12 Virus Paling Mematikan di Dunia: Corona hingga Ebola

20 April 2020 8:32 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Umat manusia sudah sekian lama menghadapi berbagai infeksi virus, bahkan sebelum spesies kita berevolusi ke bentuk modern seperti saat ini. Penemuan sejumlah obat antivirus dan vaksin berhasil menghentikan penyebaran beberapa virus mematikan dan membantu banyak orang untuk sembuh dari penyakit itu. Selain itu, ada pula virus yang berhasil dibasmi seperti virus cacar.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, dalam beberapa dekade terakhir, sejumlah virus kembali muncul. Virus tersebut berasal dari hewan yang menular ke manusia dan menyebabkan wabah penyakit dengan ribuan angka kematian.
Virus Ebola yang mewabah di kawasan Afrika Barat pada 2014-2016 merupakan salah satu virus mematikan karena 90 persen orang yang terinfeksi meninggal dunia. Sementara virus corona SARS CoV-2 yang saat ini menjadi pandemi global tidak mematikan seperti Ebola. Namun tetap saja, virus penyebab penyakit COVID-19 itu merupakan ancaman bagi publik, karena belum ada obat ataupun vaksin untuk menyembuhkan infeksi akibat virus ini.
Dilansir Live Science, masih terdapat sejumlah virus lain yang memiliki tingkat fatalitas tinggi. Berikut daftar virus mematikan yang pernah menginfeksi manusia tersebut.
Ilustrasi virus. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Marburg
Para peneliti pertama kali mengidentifikasi virus Marburg pada 1967, ketika terjadi wabah di sebuah laboratorium di Jerman akibat infeksi virus yang dibawa seekor monyet dari Uganda.
Virus Marburg mempunyai kemiripan dengan Ebola. Keduanya menyebabkan demam hemoragik, yaitu demam tinggi yang disertai pendarahan. Demam tersebut dapat menyebabkan syok, kegagalan organ, dan kematian.
Tingkat kematian akibat infeksi virus ini ketika wabah pertama kali terjadi mencapai 25 persen. Namun, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tingkat kematian melonjak menjadi 80 persen saat wabah ini terjadi Kongo pada 1998-2000, dan 2005 di Angola.
Ebola
Wabah Ebola pertama kali diketahui terjadi pada 1976 di Sudan dan Kongo. Virus ini menyebar lewat kontak darah atau cairan tubuh lain dari orang ataupun hewan yang terinfeksi. Menurut WHO, wabah Ebola yang berlangsung di kawasan Afrika Barat merupakan salah satu wabah paling kompleks yang pernah tercatat.
ADVERTISEMENT
Menurut Elke Muhlberger, ahli virus Ebola dan mikrobiologi Boston University, tiap strain dari virus Ebola memiliki tingkat fatalitas yang berbeda.
Seorang pekerja Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersiap untuk memberikan vaksinasi. Foto: Reuters/Kenny Katombe
Salah satu strain virus Ebola yaitu Ebola Reston sama sekali tidak menyebabkan sakit. Namun, menurut laporan WHO, tingkat fatalitas Bundibugyo strain mencapai lebih dari 50 persen. Sementara Sudan strain mempunyai tingkat fatalitas lebih dari 71 persen.
Rabies
Vaksin Rabies untuk hewan pertama kali diperkenalkan pada sekitar tahun 1920-an. Vaksin itu berhasil menurun jumlah kasus Rabies terutama di negara maju. Namun infeksi virus ini masih menjadi masalah serius di sejumlah wilayah India dan Afrika.
Menurut Muhlberger, infeksi virus Rabies amat berbahaya karena dapat merusak otak. Namun, kini vaksin dan antibodi untuk melawan virus itu sudah ditemukan sehingga orang yang terinfeksi dapat diselamatkan. Menurut Muhlberger, jika seseorang yang terinfeksi tidak dirawat, maka tingkat fatalitas virus itu hampir mencapai 100 persen sehingga dapat menyebabkan kematian.
