500 Ilmuwan Keluarkan Peringatan Darurat untuk Antartika, Kenapa?

26 November 2024 10:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penguin terlihat di gunung es ketika para ilmuwan menyelidiki dampak perubahan iklim pada koloni penguin Antartika. Foto: Natalie Thomas/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Penguin terlihat di gunung es ketika para ilmuwan menyelidiki dampak perubahan iklim pada koloni penguin Antartika. Foto: Natalie Thomas/REUTERS
ADVERTISEMENT
Ratusan ilmuwan berkumpul dalam sebuah “pertemuan darurat” di Australia baru-baru ini, guna membahas masa depan Antartika yang kini tengah terancam. Dari pertemuan ini, mereka mendapat kesimpulan: Manusia harus segera melakukan tindakan untuk mencegah mencairnya Antartika dan kenaikan permukaan laut yang dahsyat di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
“Tidak ada tempat di Bumi yang memiliki penyebab ketidakpastian yang lebih besar dalam proyeksi kenaikan muka air laut selain dari Antartika Timur, di dekat Australia. Lapisan Es Antartika Timur menyimpan cukup banyak air untuk menaikkan muka air laut global sekitar 50 meter jika sepenuhnya mencair. Implikasinya terhadap kota-kota pesisir dan infrastruktur sangat besar,” papar para peneliti, dikutip dari IFL Science.
Peneliti mengatakan penyerapan karbon di Samudra Selatan dan Antartika saat ini berjalan sangat lambat. Pergeseran akibat pemanasan global yang diamati di wilayah tersebut juga sangat besar.
Studi terbaru menunjukkan es di Antartika terus mengalami pencairan parah akibat gelombang panas ekstrem melebihi 40 derajat Celcius di atas suhu rata-rata, dan peningkatan ketidakstabilan di sekitar lapisan es utama. Pergeseran ekosistem di darat dan laut menggarisbawahi transformasi cepat yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah Antartika.
ADVERTISEMENT
“Hilangnya es yang tak terkendali menyebabkan kenaikan permukaan laut yang cepat dan dahsyat dalam masa hidup kita. Apakah titik kritis yang tak dapat diubah itu berlalu, masih belum diketahui,” papar peneliti.
Gunung es raksasa A-83 di Antartika pecah. Foto: ESA/Copernicus Sentinel
Peringatan darurat ini disampaikan para ilmuwan dalam Konferensi Penelitian Antartika Australia (Australian Antarctica Research Conference) 2024 yang diadakan di University of Tasmania di Hobart, Australia, melibatkan hampir 500 pakar Kutub dari seluruh dunia, sekitar dua pertiganya adalah peneliti muda.
Menurut Australian Antarctic Program Partnership (AAPP), permukaan laut global telah meningkat hingga 10,5 sentimeter dalam 30 tahun terakhir. Mencairnya es di Antartika akibat perubahan iklim merupakan faktor utama dalam peningkatan tersebut. Benua paling selatan ini kehilangan sekitar 17 juta ton es –setara dengan es batu raksasa berukuran 260 meter– setiap jamnya.
ADVERTISEMENT
Laju pencairan juga tampaknya semakin cepat. Citra satelit menunjukkan Antartika kehilangan es enam kali lebih cepat daripada 30 tahun lalu. Bahkan Antartika Timur, yang dulunya dianggap relatif stabil dan kebal terhadap perubahan iklim, saat ini mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan ekstrem, seperti gelombang panas dan peristiwa pencairan besar-besaran.
Jika Bumi terus memproduksi emisi gas rumah kacanya, kota-kota pesisir di Australia kemungkinan akan mengalami kenaikan permukaan laut hingga 80 sentimeter pada 2100, menurut AAPP. Adaptasi dapat membantu meminimalisir masalah ini, namun pada akhirnya dunia perlu bertindak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan masif, cepat, dan berkelanjutan.
“Masyarakat kita harus menetapkan dan memenuhi target untuk ‘menekuk kurva karbon’ secepat mungkin. Kegagaln untuk mengurangi emisi dengan cepat–setiap tahun dan setiap ton– akan mengakibatkan generasi sekarang dan mendatang mengalami kenaikan permukaan laut yang lebih besar,” ungkap peneliti.
ADVERTISEMENT