa ditempuh dalam waktu empat hingga enam jam. Padahal, perjalanan itu bisa ditempuh satu atau dua jam bila kondisi infrastruktur jalannya memadai.
“Penumpangnya itu rata-rata pedagang yang ingin menjajakan hasilnya ke kota. Ada juga anak sekolah. Kalau di Sambas-Aruk-Temajuk itu ada wisatawan karena ada PLBN, kan,” imbuhnya.
Bus Damri Perintis. Foto: dok. Damri
Pria yang akrab disapa Ari ini berharap, pemerintah memperhatikan kondisi infrastruktur jalan agar angkutan perintis ini bisa melayani masyarakat dengan baik. Tak perlu aspal, jalanan yang padat dengan kondisi baik sudah cukup untuk dilintasi angkutan perintis.
ADVERTISEMENT
“Kami juga ingin ada bus yang menghubungkan pos lintas batas yang satu ke yang lainnya. Paralel seperti itu. Karena, ini kan belum ada. Dengan dibangunnya fasilitas pos lintas batas negara yang baru, ini adalah peluang yang baik dan masyarakat pasti membutuhkannya,” pungkasnya.