Asal Usul Asam Urat, Ternyata Tak Cuma dari Makanan dan Minuman tapi Genetik

6 November 2024 14:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi asam urat. Foto: Zay Nyi Nyi/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi asam urat. Foto: Zay Nyi Nyi/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Banyak orang beranggapan asam urat disebabkan oleh konsumsi makanan kurang sehat atau terlalu banyak minum. Namun studi baru di jurnal Nature Genetics mengungkap genetik memainkan peran lebih besar dalam mengembangkan kondisi radang sendi daripada konsumsi makan dan minuman tertentu.
ADVERTISEMENT
Para periset menganalisis data genetik yang dikumpulkan dari 2,6 juta orang di 13 kelompok data DNA berbeda. Jumlah tersebut mencakup 120.295 orang dengan penyakit asam urat.
Dengan membandingkan kode genetik orang yang menderita asam urat dengan orang sehat, tim peneliti menemukan 377 wilayah DNA spesifik yang memiliki variasi khusus dan dapat meningkatkan risiko penyakit asam urat. Meski faktor gaya hidup dan lingkungan berperan menyebabkan asam urat, temuan studi menunjukkan genetika memainkan peran utama dalam menentukan apakah seseorang terkena asam urat atau tidak.
“Asam urat adalah penyakit kronis yang memiliki dasar genetik dan bukan kesalahan penderitanya,” ujar Tony Merriman, epidemiolog dari University of Otago di Selandia Baru.
Penyakit asam urat terjadi ketika kadar asam urat dalam darah meningkat, kemudian membentuk kristal tajam di persendian. Ketika sistem kekebalan tubuh mulai menyerang kristal tersebut, ini menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman.
ADVERTISEMENT
Peneliti menyebut genetika berperan penting dalam setiap tahap proses terjadinya asam urat. Secara khusus, genetika memengaruhi kemungkinan sistem kekebalan tubuh menyerang kristal.
Ilustrasi darah Foto: Shutterstock
Asam urat dapat muncul dan tenggelam. Pengobatan asam urat sudah tersedia di hampir seluruh rumah sakit di Indonesia.
“Mitos yang tersebar luas ini menyebabkan rasa malu pada penderita asam urat, membuat sebagian orang cenderung menderita dalam diam dan tidak pergi ke dokter untuk mendapatkan obat pencegahan yang menurunkan urat dalam darah dan akan mencegah rasa sakit mereka,” ujar Merriman.
Selain memberi pemahaman lebih baik tentang penyebab asam urat, studi baru ini juga memberi para ilmuwan lebih banyak pilihan untuk pengobatan, khususnya dalam hal mengelola respons imun tubuh terhadap penumpukan asam urat.
ADVERTISEMENT
Studi ini masih memiliki sejumlah kekurangan, termasuk sebagian besar data yang digunakan berasal dari orang-orang keturunan Eropa, dan beberapa catatan bergantung pada laporan mandiri tentang asam urat daripada diagnosis klinis. Kendati demikian, penelitian ini telah memberi kita pemahaman yang jauh lebih baik tentang masalah kesehatan yang sudah menjangkit banyak orang selama berabad-abad.
“Kami berharap, seiring berjalannya waktu, perawatan yang lebih baik dan lebih mudah diakses akan tersedia dengan target baru yang kami identifikasi,” kata Merriman. “ Penyakit asam urat membutuhkan lebih banyak sumber daya kesehatan dan prioritas yang lebih besar dalam sistem kesehatan.”