Daftar Fenomena Astronomi yang Bisa Disaksikan di Indonesia Selama 2023

4 Januari 2023 9:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gerhana matahari total di Jakarta Foto: REUTERS/Darren Whiteside
zoom-in-whitePerbesar
Gerhana matahari total di Jakarta Foto: REUTERS/Darren Whiteside
ADVERTISEMENT
Tahun 2023 diisi dengan berbagai fenomena astronomi menakjubkan, mulai dari gerhana Bulan, gerhana Matahari hibrida langka, hujan meteor, hingga Bulan purnama biru. Semuanya ini bisa disaksikan dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan dari hujan meteor ini tidak terintervensi cahaya Bulan dan punya frekuensi meteor per jam yang tinggi, sehingga sangat wajib untuk dicatat di kalender.
Kemudian, ada fenomena langit langka seperti gerhana Matahari hibrida, yakni gabungan gerhana Matahari total dan cincin, atau Bulan purnama biru yang terjadi sekali di 2023 kemudian absen hingga 31 Mei 2026.
Andi Pangerang, peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), telah merangkum sejumlah fenomena astronomi yang bisa kamu lihat dari Indonesia. Berikut daftarnya:

Hujan Meteor Quadrantid

Fenomena menakjubkan pertama yang akan kita saksikan adalah hujan meteor Quadrantid. Hujan meteor ini akan diprediksi akan mencapai intensitas 110 kilometer per jam. Puncaknya terjadi pada 4 Januari 2023 pagi hari.
ADVERTISEMENT
Hujan meteor ini terletak di konstelasi Bootes, dan berasal dari Asteroid 2003 EH1 dan komet C/1490 Y1.
Hujan meteor ini akan terlihat pada pukul 03.00 di arah Timur Laut, dan memudar seiring terbitnya Matahari. Di Indonesia, intensitasnya bervariasi antar 33 hingga 64 meteor per jam.
Penampakan hujan meteor ini tidak akan tertutupi oleh silau Bulan karena Bulan sudah terbenam duluan.

Gerhana Matahari Hibrida

Warga Indonesia berkesempatan melihat gerhana Matahari langka pada 20 April 2023. Sebagian wilayah Indonesia akan kedatangan gerhana Matahari hibrida.
Gerhana matahari parsial terlihat saat matahari terbenam di Vina del Mar, Chile. Foto: Rodrigo Garrido/REUTERS
Sesuai namanya, gerhana Matahari ini adalah gabungan gerhana Matahari total dan gerhana Matahari cincin. Fenomena ini terjadi sekali sekian tahun.
Wilayah yang mengalami gerhana Matahari total ada Timor Leste, Papua, dan Biak. Sementara wilayah Indonesia lain, seperti Jabodetabek, kebagian gerhana Sebagian.
ADVERTISEMENT

Kulminasi Indonesia Periode Februari-April dan September-Oktober

Kulminasi adalah fenomena Matahari persis di atas kepala. Ketika tengah hari, objek bisa tidak menghasilkan bayangan.
Karena Indonesia membentang dari 6 derajat LU hingga 11 derajat LS, Indonesia dapat jatah 44 hari kulminasi, dari 20 Februari hingga 5 April 2023, dan 8 September hingga 22 Oktober 2023.
Kulminasi ini menyapu wilayah secara perlahan atau bergantian. Ketika Februari hingga April, titik kulminasi akan bergerak dari wilayah paling selatan hingga ke utara, begitu juga sebaliknya ketika September-Oktober.

Hujan Meteor Lyrid

Hujan meteor ini terjadi dari 13 April hingga 1 Mei 2023, dengan puncaknya terjadi pada 23 April 2023 dini hari. Intensitas maksimumnya sekitar 13 hingga 16 meteor per jam.
ADVERTISEMENT
Ketika malam puncak Lyrid, Bulan berada pada fase awal dan terbenam lebih dulu, sehingga penampakannya tidak akan mendapat intervensi cahaya Bulan.

