Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Asian Games 2018 di Jakarta dihebohkan oleh pemulangan empat pebasket asal Jepang. Empat atlet basket Asian Games asal Jepang itu dipulangkan ke negaranya karena mereka ketahuan telah mengunjungi tempat prostitusi di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Pihak Jepang menjelaskan alasan mengirim pulang para atlet itu adalah perbuatan para olahragawan itu dianggap telah melanggar etika. Meski begitu, muncul juga pertanyaan apakah alasan lain para atlet itu dikirim pulang karena adanya kemungkinan performa mereka bakal turun akibat aksi "nakal" tersebut.
Sebelumnya, kisah tentang menghindari seks sebelum suatu pertandingan atau kompetisi penting telah sering terjadi. Pada 2014 tim nasional sepak bola Meksiko meminta para pemainnya untuk menghindari seks demi memaksimalkan performa mereka. Namun pada akhirnya timnas Meksiko kalah juga di babak 16 besar setelah melawan Belanda.
David Bishop, peneliti dari Victoria University Institute of Sport, mengatakan masih sangat sedikit riset yang mempelajari bagaimana seks bisa mempengaruhi performa olahraga.
Bishop menambahkan, sejauh ini ia baru mengetahui empat riset yang mempelajari hal tersebut. "Dan semua riset dilakukan pada pria," ujarnya, seperti dilansir CNN.
Hasil riset
ADVERTISEMENT
Salah satu riset yang disebut Bishop adalah riset kecil yang dipublikasikan di Journal of Sports Medicine and Physical Fitness pada 2000. Riset ini mempelajari 15 atlet berusia antara 20 hingga 40 tahun, yang diminta ikut serta dalam eksperimen.
Para atlet diminta untuk menghindari seks selama 24 jam sebelum riset dimulai. Pada hari pertama mereka melakukan penilaian tingkat stres di pagi hari, tes mental untuk menguji konsentrasi di siang hari, dan tes tingkat stres kedua di sore hari. Selain itu, sampel darah para atlet juga diambil untuk menghitung tingkat hormon testosteron mereka.
Lalu pada hari kedua para atlet diminta melakukan hubungan seks dengan pasangan mereka. Hari selanjutnya para atlet melakukan tes yang sama dan dihitung kembali tingkat testosteron mereka.
ADVERTISEMENT
Ditemukan bahwa aktivitas seksual tidak memiliki efek secara signifikan terhadap performa atlet. Namun pada tes stres di pagi hari setelah seks, peneliti menemukan tingkat denyut jantung yang sedikit lebih tinggi.
Peneliti kemudian menyimpulkan "kemampuan pemulihan dari seorang atlet dapat terpengaruh jika dia melakukan hubungan seks sekitar dua jam sebelum acara kompetisi."
Sementara itu, pada riset lain yang dipublikasikan di jurnal Frontiers in Physiology, ditemukan bahwa seks tidak memiliki efek signifikan terhadap performa atletik. Dalam riset yang dipublikasikan pada 2016 ini para peneliti telah mempelajari secara sistematis sembilan eksperimen lain mengenai aktivitas seksual dan performa atletik.
"Hasil temuan sekarang menunjukkan bahwa aktivitas seks di dalam bidang olahraga, baik pada pria maupun perempuan, sangat kurang dipelajari. Selain itu, berdasarkan data yang tersedia tidak ditemukan adanya hubungan antara aktivitas seks dengan efek negatif pada performa atlet," tulis para peneliti dalam riset tersebut.
Saran untuk para atlet
ADVERTISEMENT
Emmanuele Jannini, profesor endokrinologi dan ilmu kesehatan seks di University of Rome-Tor Vergata, Italia, mengatakan bahwa para atlet tidak harus terlalu mengkhawatirkan bagaimana seks bisa mengganggu mereka.
"Selain menyenangkan, seks juga merupakan hal yang sehat," kata Jannini. "Namun jika Anda memerlukan konsentrasi, saya menyarankan untuk menghindari seks beberapa hari sebelum pertandingan," tambah dia.
Bishop sendiri menyarankan untuk menghindari seks jika hal tersebut bisa mengganggu tidur. "Jika seks mengganggu tidur maka kemungkinan hal tersebut akan berpengaruh pada performa atlet," ujarnya.
"Namun jika seseorang bisa melakukan hubungan seks dan kemudian mendapatkan tidur nyenyak setelahnya maka, menurut saya, tidak akan ada masalah," imbuh Bishop.