Tren Elektrifikasi Bakal Mengubah Cara Pabrikan Mendesain Mobil

14 Maret 2023 11:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peluncuran Citroen C3 di Jakarta, Rabu 7 Desember 2022. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Peluncuran Citroen C3 di Jakarta, Rabu 7 Desember 2022. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
ADVERTISEMENT
CEO Citroen, Vincent Cobee membeberkan, SUV yang menjadi tren saat ini bisa berubah seiring popularitas kendaraan listrik secara global dan akan mempengaruhi desain mobil.
ADVERTISEMENT
“Transisi dari kendaraan listrik secara masif akan meningkatkan pentingnya aerodinamika secara masif,” ungkapnya dikutip dari Autocar.co.uk.
Dengan mesin konvesional saat ini, banyak orang yang tidak mempedulikan faktor efisiensi energi. Bila bensin habis, orang akan mudah mengisinya kembali.
Di mobil listrik, kata dia, justru sebaliknya. Pabrikan akan mempertimbangkan faktor efisiensi penggunaan energi agar baterai awet dan jarak tempuhnya bisa lebih jauh. Ini bisa dicapai dengan peningkatan dari sektor desain aerodinamika.
“Dalam dunia kendaraan listrik, kendaraan yang punya bentuk besar atau mengotak akan langsung terkena pinalti (tidak terlihat menarik atau membebani),” ujarnya.
Mobil listrik Lexus LF-Z Electrified Concept di GIIAS 2022, Tangerang, Kamis (11/8). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Sehingga, Cobee beranggapan perlu ada regulasi yang mengatur insentif kendaraan listrik berbasis bobot dan ukuran baterai kendaraan.
“Sekarang di Prancis, jika Anda membeli mobil listrik dan beratnya lebih dari 2,4 ton, maka Anda tidak akan mendapat insentif,” terangnya.
ADVERTISEMENT
“Jadi, jika Anda mulai bicara soal 2 ton lebih ringan dan baterai kurang dari 60 kWh atau 70 kWh, SUV akan sangat menderita (karena bobot dan ukuran baterainya lebih dari itu),” sambungnya.
Sedan listrik Toyota bZ3. Foto: dok. Car News China
Pucuk pimpinan jenama asal Prancis itu pun yakin para produsen otomotif akan melirik desain mobil yang dimensinya lebih rendah dan menawarkan bentuk yang efisien. Akan percuma bila mengurangi bobot tanpa melihat aspek aerodinamikanya.
“Kalau mobil hanya dikurangi bobotnya hingga 50 kilogram tanpa perbaikan desain, dampaknya hampir nol. Kalau dibuat lebih aerodinamis, dampaknya terhadap jarak tempuh akan sangat besar,” pungkasnya.