Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Apa Bedanya Vitamin dan Suplemen? Ini Manfaatnya untuk Imun Tubuh
25 Agustus 2021 8:15 WIB
·
waktu baca 5 menitDi situasi pandemi seperti ini, orang-orang makin sadar akan pentingnya kesehatan. Vitamin dan suplemen dikonsumsi untuk menunjang kesehatan. Keduanya sama-sama memberikan asupan nutrisi untuk tubuh, tetapi mereka memiliki kandungan dan fungsi yang berbeda.
Secara sederhana, vitamin bisa diartikan sebagai zat atau senyawa organik kompleks yang biasa ditemukan dalam makanan. Ia berfungsi mengatur proses metabolisme di dalam tubuh. Ada banyak ragam vitamin, seperti vitamin A, D, E, K, vitamin B, B2, B3, dan lain-lain.
Medical News Today melaporkan, vitamin adalah zat organik yang ada di dalam bahan makanan alami, seperti buah-buahan, daging, dan sayuran. Tidak semua vitamin dapat diproduksi oleh tubuh sehingga manusia membutuhkan asupan makanan untuk mencukupinya.
Menurut Profesor Keri Lestari, Guru Besar Bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik, Universitas Padjadjaran (Unpad), ada beberapa jenis vitamin dan mineral yang harus dipenuhi setiap harinya untuk manusia, antara lain: Vitamin A, Vitamin B komplek, Vitamin C ,Vitamin D, Zinc, Magnesium, Selenium dan Kalsium. Semua vitamin itu baiknya tidak kekurangan, dan tidak berlebihan juga.
Jika manusia kekurangan vitamin C, pada umumnya akan timbul serangkaian gejala seperti gusi berdarah, sariawan, dan penyakit kudis. Sementara itu, terlalu banyak selenium juga dapat memicu kerontokan rambut, gangguan pada pencernaan, kelelahan, dan kerusakan pada beberapa saraf ringan.
“Pada beberapa kasus yang sering terjadi, misalnya, terlalu banyak vitamin C atau Zinc dapat menyebabkan kram pada perut, mual, dan diare,” jelasnya kepada kumparanSAINS, Selasa (24/8).
Sedangkan suplemen dalam WebMD dijelaskan sebagai nutrisi yang digunakan untuk melengkapi makan, terdiri dari satu atau lebih bahan tak hanya vitamin saja, tetapi ada mineral, herbal atau tumbuhan, asam amino, serta zat lain yang umumnya diperlukan tubuh.
Jika vitamin berasal dari buah-buahan dan sayuran atau makanan organik lain, maka suplemen diproduksi secara mekanik atau olahan pabrik. Ia datang dalam bentuk pil, tablet, kapsul, ataupun bentuk cair. Suplemen umumnya lebih banyak mengandung berbagai vitamin dan mineral, serta digunakan untuk menjaga daya tahan tubuh.
Lantas, apakah suplemen bisa mengganti kebutuhan vitamin? Prof. Keri menjelaskan, karena salah satu kandungan suplemen adalah vitamin, dengan demikian suplemen dapat menggantikan kebutuhan vitamin dalam tubuh.
Dalam memproduksi suplemen, sebuah produsen harus mengikuti ‘good manufacturing practices’ (GMP) atau standar kualitas tertentu. Beberapa orang mungkin harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan mengonsumsi suplemen agar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh.
Untuk memastikan kamu mendapatkan suplemen dengan kualitas terbaik, carilah produk yang telah disetujui organisasi atau regulator yang menguji produk obat-obatan. Kalau di Indonesia, yang berwenang adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Salah satu produk suplemen yang telah memiliki izin edar dari BPOM adalah Rhea Health Tone (RHT), obat tradisional dengan enam bahan alami untuk menjaga imun tubuh yang aman digunakan dalam jangka panjang. RHT dikenal sebagai imunomodulator minyak esensial pertama di Indonesia dengan lima ekstra perlindungan, yakni antivirus, antibakteri, antiradang, antioksidan, dan imunomodulator. Imunomodulator sendiri, kata Prof. Keri, adalah senyawa atau formulasi sediaan yang dapat mempengaruhi sistem imunitas tubuh.
