Volkswagen Mau Tutup Pabrik di Jerman Setelah 87 Tahun Beroperasi

9 September 2024 9:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pekerja mengenakan masker saat bekerja di lini produksi untuk model Volkswagen ID.3 listrik di Zwickau, Jerman. Foto: Hendrik Schmidt/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pekerja mengenakan masker saat bekerja di lini produksi untuk model Volkswagen ID.3 listrik di Zwickau, Jerman. Foto: Hendrik Schmidt/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nasib Volkswagen ternyata tidak baik-baik saja karena situasi perekonomian di Eropa juga jauh dari kata bagus. Opsi untuk menutup pabrik di Jerman pun mencuat, berpotensi jadi keputusan amat besar bagi sejarah perusahaan.
ADVERTISEMENT
Dikutip Euro News, Oliver Blume sang CEO Volkswagen menyinggung pemain baru yang mulai memasuki pasar negara-negara Benua Biru tersebut. Ia menganggap, posisi Jerman sebagai salah satu jantung manufaktur otomotif terancam dan harus mengambil tindakan tegas.
"Industri otomotif Eropa berada dalam situasi yang sangat menuntut dan serius. Dalam situasi ini, kami sebagai perusahaan sekarang harus bertindak tegas," ujar Oliver.
Adanya rencana tersebut, artinya turut mengancam perjanjian serikat pekerja di sana terkait dengan perlindungan pekerjaan yang telah berlaku sejak tahun 1994, isinya melarang tindak PHK hingga tahun 2029 mendatang.
Ilustrasi logo Volkswagen. Foto: REUTERS/Tiksa Negeri
Belum lagi, merek yang kerap disebut VW itu masih harus dihadapkan dengan pesaing-pesaing asal China yang menawarkan mobil listrik harga lebih terjangkau. Bila sampai pabrik di Jerman tutup, itu akan menjadi yang perdana setelah pertama kali beroperasi sejak 87 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
"Situasi ekonomi menjadi lebih kompleks, dan pesaing baru memasuki pasar Eropa. Jerman khususnya sebagai lokasi manufaktur semakin tertinggal dalam hal daya saing," tambah Oliver.
Berbagai langkah diambil perusahaan, salah satunya dengan cara memangkas biaya hingga 10 miliar euro atau setara Rp 200 triliun pada akhir tahun 2023 lalu. Volkswagen juga harus menerima hilangnya pangsa pasar mereka di China.
Negeri Tirai Bambu sudah lama menjadi ladang keuntungan VW. Namun, pada semester pertama tahun 2024, distribusi unit baru ke negara itu surut sebesar 7 persen jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu. Laba bersih operasional juga anjlok 11,4 persen.
Karyawan memasuki pabrik Volkswagen di Puebla, Meksiko usai pemeriksaan kesehatan. Foto: Imelda Medina/Reuters
Volkswagen tambah kelimpungan soal penjualan mobil listrik lansirannya karena transisi ke BEV yang menujukkan tanda perlambatan dan permintaan pasar di Eropa yang juga sedang melemah.
ADVERTISEMENT
Peristiwa penutupan pabrik terakhir kali dilakukan VW adalah pada tahun 1988 silam di Westmoreland, Pennsylvania, Amerika Serikat. Wacana tersebut tentu saja tidak disambut baik oleh komunitas pekerja yang ada di Jerman.
Sebanyak 295 ribu orang Jerman menggantungkan hidupnya di perusahaan yang juga memegang banyak jenama terkenal seperti Audi, Skoda, SEAT, Porsche, Bentley, hingga Lamborghini itu. Masih ada 683 ribu karyawan yang tersebar di penjuru dunia.
Salah satu serikat pekerja paling berpengaruh di Jerman, IG Metall mengecam rencana Volkswagen dan bersumpah akan melindungi anggota pekerja. Mereka menuding manajemen perusahaan yang dianggap tidak bertanggung jawab.
"Hari ini, dewan mempresentasikan rencana yang tidak bertanggung jawab yang mengguncang fondasi Volkswagen, secara besar-besaran mengancam pekerjaan dan lokasi," kata pemimpin negosiator IG Metall Thorsten Groeger dalam sebuah pernyataan.
ADVERTISEMENT
Sementara CEO Volkswagen divisi mobil penumpang, Thomas Schaefer berjanji akan tetap berkomitmen menjadikan Jerman sebagai basis bisnis perusahaan. Ia akan melakukan pembicaraan dengan perwakilan karyawan secepatnya.
"Situasinya sangat tegang dan tidak dapat diselesaikan melalui langkah-langkah pemotongan biaya yang sederhana," tambah Schaefer dikutip pada sumber yang sama.
***