Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah negara maritim yang sebagian besar penduduknya hidup di daerah pesisir. Namun Indonesia juga merupakan wilayah yang rawan dilanda tsunami karena memiliki banyak sesar aktif yang berpotensi menghasilkan gempa dangkal di lautan dekat pesisirnya.
ADVERTISEMENT
Menurut penjelasan Widjo Kongko, ahli tsunami sekaligus Perekayasa Bidang Kelautan Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai (BTIPDP) dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Indonesia menjadi negara yang rawan gempa karena negara ini dikelilingi oleh tiga lempeng tektonik yang terus bergerak, yakni lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.
Jalur pergerakan lempeng-lempeng tersebut berada di dalam laut. Dampaknya, apabila terjadi gempa bumi dengan kedalaman yang dangkal akibat pergerakan lempeng di dalam laut tersebut, hal itu akan sangat berpotensi menimbulkan tsunami.
“Kalau ditanya kapan berhenti, ini akan terus terjadi, setiap tahunnya akan terus bergerak,” papar Widjo Kongko, saat mengisi konferensi pers di kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta Timur, Rabu (31/1).
Berdasarkan data dari BNPB, selama kurun waktu 400 tahun terakhir, dari tahun 1629 hingga 2018, tercatat tsunami telah menghantam Indonesia sebanyak 120 hingga 130 kali. Yang terakhir adalah tsunami yang terjadi di Selat Sunda pada 22 Desember 2018 dan di Palu pada 28 September 2018.
ADVERTISEMENT
Pada umumnya, kata Widjo, tsunami disebabkan oleh pergeseran megathrust yang bisa menimbulkan gempa dengan magnitudo besar. Megathrust bisa diartikan sebagai gerak sesar naik yang besar.
Indonesia memiliki 16 zona megathrust yang tersebar di berbagai daerah. Mereka antara lain tersebar di daerah Aceh-Andaman, Nias-Simelue, Batu, Mentawai-Siberut, Mentawai-Pagai, Enggano, Selat Sunda, Jawa Barat, selatan Jawa, Bali, Sulawesi, Banda, dan utara Papua.
“Daerah-daerah inilah yang bisa menyebabkan gempa bumi besar, potensi gempanya kira-kira bisa di atas 5 hingga 10 magnitudo, dan tidak lebih dari tiga puluh menit, itu bisa menimbulkan tsunami,” ujar Widjo.
Sebagai contoh, zona megathrust yang ada di selatan Jawa. Potensi gempa yang ditimbulkan dari megathrust ini bisa berkekuatan sekitar 7 hingga 9 magnitudo. Selain itu, potensi ketinggian tsunami yang ditimbulkan dapat mencapai 20 hingga 30 meter.
ADVERTISEMENT
Upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalisasi jatuhnya korban akibat potensi tsunami ini, salah satunya adalah dengan membuat peta rendaman tsunami yang bisa menjadi acuan perencanaan tata ruang wilayah pesisir selatan Jawa. Peta ini bisa menjadi peta dasar untuk pemodelan tsunami dengan basis parameter sumber gempa di selatan Jawa.
“Untuk mitigasi, tentu kita memerlukan peta rendaman yang lebih detail, dan kami bersama teman-teman LIPI sedang membuat peta rendaman tsunami dengan skala 1:10.000,” sebut Widjo.
Nantinya, peta rendaman tsunami ini akan diberikan kepada pemerintah daerah setempat untuk kemudian bisa menjadi bahan kajian risiko bencana, menghitung potensi korban meninggal, menghitung kerugian, dan di mana saja lokasi yang kemungkinan terdampak gempa dan tsunami .
ADVERTISEMENT