Belalang Ini Tidak Kawin Selama 250.000 Tahun, Kok Bisa?

8 Juni 2022 8:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Belalang Warramaba virgo. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Belalang Warramaba virgo. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Hewan di Bumi umumnya terlahir dengan dua jenis kelamin berbeda: Jantan dan betina. Kedua jenis kelamin tersebut berperan dalam proses perkawinan atau reproduksi untuk tetap bisa bertahan dan melahirkan keturunan.
ADVERTISEMENT
Namun, kondisi berbeda terjadi pada salah satu jenis belalang yang ada di daratan Australia. Dikutip The Conversation, spesies bernama latin Warramaba virgo itu bisa berkembang biak tanpa harus melakukan proses perkawinan antara jantan dan betinanya selama lebih dari 250.000 tahun.
Betina akan tetap bertelur tanpa harus memerlukan kehadiran jantan. Lebih spesifiknya lagi, betina bisa bertelur tanpa harus dibuahi oleh sperma jantan.

Spesies partenogenesis

Studi yang telah dipublikasikan dalam jurnal Science mengungkapkan spesies belalang itu memiliki mekanisme partenogenesis untuk bisa berkembang biak.
Partenogenesis merupakan proses reproduksi yang tidak memerlukan jantan untuk melakukan perkawinan dan membuahi sel telur betina. Tanpa dibuahi sperma jantan, betina belalang itu bisa menghasilkan telur dan menghasilkan keturunan.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, spesies belalang bertubuh cantik itu hanya memiliki gen yang semuanya hampir identik. Hal itu terjadi sebagai konsekuensi tidak adanya pertukaran gen seperti saat proses perkawinan terjadi pada umumnya.

Keturunan betina lebih banyak

Sedikitnya variasi genetik pada suatu hewan dapat menimbulkan kepunahan. Hewan partenogenesis cenderung kurang mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Belum lagi, kemungkinan adanya proses mutasi menyebabkan hewan partenogenesis semakin rentan.
Kondisi itu, menurut para ilmuwan, tidak terjadi pada spesies belalang W. virgo. Spesies belalang itu disebut spesies hibrida, hasil perkawinan antara spesies W. whitei dan W. flavolineata pada ribuan tahun lalu.
Hasil hibrida berupa spesies belalang baru itu dimungkinkan memiliki keuntungan dalam segi adaptasi. Seperti halnya pada bagal, spesies hibrida hasil kawin silang antara kuda dan keledai, yang mempunyai kekuatan dan daya tahan tubuh yang lebih besar dari pada keledai.
ADVERTISEMENT
Bedanya dengan bagal, spesies belalang itu tidak mengandalkan kekuatan dan daya tahan tubuh untuk bisa tetap bertahan di Bumi.
Spesies belalang itu justru tidak memiliki keunggualan dalam sifat biologis dibandingkan kedua spesies induk terdahulunya. Mereka cenderung lebih rentan terhadap perubahan panas dan dingin yang ekstrem, permasalahan dalam laju metabolisme, hingga jumlah dan ukuran telur serta waktu matang untung bisa bereproduksi.
Menariknya, mereka akan menghasilkan lebih banyak betina saat bertelur. Setidaknya jumlah betina dua kali lebih besar dibandingkan jantan. Tentu sudah bisa ditebak, mekanisme itu untuk bisa beregenerasi dan tetap menghasilkan keturunan dalam jumlah banyak.
Spesies belalang yang ditemukan di kawasan selatan Australia itu, bahkan telah berhasil menyebar ke sisi barat hingga sisi timur Australia. Berbeda jauh dari kedua spesies induk mereka terdahulu.
ADVERTISEMENT
Tentu kehadiran belalang itu memberikan informasi jika tidak semua hewan yang bereproduksi secara partenogenesis dapat tetap bisa bertahan di Bumi dengan serangkaian mekanisme khas yang dimilikinya.