BMKG Jelaskan Penampakan Petir Besar saat Gunung Taal Meletus

13 Januari 2020 18:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Abu vulkanik terlihat di langit-langit saat meletusnya Gunung Berapi Taal, Kota Tagaytay, Filipina, Minggu (12/1/2020). Foto: Dok. KBRI Manila
zoom-in-whitePerbesar
Abu vulkanik terlihat di langit-langit saat meletusnya Gunung Berapi Taal, Kota Tagaytay, Filipina, Minggu (12/1/2020). Foto: Dok. KBRI Manila
ADVERTISEMENT
Rekaman video amatir di media sosial yang memperlihatkan kilatan petir dahsyat saat Gunung Taal di Filipina meletus, Senin (13/1). Dalam video yang dibagikan oleh seorang fotografer bernama Mohamed Ali, terlihat jelas bagaimana kilatan petir menyambar di tengah kepulan asap abu vulkanik.
ADVERTISEMENT
Seorang pengguna Twitter asal Indonesia dengan akun @aingprincess, membagikan video tersebut dan mempertanyakan kenapa bisa ada petir di saat gunung meletus.
"Kok bisa ada pertirnyaa ya ampun stay safe philippines," tulis dinda dalam cuitannya. Beberapa netizen mempertanyakan hal yang sama, yang lainnya mencoba menjelaskan fenomena tersebut.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), terjadinya petir saat gunung berapi meletus merupakan hal yang lazim terjadi. Mekanismenya tidak jauh dengan fenomena petir pada umumnya. Hanya saja, awan cumulonimbus yang menjadi 'sarang' petir tergantikan oleh kepulan awan uap air, dan partikel vulkanik lain yang menyembur ke angkasa secara masif.
Dalam hal ini, ada dua teori penyebab terjadinya petir vulkanik dan masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan, terutama pada jenis perantara suatu massa yang dapat memisahkan partikel-partikel melalui proses potensial ionisasi.
ADVERTISEMENT
Teori pertama mengatakan bahwa sambaran petir terjadi ketika sebagian besar atom-atom netral bertemu dengan suhu sekitar 1.500 Kelvin, di mana ia mempunyai energi yang cukup untuk melemparkan elektron yang terikat lemah dari beberapa atom yang mengikat mereka.
Di saat yang sama, ada atom-atom yang ingin mengambil elektron yang baru dibebaskan ini, sehingga menciptakan sejumlah besar ion positif dan negatif. Muatan positif dan negatif itu kemudian terpisah, dan ketika ion-ion terpisah pada jarak yang cukup, muncullah beda potensial listrik yang akan menyebabkan sambaran petir.
Teori kedua mengemukakan bahwa ketika gunung berapi meletus, ia akan mengeluarkan partikel abu panas, uap, dan gas. Mula-mula partikel itu netral, tetapi ketika terjadi tabrakan, mereka dapat mentransfer muatan satu sama lain, dan berubah menjadi massa positif atau negatif.
ADVERTISEMENT
Saat partikel debu vulkanik bertabrakan satu sama lain, terjadi pemisahan muatan (ionisasi) dengan proses yang disebut aerodynamic sorting. Pemisahan muatan positif dan negatif terjadi melalui awan vulkanik sehingga menyebabkan salah satu ujung awan bermuatan positif, dan ujung lainnya bermuatan negatif.
Pemisahan ini kemudian terus berlanjut hingga melewati batas, dan listrik mulai mengalir di antara kedua muatan yang berbeda. Proses ini kemudian menciptakan sambaran petir saat letusan gunung berapi.
Ada juga teori yang mengatakan bahwa partikel yang lebih besar mungkin memiliki muatan positif dan partikel yang lebih kecil memiliki muatan negatif. Sebagian partikel besar jatuh lebih cepat, menyebabkan pemisahan yang diperlukan untuk menghasilkan petir.
Kilat menyala ketika Gunung Api Taal meletus pada hari Minggu 12 Januari 2020, di Tagaytay, Manila, Filipina. Foto: AP Photo/Aaron Favila
Bagaimanapun, menurut BMKG, aktivitas gunung berapi bukan pemicu langsung terjadinya petir. Kendati terjadi erupsi, tidak berarti sambaran petir memiliki kuantitas yang paling besar.
ADVERTISEMENT
Gunung berapi Taal yang terletak di Pulau Luzon, Filipina, dilaporkan meletus dan mengeluarkan awan panas setinggi 1 kilometer pada Minggu (12/1). Debu-debu vulkanik kemudian menyebar dan menyelimuti jalanan, atap rumah, dan kendaraan yang ada di sekitar lokasi letusan.
Gunung Taal merupakan salah satu gunung teraktif di Filipina. Tercatat, gunung ini telah mengalami erupsi sebanyak 30 kali sejak abad ke-16. Delapan letusan terakhir kali terjadi pada periode 1960 hingga 1970.