Ada Bahaya Mengerikan di Balik Larangan Menikah dengan Saudara Dekat

16 Maret 2023 9:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Pernikahan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pernikahan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Bagi umat Muslim, menikah dengan saudara kandung adalah haram hukumnya. Di beberapa negara barat menikah dengan saudara sepupu juga merupakan hal yang tabu. Namun ribuan tahun lalu, inses adalah budaya yang lumrah dilakukan.
ADVERTISEMENT
Orang-orang Yunani kuno, misalnya, terkenal gemar melakukan inses. Firaun Tutankhamun, penguasa Mesir kuno, juga menikahi saudara tirinya. Sementara itu, raja dan ratu Eropa disebut suka menikahi saudara kandungnya.
Bagaimanapun, secara genetik pernikahan sedarah adalah ide yang buruk dan bisa mengancam keturunan manusia di masa depan.

Adat nikah dengan saudara

Orang Eropa tampaknya harus berterima kasih pada gereja Katolik karena telah mengubah arus opini masyarakat soal menikahi saudara kandung atau sepupu. Selama Abad Pertengahan, gereja Barat yang kemudian menjadi gereja Katolik Roma telah memberlakukan peraturan ketat tentang pernikahan, termasuk melarang pernikahan antar-sepupu. Dampaknya masih bisa dirasakan sampai sekarang di mana masyarakat menganggap inses adalah budaya tabu.
Lantas, apakah pernikahan inses sudah hilang di muka Bumi? Jawabannya tentu saja tidak. Ini karena beberapa negara masih melakukannya. Sebuah studi yang terbit di jurnal Nature Communications pada 2021 menemukan secara global orang-orang zaman sekarang juga kerap mempraktikkan budaya inses, menikahi saudaranya sendiri dan memiliki keturunan, bahkan jumlahnya diperkirakan lebih banyak ketimbang zaman prasejarah.
Ketika kedua orang tua adalah pembawa, ada kemungkinan 25 persen anak mereka memiliki kelainan resesif autosomal. Foto: Ali DM/Shutterstock.
Sementara itu, studi keluaran tahun 2010 menyebut bahwa satu dari 10 pernikahan di dunia terjadi antara pria dan wanita yang masih memiliki ikatan saudara sepupu kedua atau bahkan pertama (saudara dari ibu atau ayah).
ADVERTISEMENT
“Tingkat pernikahan kerabat tertinggi terjadi di Afrika utara dan sub-Sahara, Timur Tengah, dan Asia barat, tengah, dan selatan,” tulis para peneliti, sebagaimana dikutip IFL Sceince. “Pernikahan semacam itu adalah tradisi yang sudah lama ada di beberapa negara di dunia.”

Bahaya pernikahan sedarah

Salah satu alasan kenapa nikah dengan saudara kandung atau sepupu dilarang, itu karena bisa meningkatkan risiko cacat lahir, bahkan kematian. Bayi hasil perkawinan dengan sepupu pertama 3,5 persen lebih tinggi mengalami kematian daripada bayi yang lahir dari hubungan bukan sedarah. Bayi dari hubungan inses juga punya risiko lebih tinggi mengalami kelainan genetik.
Kenapa ini bisa terjadi? Mari kita bahas lebih lanjut.
Kita terlahir dari rahim ibu dengan berbagai 50 persen DNA yang diturunkan dari orang tua, dan saudara kandung. Sementara dengan sepupu pertama kita berbagi sekitar 12,5 persen DNA. Oleh karena itu, ketika dua saudara dekat menikah, variasi gen akan sangat terbatas sehingga meningkatkan risiko kelainan genetik yang diwariskan pada keturunan kita.
ADVERTISEMENT
Kita mewarisi satu salinan gen dari setiap gen yang diturunkan dari orang tua. Jika gen bermutasi, mereka dapat menyebabkan berbagai penyakit. Jika hanya satu salinan gen saja yang bermutasi, ini bisa menyebabkan kondisi yang disebut autosomal dominant: Misalnya, penyakit Huntington atau sindrom Marfan.
Sedangkan ketika dua salinan gen yang bermutasi, kelainan yang terjadi adalah autosomal recessive: Contohnya seperti cystic fibrosis dan anemia sel sabit. Seseorang dengan satu salinan gen resesif yang bermutasi bisa menjadi "carrier" atau pembawa, artinya mereka bisa menurunkan kondisi yang sama kepada keturunannya.
Margaret dari Austria, Ratu Spanyol (1584-1611), memiliki prognatisme mandibula atau "rahang Habsburg". Foto: Bartholomew Gonzalez dan Serrano/Wikimedia commons
Contoh paling terkenal dalam sejarah akibat perkawinan inses ini bisa dilihat dalam fenomena “Rahang Habsburg” di Spanyol. Orang-orang dari dinasti Habsburg memiliki ciri fisik yang khas, yakni kondisi rahang bawah yang memanjang. Hal ini juga terlihat pada fisik Raja Charles II, raja terakhir dari dinasti Habsburg. Kondisi rahang aneh ini disebabkan oleh maraknya perkawinan inses pada masa tersebut.
ADVERTISEMENT
Contoh lainnya adalah Firaun Tutankhamun yang memiliki kondisi fisik yang tidak sempurna. Hutan Ashrafian, dosen klinis bedah di Imperial College London, menjelaskan bahwa Tutankhamun berjalan dengan kaki pincang, punya tengkorak sedikit lebih panjang dari orang Mesir lain, punya payudara lebih besar akibat mengidap ginekomastia, suatu kondisi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, punya gigi berlubang, dan relatif kurus.
Pada makalah yang terbit di jurnal Epilepsy & Behavior, Ashrafian juga menyebut Raja Tut dan nenek moyangnya menderita epilepsi familial sehingga membuat dia terkadang mengalami kejang. Ashrafian mengatakan, banyaknya penyakit yang diderita Tutankhamun kemungkinan akibat masalah genetik dari perkawinan sedarah. Firaun Mesir di dinasti ke-18 memang terkenal suka menikahi kerabatnya.
Jadi, bagaimanapun menikah dengan saudara sepupu memang enggak baik, ini karena bisa menyebabkan banyak risiko kelainan cacat lahir maupun genetik.
ADVERTISEMENT