ADVERTISEMENT
HIV
Menurut Dr. Amesh Adalja, ahli penyakit infeksi sekaligus juru bicara Infectious Disease Society of America, HIV (Human Immunodeficiency Virus) masih menjadi virus paling mematikan di era modern. Virus ini diperkirakan telah menyebabkan sekitar 32 juta kematian sejak pertama kali ditemukan pada awal dekade 1980-an.
HIV memang belum dapat disembuhkan, namun pasien masih bisa hidup lebih lama selama beberapa tahun sejak divonis infeksi berkat pengobatan yang bisa menekan keganasan virus tersebut. Meski begitu, penyakit ini tetap menjadi momok di negara miskin dan berkembang, yang 95 persen infeksi baru HIV sering terjadi.
Menurut data WHO, setiap 1 dari 25 penduduk Afrika merupakan pengidap HIV. Dengan angka itu, lebih dari dua per tiga pengidap HIV di seluruh dunia berasal dari Afrika.
Ilustrasi Cek HIV/AIDS. Foto: ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko
ADVERTISEMENT
Smallpox (Cacar)
Pada 1980, World Health Assembly menyatakan bahwa dunia telah bebas dari smallpox atau cacar. Namun sebelum itu, manusia telah berupaya melawan infeksi virus ini selama ribuan tahun. Virus ini telah membunuh 1 dari tiga orang yang terinfeksi. Para penyintas virus ini hidup dengan bekas luka dan beberapa di antaranya mengalami kebutaan.
Tingkat kematian akibat virus ini lebih tinggi terjadi di luar kawasan Eropa. Meski begitu, warga Eropa tercatat banyak menularkan virus ini ke wilayah lain. Misal, sejumlah sejarawan memperkirakan 90 persen suku asli di Amerika Serikat meninggal akibat virus Smallpox yang dibawa orang-orang Eropa.
Hantavirus
Hantavirus pulmonary syndrome (HPS) pertama kali mendapat perhatian luas di Amerika Serikat pada 1993. Saat itu, seorang pemuda asal suku Navajo bersama tunangannya dilaporkan meninggal setelah mengalami sesak nafas selama beberapa hari.
ADVERTISEMENT
Beberapa bulan kemudian, otoritas kesehatan berhasil mengisolasi Hantavirus dari seekor tikus rusa yang hidup di rumah pasien yang terinfeksi.
Menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, saat ini lebih dari 600 orang di AS terinfeksi HPS dan 36 persen di antaranya meninggal dunia. Virus ini tidak menular lewat penyebaran antarmanusia, namun menular lewat kotoran tikus.
Sebelumnya, wabah Hantavirus pernah berlangsung saat Perang Korea di sekitar tahun 1950-an. Saat itu lebih dari 3 ribu tentara terinfeksi virus ini dan 12 persen di antaranya meninggal dunia.
Influenza
Selama musim flu, menurut data WHO, lebih dari 500 ribu orang meninggal akibat virus ini. Namun terkadang ketika strain virus flu baru muncul, virus ini dapat menyebabkan pandemi dengan tingkat penularan yang cepat dan tingkat kematian yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Pandemi flu paling mematikan adalah Flu Spanyol yang terjadi pada 1918. Pandemi tersebut menyebabkan 40 persen orang di seluruh dunia terinfeksi dan menagkibatkan sekitar 50 juta orang meninggal dunia.
“Saya pikir sangat mungkin pandemi flu seperti yang terjadi pada 1918 kembali terulang. Jika strain baru virus influenza muncul, mungkin saja itu akan menular dengan cepat dan menyebabkan sakit parah,” kata Muhlberger, seperti dikutip Live Science.
com-Ilustrasi orang yang sedang bersin. Foto: Shutterstock
Dengue
Virus dengue penyebab demam berdarah pertama kali muncul di Filipina dan Thailand pada sekitar 1950. Sejak saat itu, virus ini menyebar di wilayah tropis maupun subtropis di seluruh dunia. Lebih dari 40 persen populasi penduduk dunia hidup di wilayah endemik virus ini.
