Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Aksi Protes Kematian George Floyd Usung Gerakan Black Lives Matter, Apa Artinya?
3 Juni 2020 16:16 WIB
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat kini tengah membara. Kematian pria keturunan Afrika-Amerika, George Floyd , pada 25 Mei 2020 lalu memantik demonstrasi besar seantero negeri, memicu kerusuhan, bentrokan antara polisi dan pendemo, serta penjarahan.
ADVERTISEMENT
Floyd menghembuskan napas terakhir setelah seorang polisi bernama Derek Chauvin membenamkan leher Floyd dalam lututnya selama hampir 9 menit. Keadaan itu membuat Floyd tak bisa bernapas dan tewas di tempat kejadian.
Dalam unjuk rasa yang kini digelar di sejumlah daerah, para pendemo menyuarakan gerakan Black Lives Matter dengan menenteng berbagai slogan dan spanduk. Mereka menuntut keadilan dan menyuarakan antirasial yang selama ini masih bergejolak di Negeri Paman Sam.
Ironisnya, Zimmerman dibebaskan dari segala tuduhan dan divonis tidak bersalah. Kasusnya kemudian memicu debat prasangka rasial di AS dan berbuntut unjuk rasa di sejumlah wilayah. Gerakan Black Lives Matter kembali mengudara saat peristiwa serupa terjadi pada 2014. Kala itu, Eric Garner yang merupakan pria kulit hitam tewas dicekik polisi di New York.
ADVERTISEMENT
Di tahun yang sama, polisi kembali berulah dengan menembak mati Michael Brown, seorang remaja kulit hitam yang tidak bersenjata di Ferguson, Missouri. Kematiannya memicu protes keras dan unjuk rasa di sejumlah daerah. Bak mimpi buruk, pengadilan justru memutuskan untuk tidak menuntut petugas kepolisian yang membunuh Brown.
Kematian Brown kemudian dimasukkan dalam kebangkitan krisis nasional penegakkan hukum terhadap perbedaan kulit. Sederet pembunuhan yang dilakukan polisi Amerika Serikat terhadap warga kulit hitam terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya. Kematian mereka senantiasa diwarnai aksi protes dari gerakan Black Lives Matter.
Black Lives Matter kini bukan hanya sekadar slogan, tapi telah menjelma menjadi organisasi global di AS, Inggris, dan Kanada. Misinya satu, memberantas supremasi kulit putih dan membangun kekuatan lokal untuk melakukan intervensi dalam kekerasan yang ditimbulkan pada komunitas kulit hitam oleh negara atau warga.
ADVERTISEMENT
“Dengan memerangi dan melawan tindakan kekerasan, menciptakan ruang untuk imajinasi dan inovasi orang kulit hitam, dan mewadahi kegembiraan orang kulit hitam, kita dapat segera memperbaiki hidup,” tulis BLM dalam situs resminya. “Kami bekerja untuk dunia di mana orang kulit hitam tidak lagi ditargetkan secara sistematis untuk mati.”
Organisasi ini punya sejumlah program berupa pameran Seni dan Budaya. Dengan mengusung tema Black Lives Matter Arts+Culture, program itu mencoba mengeksplorasi momen dalam budaya seni yang mencerminkan tahun 1960-an dan 1970-an, ketika hak-hak sipil, black power, gerakan hak-hak perempuan terus diperjuangkan.
Acara ini biasanya menghadirkan seniman-seniman kulit hitam yang berani menyuarakan keadilan, menentang penindasan kulit hitam, dan berdiri dalam aksi solidaritas. Seniman yang menghadiri acara biasanya diberi ruang untuk mengubah cara pandang orang kulit hitam agar lebih percaya diri. Acara kebudayaan ini juga mencoba menghubungkan kesenian, budaya, dan politik.
ADVERTISEMENT
Kini, gerakan Black Lives Matter kembali didengungkan di AS buntut dari pembunuhan George Floyd. Sederet artis mancanegara seperti, Ariana Grande, Lady Gaga, Cole Sprouse, Halsey, Zayn Malik, hingga Kim Kardashian turut mendukung aksi dengan mengunggahnya di akun Instagram.
Empat polisi yang berhasil diabadikan dalam rekaman detik-detik Floyd tewas telah dipecat dari kesatuan. Kini, mereka tengah menunggu kepastian hukum yang ada di depan matanya, apakah mendekam di balik jeruji besi atau melenggang bebas menghirup udara segar?
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona .
****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.