Bill Gates Ragu Vaksin Corona China dan Rusia Bakal Dipakai di Banyak Negara

8 Oktober 2020 6:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu pendiri Microsoft, Bill Gates. Foto: Arnd Wiegmann/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu pendiri Microsoft, Bill Gates. Foto: Arnd Wiegmann/Reuters
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan dan perusahaan farmasi saat ini tengah berlomba-lomba untuk mencari vaksin corona. Dari sejumlah vaksin yang sedang dibuat, beberapa di antaranya sudah dipakai secara luas, seperti Sputnik V dari Rusia atau Sinovac dan CanSino di China.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, founder Microsoft Bill Gates ragu bahwa vaksin corona buatan Rusia dan China bakal diterima secara luas selain di negara mereka sendiri. Alasannya, kata Gates, uji klinis vaksin corona dari kedua negara tersebut tak berada dalam pengawasan regulator yang terpandang.
“Tak satu pun dari vaksin mereka (China dan Rusia) berada dalam uji coba fase III dengan regulator yang sangat dihormati yang mengawasi uji coba itu,” kata Gates, dalam sebuah sesi wawancara dengan The Wall Street Journal.
Rusia sendiri telah menyetujui penggunaan darurat vaksin COVID-19 buatan pemerintah yang bernama Sputnik V pada Agustus 2020. Meski demikian, penggunaan vaksin tersebut sebenarnya belum melalui uji klinis fase ketiga, sehingga meningkatkan kekhawatiran pengamat bahwa Rusia lebih memprioritaskan kebanggaan nasional ketimbang sains dan keamanan klinis yang solid.
Pendiri Microsoft, Bill Gates. Foto: Edgar Su/Reuters
Sama seperti Rusia, China juga telah menyetujui penggunaan darurat vaksin corona buatan Sinovac, CanSino, dan Sinopharm pada Juni 2020. Namun, vaksin buatan ketiga perusahaan itu juga belum menuntaskan uji klinis fase ketiga.
ADVERTISEMENT
Menurut Gates, dari sudut pandang ilmiah, vaksin Rusia dan China adalah proyek yang benar-benar valid. Sayangnya, ketiadaan uji klinis fase ketiga dapat membatasi daya tarik vaksin mereka di luar negara masing-masing.
“Perusahaan Barat lebih maju dalam melakukan studi fase ketiga ini dan jika hasilnya bagus dan ditawarkan dengan biaya rendah,” ujarnya. “Saya ragu akan ada banyak vaksin Rusia atau China yang beredar di luar negara-negara tersebut.”
Vaksin corona buatan Sinovac dan Sinopharm sendiri telah masuk ke dalam roadmap distribusi vaksin di Indonesia. Keduanya bakal dipakai Kemenkes, bersama satu slot vaksin lain yang masih diusahakan dari inkubator vaksin dunia GAVI-CEPI, untuk mengimunisasi 160 juta penduduk Indonesia pada Januari 2021 sampai Maret 2022 mendatang.
Seorang pekerja bekerja di fasilitas pengemasan pembuat vaksin Sinovac Biotech. Foto: Thomas Peter/REUTERS
Negara kaya pulih lebih dulu
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan yang sama, Gates juga memprediksi negara mana yang pertama kali bakal pulih ketika vaksin corona hadir. Menurut Gates, negara-negara kaya bakal pulih lebih cepat pada akhir 2021 mendatang, dengan catatan bahwa skenario ini tergantung pada seberapa efektif dan bagaimana vaksin corona didistribusikan.
“Pada akhir tahun depan Anda dapat memiliki segalanya kembali mendekati normal. Itu skenario terbaik,” kata Gates. “Kami masih belum tahu apakah vaksin ini akan berhasil. Sekarang kapasitas akan membutuhkan waktu untuk ditingkatkan. Jadi, alokasi di AS, dan antara AS dan negara lain akan menjadi poin perdebatan paling atas.”
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri sebelumnya mengatakan bahwa vaksin corona mungkin akan siap pada akhir tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, tercatat ada sembilan eksperimen vaksin yang sedang diuji coba dalam program pengembangan vaksin COVAX milik WHO. Mereka menargetkan akan mendistribusikan 2 milliar dosis pada akhir 2021.
"Kita bakal membutuhkan vaksin. Ada harapan, bahwa vaksin akan tersedia di akhir tahun ini. Ada harapan," kata Tedros dikutip Reuters, Rabu (7/10).