Gerhana Bulan Penumbra 6 Mei dan Gerhana Bulan Sebagian 29 Oktober

Tidak hanya dapat jatah gerhana Matahari, Indonesia juga kebagian gerhanan Bulan. Pertama gerhana Bulan penumbra.
Gerhana Bulan penumbra adalah momen ketika Bulan tersapu sedikit bayangan penumbra Bumi. Bayangan ini sangat sedikit dan tipis, sehingga tidak terlalu mempengaruhi kecerahan Bulan.
Seluruh wilayah Indonesia akan kebagian gerhana penumbra ini, yang rentang waktunya sekitar 5 Mei 2023 tengah malam, atau 6 Mei 2023 dini hari, tergantung wilayah.
Sementara itu, gerhana Bulan sebagian yang terjadi pada 29 Oktober 2023 juga akan menutupi seluruh wilayah Indonesia.
Bulan terlihat saat gerhana bulan, di Caracas, Venezuela. Foto: Leonardo Fernandez Viloria/REUTERS

Hujan Meteor Eta-aquarids

Kemudian ada hujan meteor Eta-aquarids pada 6 Mei 2023. Hujan meteor ini cukup terkenal karena berasal dari komet legendaris 1P/Halley yang mengorbit Matahari setelah 76 tahun.
ADVERTISEMENT
Pada puncaknya, hujan meteor Eta-aquarids akan menghujankan 43 meteor di atmosfer. Puncaknya terjadi pada 6 Mei 2023 pukul 03.00 dini hari dan Bulan juga sudah terbenam, sehingga tidak mengintervensi penampakan hujan meteor.
Ilustrasi hujan meteor Foto: NASA/JPL

Kulminasi Ka'bah 28 Mei dan 15 Juli

Kulminasi Ka’bah adalah momen Matahari berada di atas Ka’bah. Di saat seperti ini, bayangan yang dihasilkan akan menunjuk ke mana kiblat mengarah.
Kulminasi Ka’bah terjadi dua kali setahun. Pertama 28 Mei 2023 pada pukul 16.18 WIB, 17.18 WITA, atau 18.18 WIT.
Kemudian, kali keduanya terjadi pada 16 Juli 2023 pukul 16.27 WIB, 17.27 WITA, 18.27 WIT. Karena Matahari telah terbenam, kulminasi kedua tidak dapat disaksikan oleh penduduk Indonesia timur.

Konjungsi Kuartet Mars-Venus-Bulan-Merkurius

Tiga planet tata surya akan tampak berdekatan di Juli dan Agustus 2023. Pada 20 hingga 22 Juli 2023, Mars, Venus, dan Merkurius juga akan tampak berdekatan dari Bumi dengan Bulan sehingga menambah megah pentas langit malam.
ADVERTISEMENT
Kemudian dari 23 Juli hingga 5 Agustus 2023, Mars, Venus dan Merkurius akan berdansa berdekatan membentuk garis lurus atau segitiga dari pengamat di Bumi. Fenomena ini disebut konjungsi.

Bulan Purnama Super dan Bulan Purnama Biru

Bulan purnama super atau Super Moon adalah sebutan ketika Bulan purnama terjadi ketika Bulan berada di titik terdekatnya (apogee). Sedangkan Bulan purnama biru atau Blue Moon adalah ketika Bulan purnama terjadi dua kali dalam satu Bulan kalender.
Pada 1 dan 31 Agustus 2023 adalah Super Moon karena Bulan purnama di dua tanggal tersebut bertepatan dengan apogee Bulan. Sementara pada 31 Agustus 2023, karena menjadi bulan purnama kedua di bulan Agustus, maka ia menjadi Super Blue Moon.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari EarthSky, Bulan purnama biru tidak akan terjadi lagi hingga 31 Mei 2026. BRIN mencatat Bulan purnama super 30 persen lebih terang dan 14 lebih besar dari bulan di titik terjauhnya.

Hujan Meteor Geminid

Hujan meteor terakhir yang patut ditunggu-tunggu adalah hujan meteor Geminid yang terjadi pada 14 hingga 15 Desember 2023. Pada puncaknya, hujan meteor ini dapat menghasilkan 150 meteor per jam.
Hujan meteor ini dapat diamati dari pukul 20.40 waktu setempat di rasi bintang Gemini, dengan puncaknya terjadi pukul 02.00 dini hari dan bertahan hingga Matahari terbit. Kabar baiknya, hujan meteor ini tidak terganggu oleh cahaya Bulan.
Selain fenomena-fenomena di atas, ada beberapa fenomena lain yang juga patut menjadi perhatian, seperti hujan meteor Orionids (21-22 Oktober 2023, 20 meteor per jam), hujan meteor Perseid (13 Agustus 2023, 100 per jam namun terintervensi cahaya Bulan), dan hujan meteor Leonids (18 November 2023, 10 meteor per jam).
ADVERTISEMENT