Cuaca Ekstrem Mengancam Bumi, Berapa Suhu Tertinggi yang Bisa Ditahan Manusia?

2 Agustus 2021 16:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cuaca panas. Foto: FREDERIC J. BROWN / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cuaca panas. Foto: FREDERIC J. BROWN / AFP
ADVERTISEMENT
Dampak perubahan iklim makin terasa lewat kenaikan suhu di seluruh dunia, membuat cuaca panas yang ekstrem menjadi ancaman umat manusia. Meski tubuh manusia dirancang tangguh untuk melawan, tentu ada keterbatasan dalam menghadapi suhu panas.
ADVERTISEMENT
Hal itu memicu pertanyaan, berapa suhu paling tinggi yang bisa ditahan manusia? Menurut sebuah studi tahun 2020 terbitan jurnal Science Advances, rata-rata orang tak bisa bertahan di atas 35 derajat celsius temperatur bola basah. Apa itu temperatur bola basah?
Temperatur bola basah tidaklah sama dengan suhu udara yang biasa kita lihat di HP atau termometer ruangan. Temperatur bola basah diukur dengan termometer yang ditutupi kain yang direndam air. Alat tersebut bekerja menghitung panas sekaligus kelembapan udara.
“Jika kelembapan rendah tetapi suhu tinggi atau sebaliknya, temperatur bola basah mungkin tidak akan mendekati titik kritis tubuh manusia,” kata Colin Raymond, peneliti post-doktoral yang mempelajari panas ekstrem di Laboratorium Propulsi Jet (JPL) Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat Amerika Serikat (NASA).
ADVERTISEMENT
Ketika kelembapan dan suhu udara sangat tinggi, suhu bola basah dapat merangkak naik ke tingkat yang berbahaya. Kita ambil contoh, jika suhu udara 46,1 derajat celsius dan kelembaban relatif 30%, maka temperatur bola basahnya berada di angka 30,5 derajat celsius.
Saat suhu udara 38,9 derajat celsius dan kelembaban relatif 77%, suhu bola basahnya berada di angka 35 derajat celsius. Dari contoh di atas, kita mengetahui bahwa temperatur bola basah amat dipengaruhi oleh kelembapan.

Hilang kemampuan mendinginkan tubuh

Manusia sukar bertahan hidup pada suhu yang panas dan kelembapan tinggi. Pada suhu yang tinggi, manusia mungkin masih bisa berkeringat, namun mereka tidak akan mampu lagi mengatur suhu internal mereka.
"Jika suhu bola basah naik (melebihi) suhu tubuh manusia, Anda masih bisa berkeringat, tetapi Anda tidak akan bisa mendinginkan tubuh Anda ke suhu (ideal) untuk beroperasi secara fisiologis," kata Raymond kepada Live Science.
ADVERTISEMENT
Menurut National Institutes of Health, pada titik ini, tubuh menjadi hipertermia alias melebihi batas suhu normal — di atas 40 derajat celsius dan dapat menyebabkan gejala seperti denyut nadi yang cepat, perubahan status mental, kurang berkeringat, pingsan dan koma.
Orang-orang merebahkan tubuh dengan perahu balon mainan di Danau Alouette untuk mendinginkan diri selama cuaca terik dari gelombang panas di Maple Ridge, British Columbia, Kanada 28 Juni 2021. Foto: Jennifer Gauthier/REUTERS
Namun, menurut Raymond, temperatur bola basah di angka 35 derajat celsius tidak akan langsung menyebabkan kematian — mungkin membutuhkan waktu sekitar 3 jam agar panas itu tidak dapat bertahan.
Tak ada cara yang pasti untuk mengetahui jumlah waktu yang tepat. Namun ilmuwan berupaya mencari angka spesifik dengan cara merendam para peserta riset dalam tangki air panas dan mengeluarkannya ketika suhu tubuh mereka mulai naik tak terkendali.
Tidak ada juga cara untuk memastikan bahwa 35 derajat celsius adalah suhu bola basah yang tepat. Raymond memperkirakan angka sebenarnya berada pada kisaran 34 derajat celcius hingga 36,5 derajat celcius.
ADVERTISEMENT
Meski tidak ada yang bisa hidup pada suhu bola basah lebih tinggi dari sekitar 35 derajat celsius, suhu yang lebih rendah juga bisa mematikan. Olahraga dan paparan sinar matahari langsung membuat manusia lebih mudah kepanasan.
Orang yang lebih tua, orang dengan kondisi kesehatan tertentu seperti obesitas dan orang yang memakai antipsikotik juga tidak dapat mengatur suhunya, sehingga panas lebih mudah membunuhnya. Inilah sebabnya mengapa orang terkadang mati dalam panas yang tidak mencapai suhu bola basah 35 derajat celsius.
Seorang warga menggunakan payung guna terhindar dari panasnya matahari, Jakarta, pada Selasa (22/10/2019). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Menurut studi Science Advances, sejarah mencatat beberapa lokasi telah mencapai suhu bola basah tertinggi sejak akhir 1980 hingga 1990-an. Misalnya Lembah Sungai Indus di Pakistan dan India Barat.
"Ada tempat-tempat yang mengalami kondisi ini selama satu atau dua jam. Adanya pemanasan global, (membuat kondisi) itu (bisa) menjadi lebih sering," kata Raymond.
ADVERTISEMENT
Raymond memperkirakan, ada beberapa wilayah yang berisiko mengalami temperatur ini dalam 30 hingga 50 tahun ke depan. Wilayah tersebut adalah Meksiko barat laut, India utara, Asia Tenggara hingga Afrika Barat.