Ada Fenomena Astronomi Langka Ekuinoks di Indonesia Malam Ini, Apa Itu?

22 September 2021 23:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Matahari. Foto: Loic Venance/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Matahari. Foto: Loic Venance/AFP
ADVERTISEMENT
Fenomena langka ekuinoks terjadi di Indonesia pada Kamis (23/09) dini hari nanti. Ketika ekuinoks, Matahari akan terbit nyaris tepat di arah timur dan terbenam tepat di arah barat.
ADVERTISEMENT
Ekuinoks terbilang fenomena langka karena hanya terjadi dua kali dalam satu tahun, yaitu pada Maret dan September. Untuk tahun ini, ekuinoks September akan terjadi pada 23 September 2021, pukul 02.20.59 WIB atau 03.20.59 WITA atau 04.20.59 WIT.
Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menjelaskan, ekuinoks September merupakan titik perpotongan ekliptika dan ekuator langit yang dilewati Matahari dalam perjalanan semu tahunan Matahari dari langit belahan utara menuju ke langit belahan selatan. Ekuinoks September dikenal juga sebagai Ekuinoks Musim Gugur (autumnal equinox) di belahan Utara dan Ekuinoks Musim Semi (vernal equinox) di belahan Selatan.
Sementara ekuinoks Maret merupakan titik perpotongan ekliptika dan ekuator langit yang dilewati Matahari dalam perjalanan semu tahunan Matahari dari langit belahan Selatan menuju ke langit belahan Utara. Ekuinoks Maret dikenal juga sebagai Ekuinoks Musim Semi (vernal equinox) di belahan Utara dan Ekuinoks Musim Gugur (autumnal equinox) di belahan Selatan.
ADVERTISEMENT
Bidang khatulistiwa Bumi (ekuator) berada dalam posisi miring terhadap bidang ekliptika (bidang edar Bumi mengitari Matahari) sebesar 23,4 derajat yang menyebabkan baik belahan Bumi utara atau selatan sedikit miring ke arah Matahari. Tetapi pada saat ekuinoks, sumbu Bumi tegak lurus dengan Matahari.
Andi Pangerang, peneliti Pussainsa LAPAN mengatakan, istilah ekuinoks sendiri berasal dari bahasa Latin equinoctis. Equum yang bermakna sama dan noctis yang bermakna malam.
"Secara harfiah, ekuinoks juga dimaknai sebagai kondisi Bumi di mana antara belahan Bumi utara maupun belahan Bumi selatan sama-sama menerima radiasi Matahari yang sama besar dan sama durasinya," kata Andi dalam situs web resmi Pussainsa LAPAN.
Hal ini terjadi karena belahan Bumi utara tidak condong dan lebih “dekat” ke Matahari tapi juga tidak menjauhinya. Demikian juga yang terjadi di belahan selatan. Akibatnya, terminator (garis-garis siang-malam) di Bumi berimpit dengan garis meridian atau bujur geografis di setiap permukaan Bumi.
Posisi Matahari saat fenomena ekuinoks terjadi. Foto: Dok. LAPAN
Oleh sebab itu, saat ekuinoks terjadi, setiap tempat di Bumi merasakan malam yang tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Panjang siang dan malam untuk setiap tempat di permukaan Bumi nyaris sama – walau kenyataannya tidak tepat 12 jam karena dipengaruhi oleh refraksi atmosfer.
ADVERTISEMENT