27 Warga Gunungkidul Positif Antraks, Kenali Gejala dan Pencegahannya

17 Januari 2020 9:48 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi daging sapi. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi daging sapi. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunung Kidul, Yogyakarta, menyatakan ada 27 warganya yang positif terpapar penyakit antraks. Penyebabnya, kata Kepala Bidang Perlindungan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Gunungkidul, Sumitro, warga bersinggungan langsung atau mengonsumsi daging sapi yang mati mendadak karena terpapar antraks.
ADVERTISEMENT
"Kami berhasil identifikasi warga yang diduga terpapar antraks," ujarnya di Logandeng Playen, seperti dikutip Tugu Jogja, Rabu (15/1).
Meski warga telah melalui tahapan pemeriksaan kesehatan hingga akhirnya dinyatakan positif antraks, pemerintah Kabupaten Gunungkidul tidak melakukan isolasi kepada mereka.
Antraks sendiri merupakan penyakit menular akut. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri bacillus anthraxis yang memiliki kemampuan membentuk spora.
Ilustrasi sapi. Foto: Antara/Saiful Bahri
Spora tersebut tahan terhadap perubahan cuaca dan mampu bertahan di permukaan tanah selama bertahun-tahun, sehingga sulit untuk dieliminasi.
Proses penularan bakteri bacillus anthraxis dari hewan ke manusia bisa terjadi secara tidak langsung. Itu sebabnya tanah bekas hewan mati akibat terpapar antraks pun bisa menjadi perantara penularan penyakit ini.
Perlu diketahui, bakteri mudah masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka atau kulit yang mengelupas walaupun kecil. Bakteri ini patut diwaspadai, karena bisa menyebabkan kematian bila sampai ke otak.
ADVERTISEMENT
Antraks dapat terjadi pada kulit, sistem pernapasan, dan saluran pencernaan. Gejala awal penyakit ini terlihat, misalnya, pada kulit ketika ada luka yang kemudian membentuk seperti ulkus. Penyakit ini bisa disembuhkan melalui pengobatan yang tepat.
Sebagai respons atas kasus antraks yang menimpa warga Gunungkidul, Menteri Kesehatan Terawan telah mengirimkan tim ke wilayah tersebut. Sejauh ini, upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah dengan memberikan antibiotik kepada warga Gunungkidul yang terkena antraks.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
"Obatnya ya antibiotik. Sekarang baru dilakukan antibiotik. Karena semua kena karena makan daging sapi yang mati mendadak ya," kata Terawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (16/1).
Pencegahan
Kasus antraks banyak terjadi di daerah pertanian dan perindustrian yang memproduksi produk dari kulit binatang. Untuk itu, pemahaman dan kesadaran masyarakat perlu ditumbuhkan terkait ancaman penyakit yang bersumber dari binatang (zoonosis) yang dapat menyerang hewan ternak mamalia, bahkan membawa risiko terhadap manusia itu sendiri.
Ilustrasi peternakan sapi. Foto: Shutterstock
Upaya pencegahan penyebaran penyakit antraks biasanya dilakukan dengan memberikan vaksin kepada hewan ternak. Pada hewan yang sudah terinfeksi antraks, akan dilakukan isolasi untuk mencegah agar tidak menular ke manusia. Bagi tanah yang tercemar bakteri spora harus dilakukan monitoring dengan melakukan desinveksi dan pelarangan bercocok tanam di tanah tersebut.
ADVERTISEMENT
Karena vaksin untuk manusia di Indonesia sampai saat ini belum tersedia, maka manusia yang positif antraks harus segera dilaporkan agar bisa ditangani secara cepat dan tidak menular ke masyarakat luas.