1 dari 10 Orang Dewasa di Jepang Belum Pernah Lakukan Hubungan Seks

9 April 2019 7:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Jepang. Foto: Toru Hanai/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Warga Jepang. Foto: Toru Hanai/Reuters
ADVERTISEMENT
Sebuah riset terbaru mengungkap bahwa satu dari 10 orang dewasa di Jepang belum pernah melakukan hubungan seks. Studi ini dilakukan oleh tim peneliti dari Tokyo University.
ADVERTISEMENT
Mereka sedang melakukan penelitian untuk mempelajari budaya unik masyarakat Jepang. Para ilmuwan menemukan ada orang di Jepang yang memilih menghindari melakukan hubungan intim.
Studi ini juga mengungkap fakta menarik di mana dalam 10 tahun terakhir, setengah populasi Jepang baru melakukan seks pertama kali pada usia awal 20-an tahun. Hasil riset ini telah dipublikasikan di jurnal BMC Public Health.
Seorang ahli epidemiologi dan kesehatan masyarakat, serta pemimpin studi, Peter Ueda, berkata bahwa tingkat orang heteroseksual yang tak berpengalaman secara seksual di Jepang terbilang tinggi. Bahkan, jumlahnya tertinggi di antara negara-negara dengan pemasukan tinggi.
Tim ilmuwan mempelajari data dari National Fertility Survey of Japan dalam penelitiannya. Data itu berisi hasil survei publik di Jepang, yang dilakukan antara 1988 sampai 2015. Survei dilakukan oleh 11.553 peserta dengan usia antara 18 sampai 39 tahun.
ADVERTISEMENT
Dari analisisnya itu, para peneliti menemukan jumlah perempuan berusia 18 sampai 39 yang belum berhubungan seks meningkat dari 21,7 persen ke 24,6 persen antara 1992 sampai 2015. Hal yang sama juga terjadi pada pria, yang jumlahnya naik dari 20 persen sampai 25,8 persen.
Sedangkan pada kelompok orang berusia antara 30 sampai 34 tahun, jumlah perempuan yang belum melakukan hubungan seks juga mengalami peningkatan. Pada 1987, jumlahnya adalah 6,2 persen, sedangkan pada 2015, jumlahnya jadi 11,9 persen.
Situasi serupa juga terjadi pada pria di kelompok 30-34 tahun. Pada 1987, jumlah pria yang belum melakukan hubungan seks adalah 8,8 persen. Jumlahnya itu meningkat jadi 12,7 persen pada 2015.
Pada 1992, terutama di kelompok usia 35-39, ada 4 persen perempuan yang belum melakukan hubungan seks, dengan angkanya meningkat jadi 8,9 persen pada 2015. Sedangkan pada periode 1992, ada 5,5 persen pria yang belum melakukan hubungan seks. Angka itu meningkat jadi 9,5 persen pada 2015.
Warga Jepang. Foto: REUTERS/Issei Kato
ADVERTISEMENT
Ueda mengatakan, riset ini tidak mengungkap alasan kenapa orang-orang mulai menghindari seks. Tapi, menurut Ueda yang berdasarkan data yang dipelajari timnya, penyebabnya adalah sosioekonomi.
"Di antara pria berusia antara 25 sampai 39 tahun, mereka yang ada di kategori pendapatan paling rendah punya kemungkinan antara 10 sampai 20 kali lebih besar tidak pernah melakukan hubungan seksual," kata Ueda.
Ia menambahkan, hal serupa juga ditemukan pada mereka yang tidak punya pekerjaan atau hanya bekerja paruh waktu. Ueda memaparkan, orang pada kategori ini punya kemungkinan lebih tinggi belum melakukan hubungan seks dibanding mereka yang punya pekerjaan tetap.
Tapi, hasil riset mengungkapkan bahwa perempuan dengan pendapatan yang rendah cenderung lebih mungkin melakukan hubungan seks.
ADVERTISEMENT
"Kurangnya pengalaman seks di kalangan orang muda telah menjadi sebuah kekhawatiran nasional di Jepang," ujar Ueda.
Warga Jepang Foto: Shutter Stock
Menurut Ueda, banyak kesalahpahaman mengenai hal ini. Ia mengatakan bahwa hal tersebut juga diperburuk dengan kurangnya riset mengenai masalah kurangnya pengalaman seks pada orang berusia muda.
Riset masih memiliki batasan
Ueda mengakui riset ini masih memiliki batasan. Riset menggunakan data hasil survei yang tidak mungkin diketahui kebenaran pastinya.
Selain itu, survei juga tidak mempelajari data mengenai pengalaman hubungan seksual sesama jenis. Artinya, data yang dipelajari dalam riset masih terbatas.
"Jika kita menganggap hubungan seks sebagai faktor penting bagi kualitas hidup dan kesehatan publik, maka kita harus melihat ketidakaktifan seksual yang tidak disengaja sebagai ancaman bagi kesehatan publik yang perlu diperhatikan," papar Ueda.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah masa sulit bagi pasar jodoh di Jepang dan negara berpenghasilan tinggi lain. Anggapan mengenai pasangan jangka panjang dan pernikahan tidak lagi sekuat dulu. Selain itu, ada perubahan dalam hal romantisme dan juga hubungan seksual yang turut mempengaruhi hal ini."