ADVERTISEMENT
Menurut WHO, virus Dengue menyebabkan lebih dari 50 sampai 100 juta orang di seluruh dunia menderita sakit. Tingkat fatalitas infeksi virus ini mencapai 2,5 persen. Meski demikian, virus ini dapat menyebabkan demam hemoragik seperti yang disebabkan virus Ebola.
Vaksin untuk virus ini telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (FDA) AS pada 2019. Namun vaksin ini hanya bisa diberikan kepada anak berumur 9-16 tahun atau orang dewasa yang punya riwayat terinfeksi virus Dengue. Pemberian vaksin bagi orang yang tidak pernah terinfeksi virus ini justru dapat menyebabkan sakit parah.
Rotavirus
Rotavirus merupakan virus yang menyebabkan penyakit diare parah pada bayi dan anak-anak. Namun saat ini, telah ditemukan vaksin untuk mencegah penyakit ini.
Ilustrasi virus. Foto: pixabay
Rotavirus dapat menyebar cepat melalui fecal-oral route, artinya partikel kecil yang terdapat pada feses tidak sengaja dikonsumsi. Virus ini sangat jarang ditemukan di negara maju, namun menjadi penyakit mematikan di negara berkembang.
ADVERTISEMENT
Menurut WHO, virus ini telah menginfeksi 453 ribu anak-anak dan mengakibatkan 5 kematian pada 2008.
SARS-CoV
Virus SARS-CoV yang menyebabkan sindrom pernapasan akut pertama kali muncul pada tahun 2002 di Provinsi Guangdong, China. Virus ini kemungkinan besar berasal dari kelelawar, namun lebih dulu menginfeksi ke hewan sejenis musang sebelum menular ke manusia.
Setelah menyebabkan wabah di China, SARS menyebar ke 26 negara. Virus yang masuk dalam keluarga corona ini menginfeksi lebih dari 8 ribu orang dan mengakibatkan 770 kematian.
Infeksi virus ini menyebabkan demam, pegal-pegal, dan sering kali mengakibatkan pneumonia. Tingkat fatalitas virus ini mencapai 9,6 persen dan sampai saat ini belum ditemukan vaksin maupun obat yang efektif untuk melawan virus ini.
Partikel virus SARS-CoV-2. Foto: NIAID Integrated Research Facility (IRF) via REUTERS
ADVERTISEMENT
SARS-CoV-2
SARS-CoV-2 merupakan virus corona jenis baru yang kini tengah menjadi pandemi global. Virus ini pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 di Wuhan, China. Seperti SARS, Virus ini kemungkinan besar juga berasal dari kelelawar dan menular ke hewan perantara sebelum mampu menginfeksi manusia.
Sampai berita ini diturunkan, Sabtu (18/4), virus yang menyebabkan penyakit COVID-19 ini telah menginfeksi 2.269.143 orang dan mengakibatkan 155.190 kematian di seluruh dunia. Tingkat fatalitas akibat penyakit ini diperkirakan sebesar 2,3 persen. Namun tingkat fatalitasnya akan meningkat signifikan pada orang lanjut usia dan yang memiliki penyakit bawaan.
Gejala penyakit ini di antaranya demam, batuk tidak berdahak, dan sesak nafas. Jika sudah parah, infeksi virus ini dapat menyebabkan pneumonia.
ADVERTISEMENT
MERS CoV
Virus ini pertama kali menyebabkan wabah di Arab Saudi pada tahun 2012 dan di Korea Selatan pada tahun 2014. Virus MERS berasal dari keluarga virus yang sama dengan SARS-CoV dan SARS-CoV-2. Virus ini juga kemungkinan besar berasal dari kelelawar dan menular ke unta sebelum menginfeksi manusia.
MERS sering kali berujung pada pneumonia akut dan diperkirakan tingkat fatalitas akibat infeksi virus ini mencapai 30-40 persen. Dengan tingkat fatalitas itu, MERS merupakan jenis virus corona yang paling mematikan. Sama seperti SARS-CoV dan SARS-CoV-2 belum ada vaksin atau obat yang ditemukan untuk melawan virus ini.
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!
ADVERTISEMENT