Bukan 2020, Abad ke-17 adalah Masa Tersuram Bagi Manusia untuk Hidup

28 Mei 2022 16:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perang di abad ke-17. Foto: IgorGolovniov/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perang di abad ke-17. Foto: IgorGolovniov/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kalau kamu berpikir tahun 2020 adalah masa tersulit bagi manusia untuk hidup akibat pandemi COVID-19, maka anggapan itu salah besar. Karena masa paling mengerikan bagi manusia terjadi pada abad ke-17.
ADVERTISEMENT
Abad ke-17 dipenuhi dengan perang, pergolakan politik, inflasi, dan kekacauan perubahan iklim. Sejarawan menyebut periode ini sebagai “The General Crisis”, era yang dikenal dengan konflik dan ketidakstabilan global yang berlangsung dari awal abad ke-17 hingga awal abad ke-18, terutama di Eropa dan sebagian besar Asia.
Era tersebut juga diyakini sebagai terakhir kali populasi manusia turun drastis. Pendorong utama penurunan populasi ini adalah banyaknya perang yang terjadi pada tahun 1600-an, seperti Perang Saudara di Inggris, Perang Saudara Fronde di Prancis, Perang 80 Tahun, Perang Prancis-Spanyol, Perang Inggris-Belanda Pertama, Perang Mughal-Maratha di India, dan runtuhnya dinasti Ming di China.
Puncaknya adalah Perang 30 Tahun (1618-1648), salah satu perang paling merusak dalam sejarah Eropa yang menyebabkan lebih dari 8 juta jiwa meninggal dunia.
Lukisan dari abad ke-17 yang dipajang di Kapellbrucke Foto: Flickr/taver
Seperti peristiwa sejarah lainnya, penyebabnya masa suram manusia ini sebenarnya tidak bisa dijelaskan dengan hanya satu faktor saja, dan para ahli telah memperdebatkan sumber krisis lain selama beberapa dekade. Ini tampaknya berkaitan dengan Zaman Es Kecil yang terjadi sekitar waktu tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut NASA, periode yang sangat dingin ini berlangsung dari tahun 1550 M hingga 1850 M di Eropa, Amerika Utara, dan Asia, dengan puncak pertamanya terjadi tepat di pertengahan abad ke-17. Penyebab Zaman Es Kecil tak diketahui secara pasti, namun salah satu penjelasan yang paling logis adalah meningkatnya aktivitas gunung berapi memainkan peran penting.
Ya, abad pertumpahan darah ini semakin suram dengan cuaca yang sangat buruk. Jika kamu melihat lukisan-lukisan Eropa dari abad ini, kamu akan melihat banyak lukisan dengan latar berselimut salju. Ini bukan kebetulan belaka, sebab suhu di banyak bagian Eropa Barat mendingin hingga 2 derajat Celsius.
Dari tahun 1608 dan seterusnya, suhu udara di London disebut sangat dingin, membuat masyarakat di sana mengadakan pameran es di Sungai Thames. Mereka membangun pasar, bermain game, dan berpesta di atas sungai yang membeku. Pada abad ke-19, suhu beku di Sungai Thames mulai berkurang secara bertahap dan sekarang sudah jarang terjadi.
Ilustrasi masa suram abad ke-17. Foto: Everett Collection/Shutterstock
Namun, suka cita bukan satu-satunya nuansa yang tercipta pada Zaman Es Kecil. Sebuah studi pada tahun 2011 yang terbit di jurnal PNAS, menyebut bahwa suhu yang membeku berdampak besar bagi produksi pertanian. Pada gilirannya, ini menyebabkan kekurangan pangan, gejolak ekonomi, tingkat stress yang tinggi di seluruh Eropa dan akhirnya memicu peperangan dan pemberontakan.
ADVERTISEMENT
Dengan membandingkan data iklim dan variabel lain, peneliti menyimpulkan bahwa “The General Crisis” berkaitan dengan suhu global yang turun secara drastis antara tahun 1560 hingga 1660.
Jelas orang-orang yang hidup di abad ke-17 sangat menyadari betapa suramnya zaman mereka. Bahkan sebuah dokumen tahun 1641 dari China menyebut zaman itu sebagai yang terburuk:
Dua tahun kemudian, sebuah pamflet dari Spanyol menjelaskan:
Kita mungkin beranggapan bahwa saat ini manusia sedang memasuki akhir zaman: krisis iklim semakin jelas, penyakit mengerikan mendatangkan malapetaka, polusi merajalela, dan ketegangan geopolitik yang memanas. Tapi satu hal yang harus ditanamkan, bahwa semua krisis pada akhirnya akan berlalu jika kita menanganinya dengan baik.