Ilmuwan Temukan Fosil Burung Raksasa di Eropa

28 Juni 2019 10:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi burung Pachystruthio dmanisensis. Foto: Andrey Atuchin
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi burung Pachystruthio dmanisensis. Foto: Andrey Atuchin
ADVERTISEMENT
Di akhir zaman es, hidup sekelompok burung yang ukurannya tiga kali lipat dari burung unta modern yang sekarang menjadi burung terbesar di Bumi. Sekelompok ilmuwan berhasil menemukan fosil burung raksasa tersebut di Crimea, Eropa timur.
ADVERTISEMENT
Temuan ini diungkap para peneliti di Journal of Vertebrate Paleontology. Mereka menamakan burung yang hidup sekitar 2 juta tahun lalu itu Pachystruthio dmanisensis.
Dalam riset terbaru, para peneliti melaporkan bahwa burung ini memiliki tinggi tiga meter dan beratnya bisa mencapai 450 kilogram. Mereka berpendapat, ini adalah salah satu burung terberat yang pernah ditemukan.
Keberadaan burung raksasa macam ini telah diketahui sebelumnya. Dulu telah ada laporan penemuan fosil dari burung mirip burung unta ini di Georgia, Hungaria, Rusia, Turki, dan Ukraina.
Tapi, temuan tulang femur si burung menjadi bukti bahwa ia hidup di Eropa saat era Pleistosen, sekitar 2,6 juta sampai 11.760 tahun lalu.
"Garis keturunan Pachystruthio kemungkinan besar pertama kali muncul di kala Pliosen Turki atau daerah di dekatnya," jelas pemimpin riset Nikita Zelenkov kepada Live Science.
Tulang femur burung Pachystruthio dmanisensis. Foto: N. V. Zelenkov et al., 2019
Peneliti menemukan tulang femur ini di Gua Taurida yang terletak di Semenanjung Crimea. Gua itu ditemukan pada 2018 lalu saat pembangunan jalan tol.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, tulang itu mirip dengan tulang burung unta. Tapi, tulang P. dmanisensis secara signifikan lebih kuat. Para peneliti bisa mengetahui beratnya dengan mempelajari lingkar poros si tulang.
Pachystruthio hidup berdampingan dengan sejumlah mamalia karnivora, seperti kucing bertaring besar Homotherium dan Megantereon, hyena raksasa (Pachycrocuta brevirostris), serta cheetah raksasa (Actionyx pardinensis).
Menurut para ilmuwan, ukuran burung ini membuatnya tidak bisa lari dengan cepat. Meski begitu, si burung aman dari predator bertubuh lebih kecil karena mereka kemungkinan tidak akan menyerangnya.
Peneliti menduga ukuran ekstrem burung ini adalah akibat evolusi. Makhluk ini menjadi besar untuk beradaptasi dengan lingkungan yang semakin kering akibat perubahan iklim. Sebab, masa hidup P. dmanisensi bersamaan dengan periode melelehnya es dari zaman es di Eropa Timur.
ADVERTISEMENT
Pada jutaan tahun lalu, daerah di sekitar Gua Taurida menjadi rumah bagi beragam makhluk zaman Pleistosen. Dengan temuan fosil ini, para peneliti bisa mengetahui bahwa P. dmanisensi adalah bagian dari ekosistem zaman es.
Dari situ peneliti bisa menyusun kerangka sejarah Eropa timur. Bagaimana burung raksasa ini berinteraksi dengan hewan lain dan manusia zaman dahulu yang mungkin memburu si burung untuk dimakan.
"Mungkin ada banyak hal di situs penggalian yang bisa mengajarkan kita atas sejarah lampau Eropa," imbuh Zelenkov.