Jangan Panik dan Salah Memaknai Kabar Potensi Tsunami di Selatan Jawa

21 Juli 2019 11:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gempa di Indonesia. Foto: Kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gempa di Indonesia. Foto: Kumparan.
ADVERTISEMENT
Kabar soal potensi tsunami di pesisir selatan Jawa telah beredar dan membuat resah sebagian orang. Banyak orang mempertanyakan apakah kabar tersebut hoaks atau benar?
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, memberikan konfirmasi bahwa memang benar Laut Selatan Jawa memiliki potensi gempa besar yang bisa menimbulkan tsunami.
“Jawaban saya adalah bahwa kita harus jujur mengakui dan menerima kenyataan bahwa wilayah kita memang rawan gempa dan tsunami. Khususnya wilayah selatan Jawa, keberadaan zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia merupakan generator gempa kuat, sehingga wajar jika wilayah selatan Jawa merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami,” jelas Daryono dalam tulisannya di kumparan, Sabtu (20/7).
Lebih lanjut Daryono menerangkan bahwa sudah sering terjadi gempa besar dengan kekuatan di atas 7,0 magnitudo di wilayah Samudra Hindia selatan Jawa. Sejarah mencatat ada banyak gempa besar di selatan Jawa, misalnya gempa Samudra Hindia tahun 1863, 1867, 1871, 1896, 1903, 1923, 1937, 1945, 1958, 1962, 1967, 1979, 1980, 1981, 1994, dan 2006. Sementara itu, tsunami selatan Jawa juga pernah terjadi pada tahun 1840, 1859, 1921, 1994, dan 2006.
ADVERTISEMENT
“Ini bukti bahwa informasi potensi bahaya gempa yang disampaikan para ahli adalah benar bukanlah berita bohong,” tegas Daryono.
Daryono, Kabid Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Foto: Utomo P/kumparan
Meski begitu, Daryono menekankan, magnitudo gempa yang disampaikan para pakar adalah “potensi”, bukan “prediksi”, sehingga kapan terjadinya tidak ada satu pun orang yang tahu. “Untuk itu, dalam ketidakpastian kapan terjadinya, kita semua harus melakukan upaya mitigasi struktural dan non struktural yang nyata,” imbaunya.
“Caranya dengan membangun bangunan aman gempa, melakukan penataan tata ruang pantai yang aman dari tsunami, serta membangun kapasitas masyarakat terkait cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami.”
Daryono juga mengimbau agar masyarakat tidak takut, panik, dan cemas terhadap kabar potensi tsunami di selatan Jawa ini. Menurutnya, potensi gempa dan tsunami ini adalah risiko bagi kita yang tinggal dan menumpang hidup di wilayah sekitar pertemuan batas lempeng.
ADVERTISEMENT
“Tidak perlu cemas dan takut. Semua informasi potensi gempa dan tsunami harus direspons dengan langkah nyata dengan cara memperkuat mitigasi. Dengan mewujudkan semua langkah mitigasi maka kita dapat meminimalkan dampak, kita tetap dapat hidup dengan selamat, aman, dan nyaman di daerah rawan gempa.”
Sebelumnya, kabar mengenai potensi tsunami di selatan Jawa diungkapkan oleh Widjo Kongko, pakar tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). “Ada segmen-segmen megathrust di sepanjang selatan Jawa hingga ke Sumba di sisi timur dan di selatan Selat Sunda. Akibatnya, ada potensi gempa megathrust dengan magnitudo 8,5 hingga 8,8,” katanya di Yogyakarta, Rabu (17/7) lalu, sebagaimana dilansir Antara.
Gempa dengan magnitudo cukup besar tersebut juga berpotensi menyebabkan munculnya gelombang tsunami. Berdasarkan pemodelan, gelombang tsunami tersebut memiliki potensi ketinggian 20 meter dengan jarak rendaman sekitar tiga hingga empat kilometer.
ADVERTISEMENT
Gelombang tsunami akan tiba dalam waktu sekitar 30 menit usai terjadi gempa besar. “Jika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membutuhkan waktu lima menit sejak gempa untuk menyampaikan peringatan dini, maka masyarakat hanya memiliki waktu sekitar 25 menit untuk melakukan evakuasi atau tindakan antisipasi lain,” katanya.
Dr. Widjo Kongko (tengah). Foto: Zahrina Yustisia Noorputeri/kumparan
Selain pihak BPPT, pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga gencar mengingatkan warga yang tinggal di pesisir selatan Jawa soal potensi tsunami Laut Jawa. Harapannya, warga bisa sadar dan siap menghadapi ancaman tersebut.
Sayangnya, informasi mengenai potensi tsunami ini kerap digoreng oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk dijadikan kabar hoaks mengenai prediksi tsunami yang seolah pasti akan terjadi pada waktu yang mereka karang sendiri, bukan mengenai potensi tsunami. Pada Jumat (19/7) malam lalu misalnya, ratusan atau bahkan ribuan warga di sekitar Pantai Sine, Tulungagung, Jawa Timur, tiba-tiba panik dan meninggalkan pantai karena termakan hoaks tsunami.
ADVERTISEMENT
Situasi sempat mencekam selama beberapa jam hingga Sabtu (20/7) dini hari. Ketegangan baru mereka setelah petugas dan perangkat datang memberi imbauan untuk tenang dan menyatakan bahwa kabar tsunami tersebut adalah hoaks.