news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bulan Dihantam Meteor Saat Gerhana Bulan Darah Serigala

24 Januari 2019 19:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fenomena 'super blood wolf moon' terlihat di dekat sebuah patung selama gerhana bulan di Grand Place Brussels, Belgia, (21/1). (Foto: REUTERS / Francois Lenoir)
zoom-in-whitePerbesar
Fenomena 'super blood wolf moon' terlihat di dekat sebuah patung selama gerhana bulan di Grand Place Brussels, Belgia, (21/1). (Foto: REUTERS / Francois Lenoir)
ADVERTISEMENT
Ada kejadian unik saat peristiwa Super Wolf Blood Moon atau Gerhana Bulan Darah Serigala berlangsung pada 20 dan 21 Januari 2019 lalu. Kala itu, seorang astronom di Spanyol berhasil menangkap peristiwa meteor menghantam Bulan dalam sebuah video.
ADVERTISEMENT
Jose Maria Madiedo, ahli astrofisika dari University of Huelva, berhasil menangkap kejadian tersebut saat sedang melakukan pengamatan gerhana bulan tersebut. Momen dihantamnya Bulan oleh meteorit hanya terlihat seperti kilatan cahaya terang berwarna putih dengan ukuran kecil di dalam video.
Madiedo mengatakan kepada Associated Press bahwa ini merupakan pertama kalinya kilatan cahaya akibat hantaman meteor terlihat langsung saat gerhana bulan. Tapi ia menambahkan bahwa kejadian jatuhnya meteorit ke permukaan Bulan cukup sering terjadi.
Ukuran objek yang menghantam Bulan, menurut penjelasan Madiedo, memiliki panjang 30 sentimeter dan berat sekitar 10 kilogram. Meteor ini menghantam Bulan dengan kecepatan 17 kilometer per detik.
Selain Madiedo, kejadian langka ini juga berhasil ditangkap oleh Griffith Observatory di Los Angeles, Amerika Serikat, saat observatorium itu sedang mengamati dan melakukan streaming langsung gerhana bulan.
ADVERTISEMENT
"Kejadian itu terlihat sebagai bagian paling terang di gambar Bulan saat itu," ujar Anthony Cook, pengamat astronomi di Griffith Observatory, sebagaimana dikutip dari Associated Press.
Madiedo menjelaskan bahwa biasanya pengamatan untuk melihat langsung hantaman meteor ke Bulan dilakukan lima hari sebelum dan sesudah fase Bulan baru, ketika Bulan tampak gelap dan tidak terang seperti saat sedang fase purnama atau gerhana.
Karena itu, pada kejadian gerhana bulan darah serigala lalu, ia menggunakan tak hanya satu teleskop, tapi total delapan teleskop untuk mengamati Bulan. Madiedo mengaku dirinya tidak tidur selama dua hari untuk menyiapkan instrumen-instrumen tersebut.
"Saya tidak bisa tidur selama dua hari karena harus menyiapkan dan menguji instrumen-instrumen yang ada. Ditambah juga kita harus melakukan pengamatan pada malam 21 Januari," papar dia.
ADVERTISEMENT
Usahanya itu tidak sia-sia. Ia berhasil menangkap kejadian langka hantaman meteorit tersebut saat berlangsungnya gerhana bulan.
Madiedo mengatakan bahwa mengamati Bulan bisa membantu para peneliti memprediksi kemungkinan serta dampak dari hantaman meteor di Bulan dan di Bumi.