27 Ribu Babi di Sumatera Utara Mati karena Kolera Babi

15 Desember 2019 18:32 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas dengan alat berat memasukkan bangkai babi ke lubang saat akan dikuburkan, di tepi Sungai Bederah, Kelurahan Terjun, Medan, Sumatera Utara. Foto: ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
zoom-in-whitePerbesar
Petugas dengan alat berat memasukkan bangkai babi ke lubang saat akan dikuburkan, di tepi Sungai Bederah, Kelurahan Terjun, Medan, Sumatera Utara. Foto: ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
ADVERTISEMENT
Balai Veteriner Medan mencatat ada lebih dari 27.000 ekor babi mati secara bersamaan akibat virus hog cholera alias kolera babi. Fenomena itu terjadi di Sumatera Utara pada Jumat, 13 Desember 2019.
ADVERTISEMENT
Kematian ternak babi ini berlangsung sangat cepat. Dalam satu hari, angka kematian yang terlapor rata-rata 1.000 hingga 2.000 ekor. Laju kematian itu terus meningkat dan yang terparah ada di Desa Simorangkir Hanbinsaran, Kecamatan Siatas Barita.
"Setiap hari, antara 1.000 dan 2.000 babi mati. Angkanya cukup tinggi," kata Agustia, Kepala Balai Veteriner Medan.
Babi-babi tersebut mengalami gejala demam, menggigil, kotoran mengeras, kurang nafsu makan hingga di sekitar telinga berwarna merah kebiruan.
Pemkab Tapanuli Utara saat memberi Vaksin pada babi. Foto: Dok. Istimewa
Sementara menurut Kepala Desa Simorangkir Hanbinsaran, Hardi Saut Simorangkir, ada sejumlah babi yang terlihat gemetar dan kemudian mati.
Jumlah kematian ini hanya sebagian kecil dari total 1,2 juta ternak babi di Sumatra Utara. Diketahui, babi merupakan bagian pangan penting di Sumatera Utara.
ADVERTISEMENT
Bulan lalu, lebih dari 1.000 babi yang mati terserang virus kolera babi dikubur setelah bangkainya diambil dari saluran air setempat. Hingga saat ini, polisi sedang mencari tersangka yang membuang bangkai-bangkai itu.
Bangkai babi yang mengambang di Sungai Berderah, Medan. Foto: Dok. Istimewa
Sebelumnya, tes laboratorium menunjukkan bahwa hewan-hewan itu mati akibat terjangkit kolera babi. Pemerintah setempat juga tengah melakukan uji untuk mencari tahu apakah ada yang terinfeksi demam babi Afrika.
Kedua penyakit itu diyakini tidak berisiko menulari manusia.
Pada 2017, wabah kolera babi di provinsi Nusa Tenggara Timur menewaskan lebih dari 10.000 babi, menyebabkan kerugian besar bagi peternak lokal.