10 Spesies Burung Penyanyi Baru Ditemukan di Indonesia

11 Januari 2020 17:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi hutan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi hutan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Sekelompok ilmuwan yang dipimpin Frank Rheindt dari Departemen Sains Biologi di Universitas Nasional Singapura berhasil menemukan lima spesies dan lima subspesies songbird atau burung penyanyi baru. Ekspedisi dilakukan dengan menjelajah tiga pulau terpencil di Indonesia, yakni Pulau Taliabu, Pulau Peleng, dan Pulau Batudaka, di lepas pantai timur Sulawesi.
ADVERTISEMENT
“Saya sangat terkejut,” tutur Rheindt, seperti dilansir Newsweek. “Sejarah penemuan spesies-spesies burung baru selama 50 tahun ini mengajarkan kita bahwa meskipun pasti ada sejumlah spesies yang belum dikenal di luar sana, merupakan hal langka ketika menemukan beberapa di antara mereka di satu tempat. Jadi ini hal yang sangat tidak biasa.”
Dalam kurun waktu lebih dari 100 tahun, baru kali ini peneliti menemukan spesies burung penyanyi baru di ketiga kawasan tersebut. Para ilmuwan menyebut ketiga pulau sebagai “dunia yang hilang di Wallacea”. Sebutan ini terinspirasi lautan dalam yang mengelilingi pulau-pulau itu.
“Isolasi ini menjadikan mereka (ketiga pulau) kandidat yang menjanjikan untuk menampuk spesies endemik yang tidak dibagi dengan tempat lain di Bumi,” ujar Rheindt. “Pulau-pulau ini juga termasuk di antara pulau-pulau yang paling jarang dikunjungi oleh para kolektor bersejarah pada abad ke-19 dan awal abad ke-20. Menunjukkan bahwa spesies-spesies yang belum dikenal masih hidup di sini.”
ADVERTISEMENT
Alfred Russel Wallace, misalnya, ahli biologi berkebangsaan Inggris ini pernah mengunjungi tiga pulau tersebut, namun bukan untuk waktu yang lama.
Adapun studi terbaru ini dilakukan selama 6 minggu. Peneliti mencatat spesies burung baru yang ditemukan dinamai Taliabu Myzomela, Togian Jungle-flycatcher, keduanya memiliki bulu berwarna cerah. Selain itu, ada Taliabu Leaf-Warbler dan Taliabu Grasshopher Warbler, dengan warna bulu yang tidak terlalu beragam, namun justru menjadi favorit Rheindt.
Salah satu burung endemik Sulawesi, burung Rangkong Sulawesi (Rhyticeros Cassidix). Foto: Antara/Dewi Fajriani
“Kecil, cokelat, dan tidak menarik bagi orang awam. Ciri paling menonjol dari burung ini adalah vokalisasi seperti jangkrik,” ujar Rheidnt.
Dalam hasil studi yang diterbitkan dalam jurnal Science, tim peneliti mengatakan banyak dari spesies baru yang ditemukan terancam kehilangan habitat, baik karena faktor manusia maupun lingkungan.
ADVERTISEMENT
“Beberapa dari mereka benar-benar berjuang. Semua pulau yang kami kunjungi telah mengalami kehilangan habitat yang besar. Taliabu--pulau utama--telah ditebang berkali-kali oleh perusahaan penebangan di dataran rendah, dan beberapa penebang menembus hingga sekitar 1.000 meter,” tulis peneliti dalam makalah.
Ilustrasi burung penyanyi. Sumber: Pexels
Selain itu, sejumlah titik di dataran tinggi Taliabu juga sempat dilanda kebakaran hebat dalam beberapa dekade terakhir. Penduduk desa setempat juga melaporkan kasus kekeringan panjang yang disertai kebakaran lahan telah merusak sebagian area yang jadi habitat spesies burung ini.
"Kekeringan, kebakaran, dan suhu pemanasan di masa depan akan menyebabkan semakin sedikit habitat yang cocok untuk burung-burung ini. Salah satunya, Taliabu Grasshopher Warbler, sudah sangat terancam karena membutuhkan jenis hutan kecil di dataran yang sangat tinggi yang mana distribusinya sangat terbatas sekarang," lanjut peneliti.
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan mengatakan, penemuan spesies baru ini memiliki implikasi besar bagi konservasi. Tanpa tindakan konservasi jangka panjang yang mendesak, maka beberapa spesies baru mungkin tidak akan bertahan hidup setelah beberapa dekade.
Ilmuwan Jonathan Kennedy dan Jon Fjeldsa, yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan, temuan tersebut menyoroti bagaimana kita berisiko kehilangan banyak keanekaragaman hayati bahkan sebelum sempat ditemukan.
"Tanpa mengetahui berapa banyak spesies di dunia, dan distribusinya, pemahaman kita tentang bagaimana proses ekologis dan evolusi menghasilkan keanekaragaman kehidupan di Bumi belum lah lengkap, membatasi kemampuan kita untuk berhasil mempertahankan keanekaragaman hayati di masa depan," tulis mereka.
Untuk selanjutnya, Rheindt dan tim berencana untuk melanjutkan eksplorasi di Indonesia dan tengah menyusun rencana ekspedisi berikutnya. Selain itu, ia juga berharap ahli biologi lain bisa berpartisipasi mencari spesies baru di pulau-pulau terpencil ini.
ADVERTISEMENT