RHT dibuat dengan enam bahan alami kaya akan manfaat untuk kesehatan . Keenam bahan tersebut adalah Gardenia jasminoides oleum (minyak dari bunga kacapiring), Commiphora myrrha oleum (Minyak dari getah pohon spesies commiphora), Boswellia serrata oleum (Dikenal dengan sebutan kemenyan India), Daucus carota oleum (minyak wortel liar), Foeniculum vulgare oleum (minyak dari tanaman adas), dan Olea europaea oleum (minyak zaitun).
Boswellia, misalnya, merupakan ekstrak herbal yang diambil dari pohon Boswellia serrata. Menurut National Center for Biotechnology Information (NCBI) di Amerika Serikat, Boswellia serrata diyakini dapat mengobati penyakit inflamasi kronis serta sejumlah kondisi kesehatan lainnya karena ia merupakan agen anti-inflamasi yang potensial.
Boswellia juga disebut sebagai obat antirematik dan bisa digunakan untuk mengobati diare, disentri, kurap, bisul, demam, penyakit kulit dan darah, penyakit kardiovaskular, sariawan, radang tenggorokan, bronkitis, asma, batuk, keputihan, rambut rontok, ikterus, wasir, dan penyakit sifilis. Ini juga bertindak baik sebagai stimulan internal dan eksternal.
RHT telah melalui serangkaian uji coba dan diproduksi dengan mengikuti GMP. Sebelum diuji ke manusia, suplemen ini telah melalui uji in vitro dan in vivo yang dilakukan di Armenia. Armenia ditunjuk menjadi tempat uji coba karena fasilitas yang sangat mendukung, termasuk fasilitas penyulingan lima komponen esensial oil sebagai bahan dasar pembuatan RHT .
Di Indonesia, uji klinis masih berlangsung di tiga rumah sakit, yakni Rumah Sakit (RS) Hasan Sadikin di Bandung, lalu RS Persahabatan dan RSD Wisma Atlet di Jakarta. RHT sudah bisa dikonsumsi masyarakat karena terjamin keamanannya dan sudah mendapatkan izin BPOM atas nama produk Health Tone pada 2 April 2020 dengan nomor registrasi TI204633151.
“RHT dapat memberikan proteksi dan manfaat untuk masyarakat luas dalam menjaga sistem imunnya. Untuk para tenaga kesehatan dapat mengandalkan RHT untuk mencegah dan lebih aman dalam menjalankan tugas. Dan untuk pasien agar gejala tidak bertambah berat dan mempercepat tingkat recovery,” kata Dr. Haig Babikian, Managing Director Rhea Pharmaceutical, saat dihubungi kumparan.
Lebih lanjut, Dr. Babikian menyarankan agar anak di bawah usia 12 tahun dan ibu hamil atau menyusui untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan RHT. Senada dengan Dr. Babikian, Prof. Keri yang merupakan peneliti uji klinis RHT di RS Hasan Sadikin juga mengatakan bahwa sebaiknya seseorang berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau apoteker sebelum mengonsumsi suplemen.
Adapun cara penggunaannya, untuk orang yang sakit atau dalam kondisi tubuh kurang fit, RHT baik diminum sehari dua kali 1 ml secara reguler, setiap 12 jam sekali. Sementara untuk orang sehat yang bermaksud menjaga imun tubuh, RHT diminum sehari sekali 1 ml (1 pipet) secara reguler, setiap 24 jam.
RHT sudah dijual di berbagai e-commerce, mulai dari Tokopedia, Shopee, Blibli, Bukalapak, Lazada, dan apotek-apotek terdekat di berbagai kota.